Anda di halaman 1dari 10

NAMA : MUHAMMAD

RUSDI
NIM : 1906002015058
PRODI : BPI 19

FIKIH
FIKIH IBADAH
IBADAH
MACAM MACAM NAJIS DAN CARA
M E N S U C I K AM
M A C A M NAN CYA
AM NAJIS DAN CARA
M E N S U C I K A N N YA
MACAM MACAM NAJIS DAN
CARA MENSUCIKANNYA

PENGERTIAN NAJIS

Najis adalah perkara yang secara otomatis dapat menghambat ibadah


kita, karena sifat najis adalah mengkotori sesuatu dan tidak akan bersih
ataupun suci sebelum di bersihkan. Untuk itu kita perlu berhati-hati dalam
menghadapi perkara-perkara tentang najis. Sudah sucikah badan dan
pakaian anda? Dizaman sekarang ini banyak orang yang tidak
memperdulikan masalah najis dan penyuciannya , ini merupakan hal yang
fatal dalam persoalan ibadah.
Najis adalah bentuk kotoran yang setiap muslim diwajibkan untuk
membersihkan diri darinya atau mencuci bagian yang terkena olehnya. mengenai
hal ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:

‫ض َول َا تَ ْق َربُ ْو ُه َّن‬ ۙ ‫اۤء ِفـى ال َْم ِحيْ ِـ‬ َ ‫اعتَ ِزل ُوا ال ِن ّ َسـ‬ ْ ‫َويَ ْسٔـ ََٔـل ُْون َ َك َع ِنـال َْم ِحيْ ِضـ ۗ ُق ْلـ ُه َو ا َ ًذ ۙىـ َف‬
‫بالتَّ ّ َوا ِبيْ َن‬‫َحتّٰـى يَ ْط ُه ْر َنـ ۚ َفاِ َذا تَ َط َّه ْر َنـ َفأْتُ ْو ُه َ ّـن ِم ْنـ َحيْ ُثـا َ َم َرك ُ ُمـ الل ّ ٰ ُهـ ۗ اِ َ ّـن الل ّ ٰ َهـ يُ ِح ُ ّـ‬
ُّ ‫َويُ ِح‬
‫ب ال ُْمتَ َط ِ ّه ِريْ َن‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Secara etimologis, “najis” berarti sesuatu yang mengotori. Sedangkan
menurut syara’, “najis” adalah sesuatu yang kotor yang dapat menghalangi
keabsahan shalat selama tidak ada sesuatu yang meringankan (rukhsah).
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i; Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-
Qur’an dan Hadits (Terjemahan), (Jakarta: Almahira, 2010), hlm. 99
MACAM-MACAM NAJIS

a. Najis Mughalazhah (Najis Berat)


Yaitu najis berat, contohnya anjing, babi, dan peranakan dari
keduanya, berikut pula air seni, air liur, tinja, dll yang
bersumber dari binatang-binatang tersebut. Apabila suatu
benda terkena najis karena bersentuhan dengan anjing atau
babi, yang salah satunya basah, maka benda tersebut
dihukumi najis Mughalazhah.
b. Najis Muthawasithah (najis sedang)
Najis Muthawasithah adalah semua najis selain
anjing dan babi atau peranakan dari keduanya.
Najis Muthawasithah ini berupa
najis ‘ainiyyah (najis yang dapat diketahui dengan
menggunakan indera manusia). Maka
menghilangkan zat najis tersebut adalah wajib. Hal
itu dianggap belum sempurna sampai hilang rasa,
warna atau bau najis tersebut.
c. Najis Mukhaffafah (Najis Ringan)
Yaitu najis ringan, contohnya yaitu air seni
bayi laki-laki yang belum berumur dua tahun
dan belum makan apa pun selain ASI. Najis
mukhaffafah ini adalah najis yang mendapat
toleransi dari syara’, sehingga tidak wajib
dihilangkan dengan cara dicuci
BENDA-BENDA YANG NAJIS

1) Bangkai binatang darat yang berdarah selain dari mayat manusia


2) Darah
3) Nanah
4) Segala benda cair yang keluar dari dua pintu
5) Khamr/Arak (setiap minuman keras yang memabukan)
6) Anjing dan Babi
7) Bagian badan binatang yang diambil dari tubuhnya selagi hidup
8) Kotoran dan Kencing Hewan.
9) Hewan Jalalah (Liar)
10) Wadi
11) Madzi
12) Kencing dan Muntah Manusia
13) Mani
CARA BERSUCI DARI NAJIS

Najis Mughalazhah (Najis Berat)


Apabila suatu benda terkena najis mughalazhah (Najis Berat), maka
benda itu hanya bisa disucikan dengan cara dicuci tujuh kali yang
salah satu di antaranya menggunakan debu yang merata pada
seluruh tempat yang terkena najis. Adalah wajib hukumnya untuk
meratakan tempat atau pakaian yang terkena najis mughalazhah
dengan air yang dicampur debu. Menurut pendapat yang azhar,
penggunaan debu tidak bisa digantikan dengan bahan lain seperti
abun atau asynan
Najis Muthawasithah (najis sedang)
Jika najis muthawasithah ini berupa najis ‘ainiyyah (najis yang dapat
diketahui dengan menggunakan indera manusia). Maka menghilangkan
zat najis tersebut adalah wajib. Hal itu dianggap belum sempurna sampai
hilang rasa, warna atau bau najis tersebut. Jika ternyata najis
muthawasithah sulit dihilangkan, wajib digunakan bahan-bahan semacam
sabun. Jika ternyata (setelah dicuci dengan sabun) warna atau bau najis
tersebut masih ada dan benar-benar sulit dihilangkan, itu tidak mengapa.
Jika najis muthawasithah tidak berwujud, seperti air seni yang sudah
kering, dan sudah tidak ada rasa, warna dan baunya, maka cukuplah najis
itu dihilangkan dengan mengalirkan air pada bagian yang terkena najis
dengan satu kali siraman
Najis Mukhaffafah (Najis Ringan)
Najis mukhaffafah ini adalah najis yang mendapat toleransi dari syara’,
sehingga tidak wajib dihilangkan dengan cara dicuci. Meskipun
terdapat banyak air, cara untuk mensucikan najis tersebut cukup
dengan memercikkan air pada tempat yang terkena najis tersebut, dan
tidak disyaratkan untuk mengalirkan air. Mayoritas ulama berpendapat
bahwa air seni anak kecil adalah najis, oleh sebab itu syari’ (Allah dan
Rasulullah) memberikan keringanan pada proses penyuciannya.
Adapun air kencing bayi perempuan atau bayi khunsa (berkelamin
ganda) hendaklah dicuci sebagaimana halnya air kencing perempuan
dewasa, bagitu pula halnya dengan air seni bayi laki-laki yang sudah
memakan makanan selain ASI

Anda mungkin juga menyukai