Anda di halaman 1dari 10

Oleh

Kadunci, SE, MSi


1. PEMUNGUTAN PAJAK HARUS ADIL
UNDANG-UNDANG DAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN
HARUS ADIL. MENGINGAT PENTINGNYA AZAS KEADILAN
DALAM PEMUNGUTAN PAJAK YAITU PEMUNGUTAN YANG
BERSIFAT UMUM DAN MERATA, MAKA ADAM SMITH
DALAM BUKUNYA YANG TERKENAL DENGAN NAMA
“WEALTH OF NATION” MELANCARKAN AZAS-AZAS
PEMUNGUTAN PAJAK YANG DINAMAI “THE FOUR
MAXIMS”, YAITU AZAS EQUALITY (KESEIMBANGAN
DENGAN KEMAMPUAN), CERTAINTY (KEPASTIAN HUKUM
TANPA MENGENAL KOMPROMI), CONVENIENCE OF
PAYMENT (SAAT PEMUNGUTAN YANG TEPAT) DAN
EFFICIENCY (BIAYA PEMUNGUTAN SERENDAH MUNGKIN).
A. Teori Asuransi
Menurut teori ini bahwa negara adalah untuk
melindungi orang dan/atau warganya dengan
segala kepentingannya, yaitu keselamatan
dan keamanan jiwa dan harta bendanya.
Sebagaimana pada perjanjian asuransi, maka
untuk perlindungan tersebut diperlukan
pembayaran premi; dan dalam hal ini,
pembayaran pajak disamakan dengan
pembayaran premi.
Teori ini menekankan bahwa pembagian
beban pajak pada penduduk seluruhnya
harus didasarkan atas kepentingan orang
masing-masing dalam tugas
negara/pemerintah, termasuk juga
perlindungan atas jiwa orang-orang itu serta
harta bendanya. Pembayaran pajak
hendaknya dihubungkan dengan kepentingan
orang-orang itu terhadap tugas negara.
Menurut teori ini bahwa dasar keadilan dalam
pemungutan pajak adalah terletak pada jasa-jasa
yang diberikan oleh negara kepada warganya,
yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya.
Yang menjadi pokok pangkal teori ini adalah
keadilan, yaitu bahwa tekanan pajak itu haruslah
sama beratnya untuk setiap orang. Untuk
mengukur gaya pikul dapat dilihat dari 2
(dua)unsur yaitu: (1). unsur objektif yang terdiri
dari penghasilan, kekayaan dan besarnya
pengeluaran(belanja) seseorang serta (2). unsur
subyektif yaitu segala kebutuhan terutama
materiil, dengan memperhatikan besar kecilnya
jumlah tanggungan keluarga.
Menurut teori ini mendasarkan bahawa
negara mempunyai hak mutlak untuk
memungut pajak. Disisi lain pihak,
masyarakat menyadarai bahwa membayar
pajak sebagai suatu kewajiban untuk
membuktikan tanda baktinya terhadap
negara. Dengan demikian dasar hukum pajak
terletak pada hubungan masyarakat dengan
negara.
Menurut teori ini fungsi pemungutan pajak
dapat disamakan dengan pompa, yaitu
mengambil gaya beli dari rumah tangga-
rumah tangga dalam masyarakat untuk
rumah tangga negara kemudian menyalurkan
kembali ke masyarakat.
2. Pemungutan pajak berdasarkan undang-undang
(syarat yuridis), Diatur dalam UUD 1945 pasal 23
ayat 2.
3. Tidak Mengganggu perekonomian (syarat
ekonomis), Pemungutan tidak boleh mengganggu
kelancaran kegiatan produksi maupun
perdagangan, sehingga tidak menimbulkan
kelesuan perekonomian masyarakat.
4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil)
Biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya. 
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan
memudahkan dan mendorong masyarakat dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
 
 Stelsel Nyata, pengenaan pajak didasarkan
pada obyek(penghasilan) nyata, sehingga
pemungutan baru dpt dilakukan pd akhir
tahun
 Stelsel Fiktif, pengenaan pajak didasarkan

pada suatu anggapan yg diatur oleh UU,


misal pendapatan thn ini diasumsikan sama
dgn tahun lalu
 Stelsel Campuran, merupakan kombinasi

antara stelsel nyata dan stelsel anggapan


A. ASAS DOMISILI
Pajak dikenakan atas seluruh penghasilan wajib
pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik
penghasilan yang berasal dari dalam negeri
maupun dari luar negeri.
 
B. ASAS SUMBER
Negara berhak mengenakan pajak atas
penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

C. ASAS KEBANGSAAN
 Pengenaan pajak dihubungkan dengan
kebangsaan suatu negara. Azas ini diberlakukan
kepada setiap orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia untuk membayar pajak.
  

Anda mungkin juga menyukai