Anda di halaman 1dari 25

SISTEM PERTANIAN BERDASARKAN

POLA TANAM DAN SUPLAI AIR


Kelompok 3

Iis Diah Nurfauziah (2006541163)


Putu Aditya Wiguna (2006541171)
Ricko Rachmadillah Sirait (2006541174)
Ni Komang Triana Wahyu Susanti Purnama
Dewi (2006541175)
Aginta Fernando Pinem (2006541179)
I Wayan Wika Aditya Guna (2006541186)
Abed Nego Simarmata (2006541189)
Ni Putu Eka Yanti (2006541190)
Sistem Pertanian
Berdasarkan Pola Tanam
Pola tanam

Urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk di dalamnya masa
pengolahan tanah

Susunan atau urutan dalam menanam tanaman komoditas yang akan ditanam

Tujuan

Memanfaatkan sumber daya secara optimal dan untuk


menghindari resiko kegagalan
Macam – Macam Pola Tanam

Monokultur Polikultur
Monokultur
Pola tanam yang terdiri dari satu jenis tanaman yang ditanam pada satuan
luas lahan tertentu
Kelebihan sistem ini

• Teknis budidaya relatif mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang
dipelihara hanya satu jenis
• Pertumbuhan dan hasil tanaman yang relative cepat

Kelemahan sistem ini

• Tanaman relatif mudah terserang H/P


• Petani hanya mendapat satu jenis komoditas yang ditanam sehingga hasil
yang diterima petani kurang maksimal
Polikultur

Pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada satu bidang lahan yang
tersusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik

Keuntungan sistem ini


• Mengurangi serangan OPT
• Menambah kesuburan tanah
• Sikklus hidup H/P dapat terputus
• Memperoleh hasil panen yang beragam

Kekurangan sistem Polikultur

• Akan menimbulkan persaingan unsur hara tanaman


• Teknik dalam pembudidayaan polikultur lebih sulit sehingga
membutuhkan pengetahuam yang lebih
Jenis Tanaman Polikultur

Tumpang Sari (Intercropping)

Tumpang Gilir (Multiple Cropping)

Tanaman Sisipan (Relay Cropping)

Tanaman Campuran (Mixed Cropping)

Tanaman Bergiliran (Sequential Planting)


Tumpang Sari (Intercropping)

Penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode
tanaman pada satu tempat yang sama

 Keuntungan Tumpang Sari

1. Mencegah dan mengurangi pengangguran musim


2. Memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat petani
3. Adanya pengolahan tanah yang minimal
4. Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai tambah
5. Mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat diperoleh dari
tanaman yang satu (yang lain).
Tumpang Gilir (Multiple Cropping)

Penanaman yang dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan


faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum

• Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat tenaga kerja, biaya, dan kerusakan tanah
akibat terlalu sering diolah dapat dihindari
• Hasil panenan secara beruntun dapat memperlancar penggunaan modal dan meningkatkan
produktifitas lahan
• Dapat mencegah serangan H/P yang meluas
• Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman sangat membantu mencegah terjadinya erosi
• Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau
Tanaman Sisipan (Relay Cropping)

Menyisipkan satu atau beberapa  jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu
tanaman yang bersamaan atau waktu yang berbeda)

Pengelola dituntut untuk semakin jeli menentukan tanaman apa


yang perlu disisipkan agar waktu dan nilai ekonominya dapat
membantu dalam usaha meningkatkan pendapatan
Tanaman Campuran (Mixed Cropping)

Penanaman terdiri dari beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur


jarak tanam maupun larikanya

Semua tercampur jadi satu; lahan efisien, tetapi


riskan terhadap ancaman H/P

Tanaman Bergiliran (Sequential Planting)

Penanaman dua jenis tanaman atau lebih yang dilakukan secara bergiliran
Sistem Pertanian
Berdasarkan Suplai Air
Pengelolaan air berperan sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan produksi hasil
pertanian

Di Indonesia, sawah sering dikategorikan menjadi tiga yaitu

Sawah beririgasi
Sawah tadah hujan

Sawah rawa (lebak dan pasang surut)

Penerapan irigasi yang tidak efisien bisa terjadi melalui cara pemberian air yang tidak tepat baik
jumlah dan waktunya ataupun oleh kehilangan air yang berlebihan melalui rembesan ( seepage)
Hidrologi Lahan Sawah

Pengetahuan tentang hidrologi lahan sawah sangat diperlukan dalam


merancang strategi pengelolaan/suplai air

Biofisik lahan

Dipandang dari segi hidrologi atau rezim air alami, Moormann dan van Breemen (1978)
membedakan lahan sawah menjadi tiga

• Lahan sawah pluvial


• Phreatik
• Fluxial
Modifikasi rezim air alami dari kondisi kering menjadi lebih basah dapat dilakukan dengan dua
cara
• Perataan (leveling) dan pembuatan pematang (pembuatan petak-petak sawah)
• Irigasi ke petak-petak sawah
Sumber daya irigasi

Schwab dan Flevert (1981)

Air permukaan (surface water)

Air danau alami, air sungai atau sungai yang dibendung dan dijadikan waduk

Ditingkatkan ketersediaannya dengan memanen air hujan/aliran permukaan

Air bawah tanah (ground water)


Pengisian (recharge) dari curah hujan
Semakin tinggi curah hujan makin besar kemungkinan pengisian air
bawah tanah

Ditingkatkan ketersediaannya melalui pembuatan sumur-sumur dalam atau artesis


(deep wells), mata air (springs) atau menggali/membuat kolam
Sumber air irigasi harus memenuhi syarat kualitas agar tidak
berbahaya bagi tanaman yang akan diairi

Schwab dan Flevert (1981)


Kualitas air irigasi sangat tergantung dari kandungan sedimen atau
lumpur dan kandungan unsur-unsur kimia dalam air tersebut

Sedimen atau lumpur yang mengendap di dalam saluran irigasi akan mengurangi
kapasitas pengaliran air dan memerlukan biaya tinggi untuk membersihkannya

Sifat-sifat kimia air pengairan yang sangat penting diketahui dalam kaitannya dengan
kegiatan pertanian

Konsentrasi garam total yang terlarut


Proporsi garam (Na) terhadap kation lainnya (sodium adsorption ratio = SAR)
Konsentrasi unsur-unsur racun potensial yang dapat mencemari atau merusak tanah
Konsentrasi bikarbonat, yang berkaiatan erat dengan Ca dan Mg
Konsep dasar pengelolaan/suplai air

Irigasi

Tujuan irigasi adalah memberikan tambahan ( supplement) air terhadap air hujan dan memberikan
air untuk tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada saat dibutuhkan

Fungsi irigasi :
a. Mempermudah pengelolahan tanah
b. Mengatur suhu tanah dan iklim mikro
c. Memberikan atau mencuci tanah dari garam-garam yang larut atau asam-asam yang tinggi
d. Memberikan kotoran atau sampah yang ada saluran-saluran air
e. Menggenangi tanah untuk membrantas tanaman pengganggu (gulma ) dan hama penyakit
Teknik pengelolaan air

Irigasi bergilir (rotational irrigation)


Sistem irigasi bergilir merupakan teknik irigasi dimana pemberian air dilakukan pada
suatu luasan tertentu dan untuk periode tertentu, sehingga areal tersebut menyimpan air
yang dapat digunakan hingga periode irigasi berikutnya dilakukan.
Irigasi berselang (alternate wet/dry irrigation)
Sistem irigasi berselang merupakan sistem pemberian air ke lahan sawah dengan
level tertentu kemudian pemberian air berikutnya dilakukan pada periode tertentu setelah
genangan air pada level tersebut surut hingga tidak terjadi genangan. Dengan irigasi
berselang hasil padi meningkat hampir 7% dibanding hasil pada lahan yang terus-menerus
digenangi, sementara hasil padi dengan irigasi bergilir meningkat 2%.
 
Pemanenan Air Hujan (Rain Water
Harvesting)

Merupakan tindakan menampung air hujan untuk disalurkan ke tempat penampungan


sementara yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk mengairi tanaman yang diusahakan

Manfaat panen air hujan terkait sektor pertanian adalah petani tidak lagi
tergantung dengan musim untuk bercocok tanam

Daerah-daerah yang memerlukan penerapan pemanenan hujan secara khusus


diantaranya adalah

• Kawasan beriklim kering dan semi kering


• Kawasan yang produksi tanaman pangannya terbatas karena rendahnya ketersediaan air
tanah pada waktu tertentu selama musim tanam
• Kawasan yang produksi tanaman pangannya terbatas
Berbagai metode memanen air hujan yang bisa implementasikan

Saluran peresapan

Untuk menahan sementara air di aliran permukaan


sehingga air meresap ke dalam tanah
Saluran dibuat dengan lebar 30-40 cm dan dalam 40-50 cm
Saluran resapan dilengkapi dengan rorak untuk
memaksimalkan serapan air dan untuk menampung
sedimen
Berbagai metode memanen air hujan yang bisa implementasikan

 Rorak

Lubang-lubang buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat dengan


arah memotong lereng pada bidang olah atau di saluran peresapan

Ukuran rorak biasanya dibuat dengan kedalaman 60 cm, lebar 50


cm dan panjang 5 meter

Pembuatan rorak dilakukan bersama dengan pengolahan tanah


dan persiapan tanam
Berbagai metode memanen air hujan yang bisa implementasikan

 Pematang bulan sabit

Diterapkan untuk tanaman pada lahan berlereng

Pematang ini akan menahan aliran air sehingga


cadangan air tanah meningkat

Diameter setengah lingkaran ini bisa berkisar dari 1-


1,5 m.
Berbagai metode memanen air hujan yang bisa implementasikan

 Lubang penampung air

Dibuat agar air hujan dapat terkonsentrasi di sekitaran


perakaran tanaman sehingga tanah di sekitar akar tanaman
lebih lembab

Diameter lubang yang digunakan adalah 2 meter dengan


kedalaman atau tinggi guludan 30-50 cm

Cara ini cocok diterapkan pada tanaman tahunan


Berbagai metode memanen air hujan yang bisa implementasikan

 Jebakan mulsa

Bangunan menyerupai rorak yang dibuat memotong


lereng dengan ukuran yang lebih panjang bila
dibandingkan dengan rorak

Ukuran jebakan mulsa disesuaikan dengan keadaan


lahan. Lebar 0,4-0,6 m dan kedalaman 0,3-0,5 m

Tempat untuk meletakkan sisa hasil panen atau rumput hasil


penyiangan dan sekaligus berfungsi sebagai penampung air
aliran permukaan serta penampung sedimen
Selama ini pemahaman penanganan lahan kering untuk budidaya pertanian lebih
difokuskan pada penambahan pupuk, pencegahan erosi, sistem budi daya tanpa menyentuh
aspek iklim dan air, serta kelembagaan (sosial ekonomi) dalam hal pengelolaannya.Padahal,
peran iklim dan air dalam penanganan lahan kering sangatlah penting karena pada umumnya
pertanian lahan kering di Indonesia merupakan pertanian tadah hujan.Oleh karena itu
dengan adanya cara-cara pemanenan air hujan dan aliran permukaan ini, diharapkan mampu
menampung air hujan sehingga dapat dimanfaatkan untuk memasok kebutuhan air untuk
tanaman pada saat musim tanam pascamusim hujan yang secara tidak langsung dapat
meningkatkan indeks pertanaman pada lahan kering yang dibudidayakan untuk pertanian.
Thank You!
Any
Any Question?
Question?

Anda mungkin juga menyukai