Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN TEORI

A. CVA BLEEDING ICH


1. Definisi
Cerebrovaskuler Accident ( CVA ) Bleeding yang disebut dengan
nama lain stroke hemoragik merupakan gangguan fungsi pada otak
yang disebabkan oleh perdarahan intra serebral atau perdarahan
subarachnoid.
CVA Bleeding terbagi atas :
a. SGH adalah perdarahan yang terjadi pada antara kulit
dan tulang kepala
b. EDH (Epidural Hematom) adalah perdarahan yang terjadi
didalam tulang namun diluar meningen otak
c. ICH (Intra Cerebral Hemorage) adalah perdarahan yang
terjadi pada jaringan otak
d. SAH (Sub Arachnoid Hemorage) adalah perdarahan
yang terjadi dibawah SDH diluar parenkim tapi mengikuti
alur surkus kilus
e. IVH adalah perdarahan yang terjadi pada ventrikel otak
2. Etiologi
a. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
b. Fraktur depresi tulang tengkorak
c. Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
d. Cedera penetrasi peluru
e. Jatuh
f. Kecelakaan kendaraan bermotor
g. Hipertensi
h. Malformasi Arteri Venosa
i. Aneurisma
j. Distrasia darah
k. Obat
l. Merokok

Laporan Pendahuluan STIKes WIDYA CIPTA HUSADA


3. Manifestasi klinis
1. Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku,
menurunnya
fungsi sensorik
2. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun
kemampuan membau,mengecap, mendengar, dan melihat
parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresI, wajah
terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah
lemah.
3. Cerebral cortex: daya ingat menurun, hemineglect,
kebingungan.
4. Pathway
(Terlampir)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan :untuk mengetahui terjadinya perdarahan pada
jaringan keras otak.
b. MRI : untuk mengetahui terjadinya perdarahan pada jaringan
lunak otak.
c. Angiografi serebral : untuk mentukan penyebab dari stroke
perdarahan arteriovena atau menentukan rupture dan untuk
mencari sepeprti perdarahan
d. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan
jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke
e. Pemeriksaan laboratorium
1. Pungsi lumbal : tekanan yang meningkat dan disertai
dengan bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan
adanya hemoragi pada intrakranial
2. Pemeriksaan darah rutin
a. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat
terjadi hiperglikemia, mungkin terjadi pula gangguan

Laporan Pendahuluan STIKes WIDYA CIPTA HUSADA


elektrolit, hiperkolestrolemi peningkatan kekentalan
darah diperiksa untuk mengetahui penyebab stroke.
b. Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan
pada darah itu sendiri terutama untuk mendapatkan
informasi hemoglobin dan hematokrit. (Masnjoer,
2008)

6. Penatalaksanaan

1. mempertahankan saluran nafas yang paten dengan


pemasangan oropharingeal tube dan penhisapan lender
/muntahan

2. mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien


termasuk usaha memperbaiki hipertensi dan hipotensi

3. berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung

4. memperbaiki kadar gula darah

5. menempatkan pasien dalam posisi yang tepat (menghindari


fleksi kepala)

6. anti koagulan diberikan untuk mencegah terjadinya atau


embolisasi dari tempat lain

7. vasodilator: untuk meningkatkan aliran darah serebral

7. Komplikasi

1. Paralisis: dislokasi sendi, dikubitus


2. Infark serebri
3. Peningkatan TIK
8. Prognosis
Prognosis bervariasi tergantung dari keparahan stroke,
lokasi dan volume perdarahan. Semakin rendah nilai SKG maka
prognosis semakin buruk dan tingkat mortalitasnya tinggi. Semakin

Laporan Pendahuluan STIKes WIDYA CIPTA HUSADA


besar volume perdarahan maka prognosis semakin buruk. Dan
adanya darah di dalam ventrikel berhubungan dengan angka
mortalitas yang tinggi. Adanya darah di dalam ventrikel
meningkatkan angka kematian sebanyak 2 kali lipat (Nassisi, 2009).
Hal ini mungkin diakibatkan oleh obstructive hydrocephalus atau
efek massa langsung dari darah ventrikular pada struktur
periventrikular, yang mana berhubungan dengan hipoperfusi global
korteks yang didasarinya. Darah ventrikular juga mengganggu
fungsi normal dari CSF dengan mengakibatkan asidosis laktat local

Laporan Pendahuluan STIKes WIDYA CIPTA HUSADA


B. CRANIOTOMY
1. Definisi
Craniotomy adalah perbaikan pembedahan, reseksi atau
pengangkatan pertumbuhan atau abnormalitas di dalam kranium,
terdiri atas pengangkatan dan penggantian tulang tengkorak untuk
memberikan pencapaian pada struktur intracranial (Tucker, 2008).
Craniotomy adalah Operasi untuk membuka tengkorak
(tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan
memperbaiki kerusakan otak (Marylin, 2010)
Menurut Hamilton MG, Frizzell JB, Tranmer BI,
Craniectomy adalah operasi pengangkatan sebagian tengkorak
(Tucker, 2008)
Sedangkan menurut Chesnut RM, Gautille T, Blunt BA,
Craniotomi adalah prosedur untuk menghapus luka di otak melalui
lubang di tengkorak (kranium). Dari ketiga pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa pengertian dari Craniotomi adalah Operasi
membuka tengkorak (tempurung kepala) untuk mengetahui dan
memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh adanya luka yang
ada di otak (Sjamsuhidajat, 2011)
2. Tujuan
Craniotomy adalah perbaikan pembedahan, reseksi atau
pengangkatan pertumbuhan atau abnormalitas di dalam kranium,
terdiri atas pengangkatan dan penggantian tulang tengkorak untuk
memberikan pencapaian pada struktur intracranial (Tucker, 2008)

3. Penyebab
Etiologi dilakukannya Craniotomy karena
a. Adanya benturan kepala yang diam terhadap benda yang
sedang bergerak. Misalnya pukulan-pukulan benda tumpul,
kena lemparan benda tumpul.
b. Kepala membentur benda atau objek yang secara relative
tidak bergerak. Misalnya membentur tanah atau mobil.
c. Kombinasi keduanya.

Laporan Pendahuluan STIKes WIDYA CIPTA HUSADA


(Tucker, 2008)

4. Indikasi
Indikasi Craniotomy dilakukan sebagai berikut:
a. penurunan kesadaran tiba-tiba
b. adanya tanda herniasi/lateralisasi
c. adanya cidra sistemik yang memerlukan operasi emergency,
dimana c-t scan kepala tidak bisa dilakukan
d. pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun kanker
e. mengurangi tekanan intracranial
f. mengevakuasi bekuan darah
g. mengontrol bekuan darah
h. pembenahan organ-organ intracranial
i. tumor otak
j. perdarahan/ hemoragik
k. peradangan pada otak
l. trauma pada tengkorak
m. post trepanasi adalah setelah dilakukannya operasi
pembukaan tulang tengkorak utu mengangkat tumor,
mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah dan
menghentikan perdarahan

Laporan Pendahuluan STIKes WIDYA CIPTA HUSADA


ASUHAN KEPERAWATAN

1. IDENTITAS KLIEN
Nama: Tn. H
Umur : 67 tahun
Jenis kelamin: laki-laki
Alamat : kec ponggok
Suku : jawa
Agama : islam
Status : sudah menikah
Tanggal masuk MRS : 03 mei 2018
Diagnose medis :CVA ICH
2. KELUHAN UTAMA
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengatakan tangan kanan dan kiri lemas, bicara pelo1
jam yang lalu sebelum masuk UGD , nyeri kepala nyut-nyutan
4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien memiliki riwayat penyakit hipertensi
5. RIWAYAT PENYAKIT KELURGA
Klien tidak punya penyakit keturunan
6. PEMERIKSAN FISIK
B1 BREATH (SISTEM PERNAFASAN)
Airway
1. Klien memakai ETT no 7,5
2. Klien memakai mayo warna kuning
3. Tidak ada defiasi trakea
4. Suara nafas tambahan gurgring (seperti mengorok) karena
terdapat skret yang tidak dapat keluar
5. Kondisi mulut kotor

Laporan Pendahuluan STIKes WIDYA CIPTA HUSADA


Breathing

1. Memakai ventilator SMV mode bantuan sebagian


2. Frekuensi ventilator 12x/menit
3. Frekuensi nafas pasien dengan bantuan ventilator 20x/menit
4. Frekuensi nafas pasien mandiri 8x/menit

Dx yang muncul: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Dengan batasan karakteristik:

1. Batuk yang tidak efektif : klien tidak bisa batuk karena


menggunakan ETT
2. Dyspnea : Frekuensi ventilator 12x/menit
3. Gelisah : klien tampak gelisah
4. Kesulitan verbelasi: GCS klien
5. Ortopnea: klien sulit bernapas, setting ventilator, klien
menggunakan ETT
6. Perubahan pola napas: klien menggunakan ventilator
7. Perubahan frekuensi napas
8. Sputum berlebih : klien tidak bisa batuk
9. Tidak ada batuk : klien menggunakan ETT
10. Suara napas tambahan: gurgling

B2 BLOOD (SISTEM KARDIOVASKULER)


1. TD: 150/70 mmHg Suhu: 36,7 oC
Nadi : 70x/menit
2. Siring pump: nicardipin 1 ˠ =19,5ml/jam atau 78cc/hari
3. Kebutuhan cairan
Sunde susu = 6x150 = 900 cc
Extra jus = 1x150 = 150 cc
Nicardipin 1ˠ = 78 cc/hari
Aminofluid = 500 cc
NS = 500 cc

Laporan Pendahuluan STIKes WIDYA CIPTA HUSADA


Manitol 4x 100 = 400 ml
NS drip KCL = 500 cc
INPUT = 3028 cc
4. Kebutuhan Cairan 30x65= 1950 ml 40x65=2600ml
jadi kebutuhan cairan klien 1950ml-2600ml
5. IPPA jantung
Inspeksi = ictus cordis tidak terlihat
Palpasi = ictus cordis teraba pada ICS II
Perkusi = tidak terkaji
Auskultasi = BJ 1, BJ 2 tunggal, tidak ada suara tambahan
B3 BRAIN (SISTEM NEUROVASKULAR)
1. GCS: 2,X,4
Stupor= keadaan seperti tidur, tapi merespon saat
dirangsang nyeri
2. Laterasi : sebelah kiri

Dx yang muncul Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan


otak.

Dengan batasan karakteristik:

1. Hipertensi
2. Gangguan serebrovaskuler
B4 BLEDDER (SISTEM PERKEMIHAN)
1. Klien terpasang kateter no 16
2. Jumlah output: urine: 1820 cc+ IWL 10X65:=650cc
3. OUTPUT= 2470 cc
4. Balance cairan= input-output=3028-2470=+558 cc
B5 BOWEL (SISTEM PENCERNAAN)
1. IPPA perut:
Inspeksi: abdomen simetris, tidak ada lesi,
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Perkusi:
Auskultasi:bising usus

Laporan Pendahuluan STIKes WIDYA CIPTA HUSADA


2. Klien terpasang NGT
3. Klien BAB melalui anus
4. Karakteristik BAB : tidak terkaji
5. Kebutuhan nutrisi: 25x65= 1625 35x65=2275
jadi kebutuhan cairan klien 1625 kkal-2275 kkal
kalori yang di berikan:
1. susu 6x150 cc=6x78 kkal= 468 kkal
2. jus 1x150 cc= 1x 75kkal= 75 kkal
3. aminofluide 500cc= 210 kkal
Total Input kalori = 753 kkal
Kecukupan nutrisi 753 kkal:1625 kkalx100%= 46%
Pemenuhan kebutuhan nutrisi = 46% (cukup)
B6 BONE (SISTEM MUSKULOSKELETAL)
1. Klien tidak ada gangguan muskuloskeletal
7. DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

Dengan batasan karakteristik:

1. Batuk yang tidak efektif : klien tidak bisa batuk karena


menggunakan ETT
2. Dyspnea : Frekuensi ventilator 12x/menit
3. Gelisah : klien tampak gelisah
4. Kesulitan verbelasi: GCS klien
5. Ortopnea: klien sulit bernapas, setting ventilator, klien
menggunakan ETT
6. Perubahan pola napas: klien menggunakan ventilator
7. Perubahan frekuensi napas
8. Sputum berlebih : klien tidak bisa batuk
9. Tidak ada batuk : klien menggunakan ETT
10. Suara napas tambahan: gurgling

Laporan Pendahuluan STIKes WIDYA CIPTA HUSADA


2. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan
dengan
Dengan batasan karakteristik:
1. Hipertensi
2. Gangguan serebrovaskuler

3. INTERVENSI
DIAGNOSA
No NOC NIC
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan 1. Status Manajemen Jalan
bersihan jalan Pernapasan: Nafas
nafas a. Frekuensi 1.
berhubungan pernapasan Pencegahan
dengan (3) Aspirasi
b. Irama 1.
1
pernapasan
(5)
c. reflek saraf
tergangu (5)
d. batuk (2)

Resiko
2.
Ketidakefektifan

Laporan Pendahuluan STIKes WIDYA CIPTA HUSADA


perfusi jaringan
otak

Laporan Pendahuluan STIKes WIDYA CIPTA HUSADA


DAFTAR PUSTAKA

Mutaqqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan


sistem perrsarafan. Jakarta : Salemba Medika

Carpenito, Lynda Juall. 2012. Diagnisa Keperawatan. Jakarta : EGC

Mansjoer, dkk 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : media


Aesculapius

Hudak, C.M. Gallo, 2010. Keperwatan Kritis. Pedekatan holitic. edisi VI


volume II. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Laporan Pendahuluan STIKes WIDYA CIPTA HUSADA

Anda mungkin juga menyukai