Dosen Fasilitator :
Dr. Abu Bakar, S.Kep., Ns., M.Kep., Ns.Sp.KMB.
KELOMPOK 2
Nurul Imam (132024153001)
Lie Liana Fuadiati (132024153006)
Maria Sofia Anita aga (132024153016)
SISTEM SARAF
1. Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke susunan saraf pusat,
pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan rangsangan (Feriyawati, 2006).
1. Cerebrum (OTAK )
luar berwarna putih (white area) dan lapisan dalam berwarna kelabu
Saraf spinal adalah sistem saraf yang keluar dari sumsum tulang
belakang yang merupakan bagian dari sistem saraf pusat (SSP) di tubuh
manusia. Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks
dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Saraf spinal adalah saraf
gabungan motorik dan sensorik, membawa informasi ke korda melalui
neuron aferen dan meninggalkan melalui eferen (Snell, 2006). Menyebar
pada ekstermitas dan dinding tubuh. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum
tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf
punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu
pasang saraf ekor
1. Sel saraf sensori Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke
sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis).
2. Sel saraf motorik Fungsi sel saraf motorik adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat
ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan.
3. Sel saraf intermediet Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat
ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor
dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam
sistem saraf pusat.
15
Kasus
SN, pasien wanita berusia 82 tahun yang dirawat di departemen medis Rumah Sakit Universitas Jordan
melalui bagian gawat darurat dengan sakit kepala yang terus-menerus, kelemahan sisi kanan, afasia global,
kesulitan berbicara, mati rasa pada wajah dan lengan, rasa berat pada lidah dan disfagia, pusing dan gaya
berjalan tidak stabil. Tanda-tanda vitalnya Suhu: 37 C oral, TD 190/110 mmHg, Nadi 86 x/menit, RR
16x/menit. Terpasang NGT.
CT scan otak dan MRI menunjukkan infark iskemik sedang pada belahan otak kiri (Gbr. 1) dan (Gbr. 2).
Tidak ada pencetus trombosis yang jelas (yaitu, tidak ada trauma, keracunan, atau dehidrasi), tetapi satu-
satunya faktor risiko penyakit vaskular adalah hipertensi.
Pasien tidak memiliki riwayat medis dan bedah sebelumnya kecuali hipertensi. Dia bukan perokok tanpa
riwayat keluarga yang signifikan. Tidak ada bukti penyakit imunologi.
Beberapa hari setelah masuk, pasien mengalami perubahan pada hasil laboratorium dan mengalami infeksi
saluran kemih. Di sisi lain, ditemukan bahwa pasien menderita kolesistitis (peradangan kandung empedu).
Pemeriksaan fisik umum pasien dalam keadaan sadar, waspada dan berorientasi, tidak ada edema tungkai
bawah. Auskultasi paru bersih (vesikuler). Denyut jantung normal, dan irama teratur, tidak ada murmur
atau derap jantung, tidak ada bising karotis dan tidak ada edema tungkai bawah.
Dalam penilaian neurologis, hemiparesis pada wajah, lengan dan tungkai. Pasien mengalami disartria
(kelainan pada sistem saraf dan menganggu sistem otot bicara), disfasia global (kesulitan bicara), dan
defisit lapang pandang.
16
Kasus
Pemeriksaan saraf kranial menunjukkan gangguan refleks muntah, masalah menelan,
kelemahan gerakan mengunyah, hilangnya sensasi sepihak, berkurangnya kontrol gerakan
mata (parsial gaze palsy) dan kelumpuhan wajah ringan.
Pemeriksaan motorik dan sensorik menunjukkan adanya defisit motorik dan sensorik
pada lengan dan kaki kanan. Hypertonia (peningkatan tonus otot/kekakuan) sisi kanan
terlihat dengan berkurangnya rasa getaran di kaki depan. Kekuatannya 2/5 di sisi kanan dan
5/5 di sisi kiri. Refleks tendon dalam hiperaktif di sisi kanan terlihat dengan refleks Babinski
negatif.
Pemeriksaan MRI otak menunjukkan infark iskemik yang melibatkan lobus temporal kiri
di bawah celah Sylvian (Gbr. 2). Area keterlibatan sesuai dengan wilayah divisi inferior
arteri serebri tengah kiri. Bifurkasi kedua arteri karotis terlihat tanpa kelainan yang parah.
CT scan perut menunjukkan kandung empedu yang membengkak yang diisi dengan
Sludge dan beberapa batu kandung empedu; temuan menunjukkan batu kandung mengalami
gangguan empedu akut. Pemeriksaan kardiologi, termasuk elektrokardiografi, tidak
menemukan kelainan apapun.
17/03/2021 17
Kasus
Saat masuk, pemeriksaan darah menunjukkan kimia darah normal dengan penurunan kadar
kreatinin dan kalsium. Hasil laboratorium menunjukkan hematologi normal; peningkatan CK-MB
menjadi 14. LFT normal sedangkan profil lipid menunjukkan kadar kolesterol darah dan trigliserida
yang sangat tinggi. Namun, waktu protrombin dan tromboplastin parsial tidak diminta.
Setelah 3 hari masuk, leukosit meningkat secara signifikan dari 9,7 menjadi 17,7, limfosit menurun,
dan analisis urin menunjukkan pertumbuhan bakteri dan proteinuria. ALT, AST, dan LDH meningkat
setelah 10 hari stroke; bersamaan, albumin dan protein total menurun di bawah normal.
Berdasarkan riwayat kesehatan, rekam medis pasien, pemeriksaan fisik dan hasil lab, pasien
memiliki daftar masalah sebagai berikut: Stroke iskemik (kelemahan sisi kanan dan disfasia),
kolesistitis, infeksi saluran kemih, hipoalbuminemia, hipertensi, dislipidemia, leukositosis, dan
trombositopenia.
18
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. Identitas Pasien
19
II. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik: Stroke Iskemik
2. Keluhan Utama: kelemahan tubuh bagian kanan
3. Riwayat penyakit sekarang:
SN, pasien wanita berusia 82 tahun yang dirawat di departemen medis Rumah Sakit Universitas Jordan
melalui IGD dengan sakit kepala yang terus-menerus, kelemahan sisi kanan, afasia global, kesulitan berbicara,
mati rasa pada wajah dan lengan, rasa berat pada lidah dan disfagia, pusing dan gaya berjalan tidak stabil.
Tanda-tanda vitalnya Suhu: 37 C oral, TD 190/110 mmHg, Nadi 86 x/menit, RR 16x/menit. Terpasang NGT.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami: Hipertensi
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll): Tidak terkaji
c.Imunisasi: Tidak terkaji
d.Kebiasaan/pola hidup/life style: Pasien tidak merokok
e. Obat-obat yang digunakan: -
5. Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada
20
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Kesadaran Composmentis (E4V5M6)
Tanda vital:
- Tekanan Darah : 190/110 mmHg
- Nadi : 86 x/mnt
- RR : 16 x/mnt
- Suhu : 37° C
Interpretasi :
Tekanan darah tidak normal (hipertensi grade 3 / berat)
21
III. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
1. Kepala
Wajah
Kepala :
Inspeksi : kelumpuhan wajah ringan,
Pesebaran rambut: tidak terkaji
asimetris
warna rambut : tidak terkaji
Palapasi :
lesi : tidak terkaji
Arteri temporal : tidak terkaji
Benjolan : tidak terkaji
Nyeri tekan : tidak terkaji 22
III. Pemeriksaan Fisik
2. Mata 7. Dada
Inspeksi : Defisit lapang pandang dan kontrol Jantung
gerakan mata (parsial gaze palsy)
3. Telinga Inspeksi : iktus kordis : tidak terkaji,
kardiomegali : tidak terkaji
-
4. Hidung Auskultasi : tidak ada murmur atau
derap jantung, tidak ada bising karotis
-
5. Mulut Perkusi : suara pekak
Inspeksi : disfasia (kesulitan berbicara), lidah Palpasi : denyut jantung normal
kaku, mulut asimetris hemiparasis dextra
Palpasi : -
Paru
6. Leher
Inspeksi : - Perkusi : sonor
Palpasi : - Auskultasi : vesikuler
23
III. Pemeriksaan Fisik
8. Abdomen 10. Ekstremitas
Tidak terkaji Tidak ada edema
Refleks tendon dalam hiperaktif disebelah kanan
10. Ekstremitas
11. Kulit dan kuku
Kekuatan otot
Tidak terkaji
Dextra Sinistra
222 222
555 555
555 555
555 555
24
IV. Pemeriksaan Saraf Kranial
1. Test nervus I (Olfactory) : Fungsi 5. Test nervus VII (Facialis) : Fungsi
penciuman : Tidak terkaji sensasi dan Fungsi motoric : Tidak
2. Test nervus II ( Optikus) : Fungsi terkaji
aktifitas visual dan lapang pandang : 6. Test nervus VIII (Acustikus) : Fungsi
Pasien mengalami defisit lapang sensoris : Tidak terkaji
pandang
7. Test nervus IX (Glossopharingeal) dan
3. Test nervus III, IV, VI (Oculomotorius, nervus X (Vagus) : Pasien mengalami
Trochlear dan Abducens) disfagia (kesulitan menelan), kelemahan
a. Test N III (respon pupil terhadap cahaya) : mengunyah, reflek muntah ada
positif
b. Test N IV : tidak terkaji
8. Test nervus XI (Accessorius) : Tidak
c. Test N VI : (gerakan bola mata)
terkaji
berkurangnya kontrol gerakan mata (parsial 9. Nervus XII (Hypoglosus) : Pasien
gaze palsy)
mengalami rasa berat saat menggerakan
4. Test nervus V (Trigeminus) Fungsi lidah
Sensasi & Fungsi motoric : Tidak
terkaji
25
V. Pemeriksaan Penunjang
Nilai normal Hasil (Tanggal/Jam)
No. Jenis Pemeriksaan Keterangan
Nilai Satuan Saat masuk 3 hari setelah masuk
Pemeriksaan 1. Hematologi
Laboratorium Leukosit 4,5 = 11 109 / L 9,7 17,7 Meningkat
Limfosit 1.000 -4.800 mcL ... Menurun
2. Elektrolit
Kalsium 8,8-10,4 mg/dL ... Menurun
3 Lipid
Trigliserida 450 mg/dL ... Tinggi
Kolestrol < 220 mg/dL ...
4. Faal Ginjal
Kreatinin 0,5 – 1,1 mg/dL Menurun
5. Faal Hati
LFT ... Normal
SGOT 3-45 u/L ... Normal
SGPT 0-35 u/L ... Normal
ALT 5 - 60 iu ... Meningkat
AST ... Meningkat
LDH 140 - 280 u/L ... Meningkat
6. Urin
Albumin 3,5 – 5,9 g/dL Menurun
Protein 0 – 20 mg/dL Menurun
7. Lain-lain
CK-MB 0-3 mcg/L 14 Meningkat
26
V. Pemeriksaan Penunjang
CT Scan
CT scan otak menunjukkan infark iskemik MRI otak menunjukkan infark iskemik dari
dari lobus temporal kiri di bawah celah lobus temporal kiri di bawah celah Sylvian
Sylvian (48 jam setelah masuk)
27
V. Pemeriksaan Penunjang
28
PEMBAHASAN
Berdasarkan gambaran klinis dan hasil laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada saat
dari kasus yang diteliti, ditemukan bahwa pasien
pasien masuk untuk mengetahui peningkatan subfraksi
mengalami infeksi saluran kemih dan peningkatan
miokard serum kreatin kinase (CK-MB) menunjukkan
leukosit dengan jumlah limfosit rendah 3 hari setelah
hasil peningkatan CK-MB.
masuk.
Berdasarkan laporan CT scan abdomen, ditemukan Hasil pemeriksaan laboratorium albumin pasien
bahwa pasien menderita batu kandung empedu mengalami penurunan (hipoalbumin)
multipel dan kolesistitis
29
MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot ditandai dengan kelemahan sisi kanan, kekuatanya 2/5 di sisi
kanan (D0057)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan ditandai dengan masalah menelan, kelemahan gerakan
mengunyah (D.0019)
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
ditandai dengan kelemahan tubuh sisi kanan (D. 0109)
4. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan
hipertensi ditandai dengan tekanan darah 190/110 mmhg (D.0017)
30
THANK
YOU
Kelompok 2