Anda di halaman 1dari 23

TUJUAN (MAQASHID

SYARI’AH)
DAN ASAS HUKUM
ISLAM

1
Yang akan kita bahas:

Tujuan ●
Mau dibawa ke mana?
Hukum ●
Cara penerapannya
Islam
Asas
Prinsip umum pelaksanaan
Hukum

Hukum Islam
Islam
2
Pendahuluan

PERTEMUAN KEDUA FIQH/USHUL


FIQH 3
Pendahuluan
Setiap hukum yang diundangkan oleh
Allah pasti memiliki tujuan
Dalam istilah hukum Islam, tujuan ini
disebut maqashid al syari’ah
Tujuan Allah mensyari’atkan hukumnya
adalah untuk memelihara kemaslahatan
(kebaikan) manusia, sekaligus untuk
menghindari mafsadat (kerusakan)
4
Pendahuluan
Untuk mencapai kemaslahatan ada lima
pokok yang harus dipelihara dan
diwujudkan, yaitu agama, jiwa, akal,
keturunan, dan harta
Seorang mukallaf akan menerima
kemaslahatan apabila kelima hal ini
terpelihara, demikian sebaliknya apabila
tidak terpelihara akan lahir kemafsadatan

5
Pengertian Maqashid al-Syari’ah
Secara literal merupakan kata
majmuk (murakkab idlafi) yang
terdiri dari kata maqashid dan al-
syari’ah, yang dapat dimaknai
maksud agama atau hal-hal yang
menjadi maksud dan tujuan
dalam agama

6
Pengertian
Menurut Ibnu ‘Asyur: Maqashid
Syari’ah adalah makna-makna dan
hikmah-hikmah yang
dicatatkan/diperlihatkan oleh Allah
SWT dalam semua atau sebagian besar
syariat-Nya, juga masuk dalam
wilayah ini sifat-sifat syariah atau
tujuan umumnya

7
Pengertian
Ahmad Al-Raisuni: Maqashid Syari’ah adalah
tujuan-tujuan yang ditentukan oleh syariah untuk
diwujudkan demi kemaslahatan manusia
Pandangan ini didasarkan pada pemahaman
bahwa suatu kewajiban (taklif) yang diciptakan,
pasti mempunyai tujuan yang diharapkan, yaitu
mewujudkan kemaslahatan manusia
Hukum-hukum yang telah ditentukan dan
diturunkan kepada manusia tidaklah dibuat untuk
hukum itu sendiri, melainkan dibuat untuk
kemaslahatan manusia
8
Takaran dan Tingkat Kemaslahatan
Dalam menakar Maqashid Syari’ah terdiri
dari dua bentuk, yaitu:
Mewujudkan manfaat, kebaikan, dan
kesenangan untuk manusia, yang disebut
dengan ”jalb al-manafi’/ al-mashalih”;
Menghindarkan manusia dari kerusakan
dan keburukan, yang disebut dengan
”daf’u al-mafasid”.

9
Takaran dan Tingkat Kemaslahatan
Untuk menentukan baik-buruknya (manfaat atau
mafasadah) suatu perbuatan dan guna mewujudkan
tujuan pokok pembentukan dan pembinaan hukum,
maka tolok ukurnya adalah apa yang menjadi
kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia
Tuntutan kebutuhan tersebut mempunyai tingkatan-
tingkatan berurutan yang oleh ulama penggagas
maqashid dikelompokkan menjadi tiga tingkatan
yaitu: dharuriyyat (primer), hajiyyat (skunder)
dan tahsiniyat (tertier).

10
Tingkatan Kemaslahatan
Tingkatan Pertama adalah dlaruriyah, yakni
kebutuhan mutlak harus ada karena sifatnya
esensial, sangat penting dan mendesak
Tingkatan ini berupaya memelihara kebutuhan-
kebutuhan yang bersifat esensial bagi kehidupan
manusia.
Kebutuhan esensial itu adalah memelihara agama,
jiwa, akal, keturunan, dan harta, dalam batas
jangan sampai eksistensi kelima pokok itu
terancam.
11
Tingkatan Kemaslahatan
Tingkatan kedua adalah hajjiyat, yaitu sangat
dibutuhkan untuk menghilangkan kesempitan dan
kesulitan, namun apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi
tidak akan sampai menimbulkan kemafsadatan
Kelompok hajjiyyat tidak termasuk kebutuhan yang
esensial, melainkan kebutuhan yang dapat
menghindarkan manusia dari kesulitan dalam hidupnya
Tidak terpeliharanya kelompok ini tidak mengancam
eksistensi kelima tujuan hukum Islam (maqashid
syari’ah), tetapi hanya akan menimbulkan kesulitan
bagi mukallaf
12
Tingkatan Kemaslahatan
Tingkat ketiga adalah tahsiniyat atau takmiliyat,
sebaiknya ada untuk mewujudkan kesempurnaan
dan kebaikan hidup
Apabila kebutuhan kelompok ini tidak terpenuhi
maka tidak akan menimbulkan kesulitan, apalagi
kemadharatan dalam hidup
Kelompok kebutuhan tahsiniyyat adalah
kelompok kebutuhan yang menunjang
peningkatan martabat seseorang dalam
masyarakat dan di hadapan Tuhannya, sesuai
dengan kepatutan
13
Tingkatan Kemaslahatan
Pengetahuan mengenai tingkatan kemaslahatan ini
penting apabila dikaitkan dengan skala prioritas
penerapannya
Peringkat pertama (dlaruriyyat) harus didahulukan
dari pada peringkat kedua (hajiyyat) dan peringkat
ketiga (tahsiniyyat)
Artinya pertimbangan yang pertama dan utama
adalah kebutuhan yang dlaruriyyat, kemudian bila
sudah terpenuhi dapat memenuhi kebutuhan
hajiyyat, dan apabila sudah terpenuhi maka tinggal
memenuhi kebutuhan tahsiniyyat
14
Skala Prioritas!

Penting- Penting-Tdk
Mendesak Mendesak

Tdk Penting- Tdk Penting-


Mendesak Tdk Mendesak

15
Aspek Pertama: Memelihara Agama
(Hifzh al-Din)
a. Memelihara dan melaksanakan kewajiban
keagamaan yang pokok/primer, seperti sholat,
zakat, dan puasa (dlaruriyyah)
b. Memelihara dan melaksanakan ketentuan
agama dengan maksud menghindari kesulitan,
seperti sholat jamak (hajiyyat)
c. Mengikuti petunjuk agama guna menjunjung
tinggi martabat manusia, sekaligus melengkapi
pelaksanaan kewajiban terhadap Tuhan, seperti
berpakaian, dan sebagainya (tahsiniyyat)

16
Aspek Kedua: Memelihara Jiwa (Hifzh al-Nafs)

a. Memenuhi kebutuhan pokok yang apabila


tidak terpenuhi akan mengganggu eksistensi
hidup manusia, seperti makan (dlaruriyyat)
b. Diperbolehkan membeli makanan yang lezat
atau alat-alat kebutuhan pribadi yang tingkat
kebutuhannya apabila tidak dipenuhi tidak
akan mengganggu eksistensi hidup manusia
(hajiyyat)
c. Ditetapkannya tata cara makan dan minum
(tahsiniyyat)
PERTEMUAN KEDUA FIQH/USHUL
FIQH 17
Aspek Ketiga: Memelihara akal (Hifzh al-’Aql)

a. Pengharaman minuman keras karena


dapat merusak daya fikir (akal)
seseorang (dlaruriyyat)
b. Menuntut ilmu pengetahuan tertentu,
apabila tidak dilakukan tidak akan
mengganggu eksistensi hidupnya
(hajiyyat)
c. Menghindarkan diri dari suka menghayal
dan melamun (tahsiniyyat)
PERTEMUAN KEDUA FIQH/USHUL
FIQH 18
Aspek Keempat: Memelihara keturunan (Hifzh al-Nasl)

a. Disyari’atkan nikah dan dilarangnya zina


(dlaruriyyat)
b. Dilakukannya proses pencatatan pernikahan,
apabila tidak dilakukan dikhawatirkan akan
menimbulkan kesulitan bagi pasangan dalam
ketika akan melakukan gugatan cerai
(hajiyyat)
c. Disyariatkannya khitbah dan walimah,
ketika akan melangsungkan perkawinan
(tahsiniyyat)
19
Aspek Kelima: Memelihara Harta (Hifzh al-Mal)

a. Tata cara pemilikan harta dan larangan


mengambil harta orang lain secara tidak
sah (dlaruriyyat)
b. Jual beli dengan cara salam (sistem
pemesanan barang tetapi barangnya belum
jadi hanya ada contoh saja) (hajiyyat)
c. Ketentuan diri untuk menghindarkan diri
dari penipuan, sehingga terhindar dari
transaksi tidak sah (tahsiniyyat)

20
Contoh dalam kedokteran

Vaksin/I ●
Menjaga tubuh/jiwa dari mudahnya
terserang penyakit
Kasus haji, menjadikan ibadah lebih

munisasi

nyaman karena tidak mudah sakit

Amput ●
Menyelamatkan jiwa dari
penyebaran penyakit

asi Mengurangi rasa sakit


PERTEMUAN KEDUA FIQH/USHUL


FIQH 21
Asas-Asas Hukum Islam
Meniadakan kesempitan (nafyu al-haraj)
-- hukum Islam tidak akan membebani
umat manusia
Menyedikitkan beban (taqlilu taqliif)
--- syari’at Islam sesuai dengan
perkembangan zaman, aturan dalam al-
Qur’an tidak diatur secara detail tetapi
hanya bersifat prinsip-prinsip umum

22
Asas-Asas Hukum Islam
Berangsur-angsur dalam menetapkan
hukum (tadarruj fi at-tasyri’) --- proses
penentuan pengharaman khamar
Sejalan dengan kemaslahatan manusia
(sholihul ‘ibad) ---- hukum Islam sesuai
kebutuhan manusia dan bertujuan untuk
kemaslahatan
Mewujudkan keadilan yang merata

23

Anda mungkin juga menyukai