(Dphylidium Caninum )
Muhammad Haiqal (1802101010128)
Morfologi Diphylidium Caninum
Menurut Cappel dkk.,1990, Roberts dan Janovy, 1996 mengatakan Caninum
dipylidium adalah cacing pipih panjang sekitar 40 sampai 50 cm.Menurut Sutanto
dkk.Panjang cacing ini sekitar 25 cm.Sedangkan menurut Natadisastra,dkk.2009, cacing
dewasa berukuran kurang lebih 15-17 cm,memiliki 60-175 proglotid. Skolek berbentuk
belah ketupat dengan 4 batil hisap lonjong dan menonjol,serta sebuah rostellum
seperti kerucut refraktil yang dilengkapi 30-150 kait tersusun menurut garis transversal.
Proglotid gravid berukuran 12x3 mm,dipenuhi telur yang bermembran , setiap
kapsul berisi 8-20 butir telur. Proglotid hamil ini dapat aktif keluar anus atau keluar
bersama tinja satu persatu atau berkelompok 2-3 proglotid.Telur mengandung embrio
yang tidak tahan terhadap kekeringan. Didalam hospes perantara, oncospher akan
berkembang menjadi larva cysticercoid yang berekor.Manusia tertular secara kebetulan
jika tertelan kutu kucing atau anjing yang mengandung larva
01 Kingdom: Animalia
02 Filum : Platyhelmintes
03 Kelas : Cestoda
Nomenclacture
04 Ordo : Cyclopyllidea
05 Family : Dipylidiidae
05 06 Genus : Dipylidium
07
07 Spesies : D.caninum
Diphylidium
caninum
Siklus Hidup
Segmen cacing yang mengandung telur yang mengandung telur gravid keluar dari tubuh bersama feses anjing secara spontan. Segmen
KETERANGAN
PATOGENESA Diagnosa
Selain menyebabkan rasa gatal di daerah
anus karena keluarnya proglotid serta rangsangan Dengan ditemukan
yang timbul oleh melekatnya proglotid tersebut.
Rasa gatal tersebut akan menyebabkan penderita
proglotid di feses ataupun
menggosok gosokan bagian rektalnya di tanah. dengan identifikasi telur
Penderita dengan infeksi berat memperlihatkan
gejala nafsu makan menurun dan berat badan yang
cacing dengan
menurun (Subronto, 2006). pemeriksaan mikroskopis.
Gejala Klinis
Cacing dapat mengakibatkan enteritis kronis,
muntah dan gangguan syaraf (Foreyt, 2001). Rasa
gatal di daerah anus yang diperlihatkan dengan
menggosok-gosokan bagian yang gatal tersebut serta
berjalan dengan tubuh yang tegak merupakan
petunjuk kuat untuk diagnosa (Subronto, 2006).
PEMBELAJARAN
TERAPI
PROGNOSA Pyrantel merupakan obat cacing golongan
Pencegahan dapat dilakukan dengan jangan tetrahydropyrimidin, derivat dari imidazothiazole
mencium anjing atau kucing,menghindari dengan rumus kimia yaitu E-1,4,5,6-tetrahydro-1-
jilatan anjing, binatang peliharaan diberi obat methyl-2-[2-(2-thienyl)vinyl]-pyrimidine
cacing dan insektisida, pengendalian kutu (Ganiswara, 1995) dengan garam pyrantel yang
pada hewan peliharaan Anda dan lingkungan diproduksi adalah pamoat yang berbentuk padat,
mereka, memeriksaanjing atau kucing atau relatif stabil dalam penyimpanan, namun dalam
hewan peliharaan ke dokter hewan jika bentuk cairan jika terkena cahaya matahari akan
mereka memiliki sebuahcacing pita untuk mengalami fotoisomerisasi sehingga tidak
diobati, mencuci tangan setelah memegang memiliki potensi sebagai obat cacing dengan
hewan. demikian bila telah dilarutkan harus segera
PREVENTIF dihabiskan. Pada hewan berlambung tunggal,
pyrantel segera diserap setelah pemberian dengan
Selain mengobati penderita , menghindarkan anak kadar puncak plasma tercapai dalam 2-3 jam.
bermain dengan kucing atau anjing serta membasmi
kutu binatang tersebut, .( Natadisastra,dkk.2009). KERUGIAN
Pemberian pengobatan untuk membasmi cacing pita
ajing D.caninum dari anjing dan kucing Infeksi cacing Dipylidium caninum
peliharaanSekaligus pula pemberian obat membasmi yang dapat menyebabkan penurunan berat
kutu Ctenocephalides cania dari bulunya badan pada hewan peliharaan.
DAFTAR PUSTAKA