Proses Pemanasan Proses pemanasan daging menyebabkan lemak dalam daging akan mencair menambah palatabilitas daging disebabkan pecahnya komponen- komponen lemak menjadi produk volatil (aldehid, keton, alkohol, asam-asam, dan hidrokabon) yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan flavourr Proses Penggorengan Selama penggorengan bahan pangan terjadi perubahan-perubhan fisiko-kimia pada bahan pangan yang digoreng dan minyak gorengnya Suhu penggorengan lebih tinggi dari suhu normal (168-196 C) menyebabkan degradasi minyak goreng berlangsung dengan cepat (antara lain titik asap menurun) Titik asap saat terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan Proses Oksidasi Lemak hewan lemak babi dan kambing banyak mengandung asam lemak tidak jenuh (oleat dan linoleat) Asam lemak tidak jenuh mengalami oksidasi menimbulkan bau tengik pada daging yang berasal dari asam lemak bebas Adanya antioksidan dalam lemak mengurangi kecepatan proses oksidasi. Antioksidan alamiah vitamin E (tokoferol) umumnya terdapat di dalam lemak nabati Logam-logam berat (tembaga, besi, kobalt, mangan, serta logam porfirin seperti pada mioglobin, klorofil, dan enzim-enzim lipoksidase dapat mempercepat oksidasi lemak Lanjutan Kecepatan oksidasi berbanding lurus dengan tingkat ketidakjenuhan asam lemak Asam lemak linolenat (3 ikatan rangkap) akan lebih mudah teroksidasi daripada asam lemak linoleat (2 ikatan rangkap) dan asam lemak oleat (1 ikatan rangkap) Minyak kedelai kurang baik dijadikan minyak goreng banyak mengandung asam lemak linolenat. Minyak jagung sangat baik digunakan karena linolenatnya rendah Untuk mengatasi masalah pada minyak kedelai perlu dilakukan proses hidrogenasi sebagian untuk menurunkan kadar asam linolenatnya Produk Hasil Degradasi Reaksi-reaksi degradasi selama proses penggorengan didasarkan atas reaksi penguraian asam lemak. Produk yang terbentuk dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan utama, yaitu: a. Hasil dekomposisi tidak menguap yang tetap terdapat dalam minyak dan dapat diserap oleh bahan pangan yang digoreng b. Hasil dekomposisi yang dapat menguap yang keluar bersama-sama uap pada waktu lemak dipanaskan Lanjutan Oksidasi dari hidroperoksida yang lebih lanjut juga menghasilkan produk-produk degradasi dengan 3 tipe utama, yaitu pemecahan menjadi alkohol, aldehid, asam, dan hidrokarbon (berkontribusi dalam perubahan warna minyak goreng yang gelap dan perubahan flavour; dehidrasi membentuk keton; atau bentuk radikal bebas yang berbentuk dimer, trimer, epksid, alkohol, dan hidrokarbon Lanjutan Seluruh komponen tersebut berkontribusi terhadap kenaikan viskositas dan pembentukan fraksi NUAF/non Urea Aduct Forming (derivat asam lemak yang tidak dapat membentuk kompleks dengan urea) bersifat toksik bagi manusia. Suhu Pemanasan Tinggi Jika minyak dipanaskan pada suhu tinggi (sekitar 250 C) tanpa oksigen akan terjadi peristiwa polimerisasi panas asam linoleat akan berkonjugasi, bersiklisasi sendiri atau dengan molekul lain yang mengandung ikatan rangkap membentuk persenyawaan siklik (O6) Jika minyak dipanaskan pada suhu tinggi dengan adanya oksigen (oksidasi termal) derajat ketidakjenuhan akan berkurang selama pemanasan; jumlah asam tak berkonjugasi, misalnya asam linoleat akan berkurang dan asam berkonjugasi (asam linoleat berkonjugasi) bertambah sampai mencapai maksimum, dan kemudian berkurang karena proses penguraian Kandungan Lemak Proses pemanasan dapat menguraikan kadar lemak bahan pangan Demikian juga dengan asam lemaknya (esensial dan non esensial) Kandungan lemak daging sapi yang tidak dipanaskan (dimasak) rata-rata mencapai 17,2%, sedangkan jika dimasak dengan suhu 60 C kadar lemaknya akan turun menjadi 11,2 – 13,2% Lanjutan Adanya lemak dalam jumlah berlebih dalam bahan pangan kadang-kadang kurang dikehendaki. Pada pengolahan pangan dengan teknik ekstruksi diinginkan kadar lemak yang rendah. Tepung yang lemaknya telah diekstrak sebelum proses ekstruksi akan menghasilkan produk yang mempunyai derajat pengembangan yang lebih tinggi. Kompleks lemak dengan pati pada proses ektruski akan menyebakan penurunan derajat pengembangan