Anda di halaman 1dari 26

POLISEMI (TAGIGO)

Selasa, 8 Desember 2020


MENGAPA KITA PERLU MENDESKRIPSIKAN
HUBUNGAN ANTARMAKNA DALAM SUATU
POLISEMI

• Ketika kita menemukan kalimat ‘ 二階に上がる’


dapat diartikan ‘naik ke lantai 2’
• Tetapi jika kita menemukan kalimat ‘ 雨が上がる’ jika
diterjemahkan secara leksikal menjadi ,*hujan naik>.
Begitu pula verba 「ひく」 dalam kalimat 「網をひく」、
「ピアノをひく」 atau 「辞書をひく」、 karena verba hiku
awalnya berarti <menarik> , berubah manjadi
<memainkan> dan <membuka>.
BATASAN POLISEMI
 Ada yang berpendapat bahwa polisemi adalah dalam satu
bunyi (kata) yang terdapat makna lebih dari satu. Tetapi,
batasan seperti ini masih belum cukup karena dalam
bahasa Jepang kata yang merupakan satu bunyi memiliki
makna lebi dari satu bnayak sekali, serta didalamnya ada
yang termasuk polisemi (tagigo) ada juga yang
tersmasuk ke dalam homonim atau (dou-on- igigo).
 Kunihiro memberi batasan tentang kedua istilah tersebut,
bahwa polisemi adalah kata yang memiliki makna lebih
dari satu, dan setiap makna tersebut ada pertautannya,
sedangkan yang dimaksud dengan homonim (dou-in-
igigo), yaitu kata-kata yang bunyinya sama, tetapi
maknanya berbeda dan diantara makna tersebut sama
sekali tidak ada pertautan.
• Kata 雲 yang berarti awan dan 蜘蛛 yang berarti laba-
laba adalah salah satu contoh homonim. Kedua makna
tersebut sama sekali tidak ada hubungannya.
• Lain halnya dengan kata agaru dan hiku merupakan
contoh polisemi yang berhubungan antar maknanya
dapat dideskripsikan.
• Jadi yang dimaksud dengan polisemi atau 多義語
dalam satu bunyi terdapat beberapa makna, setiap makna
tersebut ada keterkaitannya.
CARA MENGANALISIS POLISEMI
• Kepolisemian muncul akibat adanya berbagai
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat pemakai
bahasa tersebut.
• Perubahan maknanya suatu kata ada yang meluas, ada
juga yang menyempit, atau ada juga yang berubah secara
total dari makna sebelumnya.
• Ada juga yang berubah karena penghalusan atau karena
sudah tidak cocok lagi dengan kondisi jaman sekarang.
• Kebanyakan perubahan atau perluasan makna terjadi
karena digunakan dalam kiasan (hiyuteki)
 Menganalisis polisemi sebaiknya secara diakronis,
karena akan mengangkut perkembangan pemakai bahasa
tersebut. Sementara mengananalisis sinonim sebaiknya
dilakukan secara sinkronis.
LANGKAH-LANGKAH YANG PERLU DITEMPUH
DALAM MENGANALISIS POLISEMI MENURUT
MACHIDA DAN MOMIYAMA

 Penilaian makna (imi-kubun)


 Penentuan makna dasar (prototipe) (kihongi no nintei)

 Deskripsi hubungan antar makna dalam bentuk struktur


polisemi ( 多義構造の表示 )
PEMILAHAN MAKNA DAPAT
DILAKUKAN DENGAN CARA:
1. Mencari sinonimnya
2. Mencari lawan katanyamelihat hubungan super ordinat
dari setiap makna yang ada.
3. Dengan melihat variasi padanan kata dalam bahasa
yang lain.
CONTOH DARI MASING-MASING CARA
TERSEBUT ANTARA LAIN
I
• 階段をあがる =のぼる makna 1
• 料理があがる =できる makna 2
• 家に上がる =入る makna 3
• 犯人があがる =みつかる makna 4
II
• 背が高い =背が低い    makna 1
• 値段が高い =値段が安い makna 2
III.
• 物を置く =もの  1 makna 1
• わたしのような物 =もの 2 makna 2
• 知るものですから =もの  3 makna 3
IV.
• 網をひく → menarik makna 1
• 辞書をひく → membuka makna 2
• ギターをひく → memainkan makna 3
• 風邪をひく → masuk angin makna 4
• 豆をひく → menggiling makna 5 dst
• Contoh I merupakan cara memilah makna berdasarkan
pada 類義語 dari setiap kata yang terdapat dalam
kalimat tersebut.
• Contoh II, pemilahan makna berdasarkan pada lawan
kata ( 反意語 ) , untuk kata takai minimal ada dua
makna, yaitu <tinggi> dan <mahal>.
• Sedangkan pada contoh III, pemilahan berdasarkan pada
hubungan superordinatnya ( 上下関係 ) 、 yakni kata
mono membawahi tiga kata, yaitu: <benda>, <manusia>
dan <hal/perkara>.
• Pada contoh IV, pemilahan berdasarlan pada banyaknya
padanan kata dalam bahasa asing (bahasa Indonesia).
 Langkah ke 1, yaitu menentukan makna dasar. Dalam
setiap kata sudah apsti terkandung makna dasarnya.
 Langkah ke 2 menelaah unsur kebahasaannya. Makna
kata yang bisa digunakan secara bebas dalam kalimat,
dianggap sebagai mkana dasar, sedangkan yang
memerlukan unsur lainnya dianggap bukan makna dasar
• Contoh makna orang dan benda yang dimiliki kata mono
, untuk menentukan yang mana mkna dasarnya dengan
mengacu pada contoh berikut.
1. ここにものをおかないでください
2. わたしのようなものにできるでしょうか
• Jika memberikan angket untuk menentukan yang makna
dasr dari hiku dengan menyajikan beberapa contoh
sebagai berikut.
1. 網をひく
2. ギターをひく
3. かぜをひく
4. 辞書をひく
5. 豆をひく
 Seorang responden akan dipengaruhi oleh kegiatan
sehari-harinya,sehingga jika diminta memilih atau
disuruh menulis kalimat dnegan menggunakan kata  ひ
く , memungkinkan bagi seorang nelayan akan memulis
nomor 1. sedangkan musisi, tenaga medis, pembelajar
bahasa, karyawan pabrik tahu, tidak menutup
kemungkinan mereka akan menulis kalimat yang
berbeda seperti pada nomor 2-5.
 Pendapat lain cara menentukan 基本儀 , yaitu dengan
melihat dari kamus. Dikatakan bahwa makna kata dalam
kamus yang disajikan paling awal adalah makna dasar.
 Untk polisemi yang sama, dalam beberapa kamus
(kokugo jiten), jika dibandingkan cara penyajiannnya
bisa dikatakan sama seklai tidakberaturan.
PENGERTIAN SAGARU DALAM KAMUS
 Kamus Goro Taniguchi: (1) teruntai-untai; tergantung,
(2) turun; jatuh; cenderung kebawah, (3) diberi, 94)
meninggalkan (dari ruang tamu).
 Kamus Daigaku Shorin: bergantung, turun, jatuh,
mundur, tengggelam.
 Salah satu cara yang mudah untuk pembelajar bahasa
Jepang dasar Indonesia dalam menentukan makna dasar
yaitu dengan menggunakan hasil penelitian terdahulu
 Buku-buku hasil penelitian yang menyajikan makna
dasar:
1. Doushi no imi, youhou no Kijutsuteki kenkyu, oleh
Miyajima (1972)
2. Kiso nihongo Jiten
3. Kotoba no Imi 1, 2 dan 3.
LANGKAH KE 3 DALAM MENGANALISIS
POLISEMI
 Mendeskripsikan hubungan antar makna. Minimal
bentuk hubanungan antara makna dasar dan ( 基本儀 )
dan makna perluasan ( 転義 )
 Untuk mendeskripsikan hubungan antar makna dalam
polisemi dapat diwakili dengan tiga jenis gaya bahasa
saja, yaitu: metafora, metonimi,ndan sinekdole.
 Metafora ( いんゆ )yaitu gaya bahasa
yang digunakan untuk mengungkapkan
sesuatu hal atau perkara, dengan cara
mengumpamakannya dengan perkara atau
hal yang lain, berdasarkan pada sifat
kemiripan/kesamaannya.
 Metonimi (kan-yu), yaitu gaya bahasa yang digunakan
untuk mengungkapkan suatu hal atau perkara, dengan
cara menumpamaknannya dengan perkara atau hal lain,
berdasarkan pada sifat kedekatannya atau keterkaitan
antara antara kedua hal tersebut.
 Sinekdole (teiyu), yaitu gaya bahasa yang digunakan
untuk mengungkapkan sesuatu hal/perkara yang umum
dengan hal/perkara yang khusus, atau sebaliknya.
CONTOH METAFORA, METONIMI DAN
SINOKDOLE
 Kalimat 「君は僕の太陽だ」 ,<kau adalah mata hari
ku> merupakan contoh metafora, karena antara kata
<mata hari> dan kata <kau> terdapat sifat kesamaannya,
misalnya kedua-duanya merupakan hal yang paling
diperlukan.
 Kalimat 「鍋が煮える」 <panci mendidih> adalah
contoh metonimi, karena yang mendidih adalah airnya
bukan pancinya, air dan panci merupakan dua hal yang
berdekatan seacra ruang.
 Kata 「花」 <bunga> pada kata 「花見」 ,melihat
bunga sakura> merupakan sinokdoke. Dalam hal ini
kata hna berarti <bunga secara umum> digunakan lebih
khusus lagi, yaitu menunjukan <bunga sakura>
 ありがとう ございます

 またがんばりましょう

Anda mungkin juga menyukai