0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
53 tayangan18 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang hukum acara peradilan militer di Indonesia. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang oditurat sebagai badan penuntut umum di lingkungan militer, kekuasaan oditurat yang terdiri dari oditurat militer, oditurat militer tinggi, oditurat jenderal TNI, dan oditurat militer pertempuran, serta penjelasan mengenai penyidik yang terdiri dari ankum, polisi militer, dan o
Dokumen tersebut membahas tentang hukum acara peradilan militer di Indonesia. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang oditurat sebagai badan penuntut umum di lingkungan militer, kekuasaan oditurat yang terdiri dari oditurat militer, oditurat militer tinggi, oditurat jenderal TNI, dan oditurat militer pertempuran, serta penjelasan mengenai penyidik yang terdiri dari ankum, polisi militer, dan o
Dokumen tersebut membahas tentang hukum acara peradilan militer di Indonesia. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang oditurat sebagai badan penuntut umum di lingkungan militer, kekuasaan oditurat yang terdiri dari oditurat militer, oditurat militer tinggi, oditurat jenderal TNI, dan oditurat militer pertempuran, serta penjelasan mengenai penyidik yang terdiri dari ankum, polisi militer, dan o
SENIN 15 SEPTEMBER 2019 Dwi Endah N Pasal 1 angka 2 UU No. 31 Tahun 1997:
“Oditurat Militer, Oditurat Militer Tinggi,
Oditurat Jenderal Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dan Oditurat Militer Pertempuran yang selanjutnya disebut Oditurat adalah badan di lingkungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang melakukan kekuasaan pemerintahan negara di bidang penuntutan dan penyidikan berdasarkan pelimpahan dari Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia” Pasal 47 UU. No. 31 Tahun 1997:
(1) Oditurat melaksanakan kekuasaan
pemerintahan negara di bidang penuntutan dan penyidikan di lingkungan Angkatan Bersenjata sebagaimana diatur dalam UU ini.
(2) Oditurat adalah satu dan tidak
terpisah-pisahkan dalam melakukan penuntutan. 01. SUSUNAN ADITURAT Menurut Pasal 49, oditurat dilkasifikasikan menjadi : 1. ODITURAT MIITER 2. ODITURAT MILITER TINGGI 3. ODITURAT JENDERAL TNI 4. ODTITURAT MILITER PERTEMPURAN Nama, Tempat, dan Daerah Hukum ODITURAT 1. Oditurat Jenderal TNI berada di ibu kota dan berdaerah hukum meliputi seluruh wilayah Negara RI. 2. Nama, tempat dan daerah Oditurat Militer dan Oditurat Militer Tinggi ditetapkan dengan Keputusan Panglima TNI. 3. Oditurat Militer Pertempuran bersifat mobil, berkedudukan dan berdaerah hukum di daerah pertempuran. Kekuasaan Oditurat
A. Kekuasaan Oditurat Militer diatur dalam Pasal 64:
(1) Oditurat Militer mempunyai tugas dan wewenang:
a. melakukan penuntutan dalam perkara pidana yang Terdakwanya: 1) Prajurit yang berpangkat Kapten ke bawah; 2) mereka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 angka 1 huruf b dan huruf c yang Terdakwanya "termasuk tingkat kepangkatan" Kapten ke bawah; 3) mereka yang berdasarkan Pasal 9 angka 1 huruf d harus diadili oleh Pengadilan Militer; b. melaksanakan penetapan Hakim atau putusan Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer atau Pengadilan dalam lingkungan peradilan umum; c. melakukan pemeriksaan tambahan.
(2) Selain mempunyai tugas dan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Oditurat Militer dapat melakukan penyidikan. LANJUTAN:
B. Kekuasaan Oditurat Militer Tinggi diatur dalam Pasal 65,
1. Melakukan penuntutan dalam perkara pidana yang : a. Terdakwanya berpangkat mayor ke atas. b. Mereka yang dipersamakan dengan prajurit dengan tingkat kepangkatan mayor ke atas. c. Dan mereka yang menurut Keputusan Ketua Mahkamah Agung harus diadili di Pengadilan Militer Tinggi. 2. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan (Pengadilan Militer/Umum). 3. Melaksanakan pemeriksaan tambahan dan penyidikan. LANJUTAN:
C. Kekuasaan Oditurat Jenderal TNI, diatur dalam Pasal 66
1. Membina, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan tugas dan wewenang Oditurat. 2. Menyelenggarakan pengkajian masalah kejahatan. 3. Dalam pelaksanaan penyelesaian dan penuntutan perkara tertentu berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung, Polisi Militer, dan penegak hukum lainnya. 4. Selaku pimpinan dan tanggung jawab tertinggi Oditurat, mengendalikan pelaksanaan penuntutan di lingkungan TNI. 5. Mengendalikan dan mengawasi penggunaan wewenang penyidikan, penyerahan perkara dan penuntutan. 6. Menyampaikan pertimbangan kepada Presiden mengenai mengenai permohonan grasi dalam hal pidana mati, permohonan amnesti, abolisi dan rehabilitasi. 7. Melaksanakan tugas khusus dari Panglima TNI LANJUTAN:
D. Kekuasaan Oditurat Militer Pertempuran, diatur
dalam Pasal 68 1. Melakukan penuntutan perkara pidana yang dilakukan oleh mereka yang disebut pasal 9 angka 1. 2. Melaksanakan penetapan hakim atau putusan Pengadilan Militer Pertempuran. 3. Melakukan penyidikan sejak awal tanpa perintah Oditur Jenderal dalam hal ada perintah dari Panglima/Komandan Operasi. ANKUM (Atasan yang Berhak Menghukum ) • Atasan yang Berhak Menghukum (Ankum) adalah atasan langsung yang mempunyai wewenang untuk menjatuhkan hukuman disiplin menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berwenang melakukan penyidikan berdasarkan undang- undang. Lanjutan:
• Kewenangan mengenai Atasan Yang Berhak Menghukum diatur
dalam Pasal 74 UU No. 31 Tahun 1997 yang menyebutkan bahwa : Atasan yang Berhak Menghukum mempunyai wewenang: a. melakukan penyidikan terhadap Prajurit bawahannya yang ada di bawah wewenang komandonya yang pelaksanaannya dilakukan oleh Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b atau huruf c; b. menerima laporan pelaksanaan penyidikan dari Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b atau huruf c; c. menerima berkas perkara hasil penyidikan dari Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b atau huruf c; dan
d. melakukan penahanan terhadap Tersangka anggota
bawahannya yang ada di bawah wewenang komandonya. Perwira Penyerah Perkara (Papera)
• Perwira Penyerah Perkara (Papera)
adalah “Perwira yang oleh atau atas undang- undang mempunyai wewenang untuk menentukan suatu perkara pidana yang dilakukan oleh prajurit yang berada di bawah wewenang komandonya diserahkan kepada atau diselesaikan di luar pengadilan”. PENYIDIK • Menurut Undang- Undang Nomor 31 tahun 1997 terdapat 3 (tiga) pejabat yang diberi wewenang khusus untuk melakukan penyidikan yaitu : 1. Atasan Yang Berhak Menghukum (Ankum), 2. Pejabat Polisi Militer tertentu, dan 3. Oditur Militer. Ad. 1. Atasan Yang Berhak Menghukum sebagai Penyidik • Berdasarkan asas baik kesatuan komando, komandan bertanggung jawab penuh kepada kesatuan dan anak buahnya, kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana yang dilakukan anak buahnya dan untuk dapat menentukan nasib bawahannya merupakan wewenang yang melekat pada Ankum, sehingga dalam melaksanakan tugas sebagai penyidik kewenangan penyelidikan dan penyidikan yang dimiliki Ankum dilimpahkan kepada penyidik Polisi Militer dan Oditur Militer.
• Tindakan-tindakan lain yang bersifat administratif seperti
mengeluarkan surat penahanan, perintah penyidikan, dan lain-lain masih mutlak dilaksanakan oleh Ankum. Namun dalam hal memeriksa dan menjadikan berkas perkara tugas tersebut dilimpahkan kepada penyidik lainnya. Lanjutan:
• Kewenangan mengenai Atasan Yang Berhak Menghukum
diatur dalam Pasal 74 UU No. 31 Tahun 1997 yang menyebutkan bahwa : Atasan yang Berhak Menghukum mempunyai wewenang: a. melakukan penyidikan terhadap Prajurit bawahannya yang ada di bawah wewenang komandonya yang pelaksanaannya dilakukan oleh Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b atau huruf c; b. menerima laporan pelaksanaan penyidikan dari Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b atau huruf c; c. menerima berkas perkara hasil penyidikan dari Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b atau huruf c; dan d. melakukan penahanan terhadap Tersangka anggota bawahannya yang ada di bawah wewenang komandonya. Ad.2 Polisi Militer sebagai Penyidik
Polisi Militer sebagai Penyidik Adalah :
Salah seorang pejabat yang mendapat pelimpahan wewenang dari Panglima TNI selaku Ankum tertinggi untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana yang dilakukan prajurit TNI. Tidak semua Polisi Militer sebagai penyidik, hanya Polisi Militer tertentulah yang diangkat dan disumpah untuk menjadi penyidik di lingkungan TNI. Konsepsi Undang-Undang Nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer, Polisi Militer sebagai penyidik adalah POM AD, sementara POM AL maupun POM AU saat itu masih berstatus sebagai Provost, sehingga dalam hal penyidikan provost hanya sebagai penyidik pembantu saja. Ad.3 Oditur Militer sebagai Penyidik Oditur Militer sebagai penyidik Adalah: Pejabat yang mendapatkan pelimpahan wewenang dari Panglima TNI selaku Ankum tertinggi untuk melakukan penyidikan kepada prajurit TNI yang melakukan tindak pidana. Semua Oditur Militer di samping sebagai Penuntut Umum juga sebagai penyidik, namun tidak memberkas sendiri kecuali atas perintah Orjen TNI dalam perkara tertentu Oditur Militer dapat menyidik sendiri sejak awal. TERIMA KASIH