Anda di halaman 1dari 25

HUKUM DAGANG DAN HUKUM ASURANSI

CHAPTER II
By Nurti Widayati, SH., MH.
PENGATURAN HUKUM DAGANG
• Hukum Tertulis yang dikodifikasikan,
KUHD/WvK (Wetboek van Koophandel )
KUHPerd/BW (Burgerlijk Wetboek)
• Hukum Tertulis yang tidak dikodifikasikan,
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dll.
HUKUM DAGANG
• C.S.T. Kansil berpendapat bahwa hukum dagang adalah hukum yang
mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan perdagangan
dalam usahanya memperoleh keuntungan.
• Purwosutjiptomengemukakan bahwa Hukum dagang adalah hukum
perikatan yang timbul khusus dari lapangan perusahaan.
• Soekardono mengemukakan bahwa ”Hukum dagang adalah bagian
dari hukum perdata pada umumnya, yakni yang mengatur masalah
perjanjian dan perikatan yang diatur dalam buku III KUHPerdata.
HUBUNGAN HUKUM DAGANG DENGAN HUKUM
PERDATA
• Dalam pasal 1 KUHD ditetapkan bahwa Kitab Undang - Undang Hukum
Perdata berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dalam Kitab Ini.
• Dengan merujuk Pasal 1 diatas jelaslah berlaku Asas " Lex Specialis
Derogat Lex Generalis " yang mempunyai arti Peraturan yang khusus
akan mengesampingkan peraturan yang umum.
• KUHD merupakan suatu Lex Specialis terhadap KUHPerdata yang
berposisi sebagai Lex Generalis, karena sebagai Lex Specialis kalau dalam
KUHD terdapat ketentuan mengenai hal yang sama diatur dalam
KUHPerdata maka ketentuan dalam KUHD itulah yang berlaku
PERBUATAN DAGANG VS PERBUATAN PERUSAHAAN
• Stb. 1938-276 mencabut Pasal 2-5 KUHD, yang salah satunya
merubah pengertian perbuatan dagang menjadi perbuatan
perusahaan,
• Pengertian perbuatan dagang menjadi perbuatan perusahaan yang
mempunyaiarti lebih luas
• Sehingga KUHD tidak hanya berlaku pada para pedagang tetapi juga
bagi setiap pengusaha, yaitu orang yang menjalankan perusahaan.
• Perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara
tidak terputus-putus, dengan terangterangan, dalam kedudukan
tertentu dan untuk mencari laba.1
UNSUR PERUSAHAAN
1. Merupakan bentuk usaha,
2. Diselenggarakan oleh perseorangan maupun badan usaha,
3. Melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus,
4. Bertindak keluar dengan cara memperniagakan barangbarang,
5. membuat perhitungan tentang laba-rugi, dan (6) bertujuan
memperoleh keuntungan
KEWAJIBAN PERUSAHAAN
1. Membuat pembukuan, sebagaimana dalam Pasal 6 KUHD, Setiap orang
yang menjalankan perusahaan diwajibkan untuk menyelenggarakan catatan-
catatan menurut syarat-syarat perusahaannya tentang keadaan hartanya
dan tentang apa yang berhubungan dengan perusahaannya, dengan cara
yang sedemikian sehingga dari catatan-catatan yang diselenggarakan itu
sewaktu-waktu dapat diketahui semua hak dan kewajibannya.
2. Wajib dafar perusahaan, sebagaimana dalam Undang-Undang No. 3 tahun
1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan bahwa setiap orang atau badan yang
menjalankan perusahaan menurut hukum wajib untuk melakukan
pendaftaran tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan usahanya
PASAL 2 UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1997
TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN
1. Dokumen keuangan, terdiri dari catatan, bukti pembukuan, dan
data administrasi keuangan yang merupakan bukti adanya hak
dan kewajiban serta kegiatan usaha suatu perusahaan
2. Dokumen lainnya, terdiri dari data atau setiap tulisan yang berisi
keterangan yang mempunyai nilai guna bagi perusahaan,
meskipun tidak terkait langsung dengan dokumen keuangan.
PERANTARA DAGANG ATAU
PERUSAHAAN
1. Di dalam perusahaan, berdasarkan perjanjian perburuhan yaitu
hubungan yang bersifat subordinasi antara majikan atau buruh.
seperti pelayan toko, kasir, manajer, pimpinan perusahaan, sales
dan sebagainya; dan
2. Di luar perusahaan, berdasarkan perjanjian pemberian kuasa yaitu
suatu perjanjian seseorang memberikan kuasanya kepada orang
lain yang menerimanya untuk atas nama pemberi kuasa
menyelenggarakan suatu kuasa, seperti makelar, komisioner,
ekspeditur dan agen
PERANTARA DILUAR PERUSAHAAN
1. Makelar
Seorang makelar adalah pedagang perantara yang membuka usahanya di bidang perantara atas izin
pengusaha setempat atas nama presiden. Contoh broker dan pialang saham.
2. Komisioner
orang yang menjalankan perusahaan dengan membuat perjanjian-perjanjian atas namanya sendiri,
tetapi atas amanat dan tanggungan orang lain dengan menerima upah atau provisi, contoh :
3. Agen
Lembaga yang bertindak sebagai perantara untuk dan atas nama prinsipal berdasarkan perjanjian
untuk melakukan pemasaran tanpa melakukan pemindahan hak atas fisik barang dan/jasa yang
dimiliki/dikuasai oleh prinsipal yang menunjuknya.
HUBUNGAN ANTARA HUKUM DAGANG
DENGAN ASURANSI
• Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUH Dagang) asuransi merupakan suatu
perjanjian dimana seorang penanggung mengikat diri kepada seorang tertanggung dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan pergantian kepada tertanggung karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tidak tertentu,
• menurut Undang-undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian pasal 1 (1), Asuransi adalah
perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi
penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk
1. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya
yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; dan
2. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang
didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana
ISTILAH DALAM ASURANSI
• Tertanggung adalah pihak yang kepentingannya diasuransikan
• Penanggung adalah pihak perusahaan asuransi yang menjamin akan membayar
ganti rugi
• Premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh Perusahaan Asuransi dan
disetujui oleh Pemegang Polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian Asuransi,
• Polis adalah perjanjian asuransi yang harus dibuat secara tertulis yang memuat
kesepakatan, syarat-syarat khusus dan janji-janji khusus yang menjadi dasar
pemenuhan hak dan kewajiban para pihak (penanggung dan tertanggung) dalam
mencapai tujuan asuransi.
JENIS ASURANSI MENURUT UU NO 14
TAHUN 2014
1. Asuransi Umum dan
2. Asuransi Syariah
Dimana masing jenis Asuransi tersebut dapat menyelenggarakan usaha2 sebagai berikut :
• Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian,
kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang
tidak pasti.
• Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan
hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.
• Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi
oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan atau Perusahaan Asuransi Jiwa.
ASURANSI SYARIAH
Menurut UU Nomor 40 tahun 2014, asuransi syariah adalah kumpulan perjanjian,
yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang
polis dan perjanjian di antara para pemegang polis, dalam rangka pengelolaan
kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan melindungi
dengan cara :
1.Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau
pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
2.Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta atau
pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang
besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
JENIS ASURANSI BERDASARKAN
PELAKSANAANNYA
• Asuransi Sukarela, merupakan pertanggungan yang dilakukan
secara sukarela, misalnya : asuransi kesehatan, asuransi pendidikan,
asuransi kebakaran/kerugian
• Asuransi Wajib, merupakan asuransu yang sifatnya wajib dan
pelaksanaan- nya dilakukan berdasarkan Undang- Undang, misalnya
: BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan
• Asuransi Kredit, asuransi ini selalu berhubungan dengan
perbankan, yang menitikberatkan pada asuransi jaminan kredit,
misalnya ; Asuransi Kendaraan Bermotor.
TUJUAN ASURANSI
1. Pengalihan Risiko, Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan risiko yang
mengancam harta kekayaan atau jiwanya. Dengan membayar sejumlah premi kepada
perusahaan asuransi (penanggung), sejak itu pula risiko beralih kepada penanggung.
2. Pembayaran Ganti Kerugian, jika suatu ketika sungguh–sungguh terjadi peristiwa yang
menimbulkan kerugian (risiko berubah menjadi kerugian), maka kepada tertanggung akan
dibayarkan ganti kerugian yang besarnya seimbang dengan jumlah asuransinya, dalam
prakteknya kerugian yang timbul itu dapat bersifat sebagian (partial loss), tidak semuanya
berupa kerugian total (total loss).
MANFAAT ASURANSI
1. Alat pengalihan risiko
Mengalihkan beban risiko finansial yang ada. Contohnya dengan asuransi kesehatan, tidak
perlu membayar keseluruhan atau sebagian biaya tagihan rumah sakit bila jatuh sakit, karena
risiko tersebut dialihkan atau ditanggung oleh perusahaan asuransi.
2. Meminimalisir kerugian
Karena sebagian atau keseluruhan risiko sudah dialihkan kepada perusahaan asuransi, sehingga
bisa meminimalisir kerugian yang ada.
3. Memberi keamanan untuk masa depan
Dengan adanya asuransi, setidaknya keuangan akan lebih stabil, jika sudah tahu bahwa risiko
yang ada dalam hidup bisa dialihkan, maka akan merasa lebih percaya diri secara keuangan
dan merasa lebih berani untuk berinvestasi atau memulai suatu bisnis.
PRINSIP ASURANSI
1. Insurable interest, Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan, antara tertanggung
dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.
2. Utmost good faith, Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta yang material
(material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun tidak. Artinya adalah: si
penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya syarat/kondisi dari
asuransi dan si tertanggung juga harus memberikan keterangan yang jelas dan benar atas objek atau kepentingan
yang dipertanggungkan.
3.Proximate cause, Suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang menimbulkan suatu
akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru dan independen.
4.Indemnity, Suatu mekanisme di mana penanggung menyediakan kompensasi finansial dalam upayanya
menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya
5.Subrogation, Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim dibayar.
6.Contribution, Hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama menanggung, tetapi tidak
harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut memberikan indemnity.
PERJANJIAN ASURANSI MERUPAKAN PERJANJIAN UNTUNG-UNTUNGAN

• Secara teori menurut pasal 1774 BW bahwa Perjanjian asuransi dikatakan sebagai perjanjian
untung-untungan dikarenakan perjanjian Asuransi mengandung unsur “kemungkinan”,
dimana kewajiban Penanggung untuk menggantikan kerugian yang diderita oleh Tertanggung
tersebut digantungkan pada ada atau tidaknya suatu peristiwa yang tidak tentu atau tidak
pasti.
• Secara prateknya Perjanjian pertanggungan tidak termasuk perjanjian untung-untungan
karena:
1. Adanya premi dan ganti rugi, jadi adanya keseimbangan hak dan kewajiban
2. Unsur kepentingan adalah syarat mutlak
3. Karena apabila terjadi  wanprestasi dapat diajukan kepengadilan
BERLAKUNYA ASURANSI
• Hak dan kewajiban penanggung dan tertanggung timbul pada saat
ditutupnya asuransi walaupun polis belum diterbitkan.
• Penutupan asuransi dalam prakteknya dibuktikan dengan
disetujuinya aplikasi atau ditandatanganinya kontrak sementara
(cover note) dan dibayarnya premi.
• Selanjutnya sesuai ketentuan perundangan-undangan yang
berlaku, penanggung atau perusahaan asuransi wajib menerbitkan
polis asuransi (Pasal 255 KUHD).
PENGATURAN DAN PENGAWASAN UMUM
• Pengaturan dan pengawasan kegiatan Usaha Perasuransian dilakukan
oleh Otoritas Jasa Keuangan.
• Otoritas Jasa Keuangan harus mengupayakan terciptanya persaingan
usaha yang sehat di bidang Usaha Perasuransian.
• Dalam rangka pelaksanaan fungsi pengaturan, Otoritas Jasa Keuangan
menetapkan peraturan perundang-undangan di bidang
perasuransian.
BENTUK BADAN HUKUM DAN KEPEMILIKAN
PERUSAHAAN PERASURANSIAN

• Bentuk badan hukum penyelenggara Usaha Perasuransian adalah:


1. Perseroan terbatas;
2. Koperasi; atau
3. Usaha bersama yang telah ada pada saat Undang-Undang ini diundangkan.
• Usaha bersama sebagaimana dimaksud pada no.3 dinyatakan sebagai
badan hukum berdasarkan Undang-Undang ini.
BERAKHIRNYA ASURANSI
1. Karena terjadi Evenemen, dalam asuransi jiwa dengan
meninggalnya Tertanggung
2. Jangka waktu perjanjian asuransi berakhir
3. Perjanjian asuransi gugur, Penanggung atau Tertanggung tidak
memenuhi syarat dalam asuransi
4. Perjanjian asuransi dibatalkan, pembatalan tersebut dapat terjadi
karena Tertanggung tidak melanjutkan pembayaran premi sesuai
dengan perjanjian atau karena permohonan Tertanggung sendiri
ASPEK ASURANSI SYARIAH ASURANSI KONVENSIONAL

Pengelolaan Resiko Pengelolaan resiko menggunakan prinsip sharing of risk, bhw Pengelolaan resiko menggunakan prinsip transfer of
resiko akan dibebankan perusahaan dan peserta risk, bhw resiko akan dibebankan pihak perusahaan
Pengelolaan Dana Pengelolaan dana bersifat transparan dan diper gunakan untuk Pengelolaan dana untuk menghasilkan keuntungan
keuntungan bagi pemegang polis bagi perusahaan itu sendiri.
Sistem perjanjian akad hibah (tabarru) didasarkan pada syariah perjanjian jual beli.

Kepemilikan dana milik bersama (semua peserta asuransi), Milik Perusahaan asuransi

Pembagian Keuntungan Dibagikan kepada semua peserta Keuntungan milik perusahaan

Kewajiban zakat Peserta membayar zakat Tidak ada system zakat

Pengawas Dewan Syariah Nasional Pengawasan sesuai perjanjian yang dibuat dan OJK

Dana hangus Tidak mengenal dana hangus Dana yang tidak diklaim selama periode Asuransi akan
menjadi dana hangus
Instrumen investasi Tidak bisa diinvestasikan  pada berbagai kegiatan usaha yang Dana yang terkumpul benar-benar merupakan hak
bertentangan dengan prinsip syariah dan mengandung unsur perusahaan sehingga jenis dan sistem investasi
haram dalam kegiatannya. menjadi hak bagi perusahaan untuk memutuskan.
LATIHAN SOAL
1. Jelaskan pengertian pengusaha
2. Jelaskan kewajiban pengusaha
3. Jelaskan pengertian perantara dalam perdagangan
4. Jelaskan jenis-jenis perantara di dalam perusahaan, serta hubungan hukumnya dengan
pemberi perantara
5. Jelaskan jenis-jenis perantara di luar perusahaan, serta hubungan hukumnya dengan
pemberi perantara, yang terdiri dari (1) makelar, (2) komisioner, dan (3) ekspeditur
6. Jelaskan pengertian dari asuransi konvesional dan asuransi syariah
7. Jelaskan perbedaan dan persamaan dari asuransi konvensional dan asuransi syariah
8. Buatlah contoh kasus tentan asuransi konvensional dan asuransi syariah

Anda mungkin juga menyukai