Anda di halaman 1dari 12

Disablement Models, ICF

Framework, and Clinical


Decision Making
KELOMPOK 1
Annas Diah Lisaninda P3.73.26.1.19.006
Dzaky Aulia P3.73.26.1.19.018
Nabila Nur Putri P3.73.26.1.19.032
Nurul Zakhro Hurrina P3.73.26.1.19.036
Ryan Febriyanto Alhasan P3.73.26.1.19.041
Pembahasan
Perspektif Sejarah Model Klasifikasi Internasional
01 Penyandang Cacat
(Disablement Models)
02 Fungsi, Cacat, dan
Kesehatan (ICF)

Functional Outcomes: More


03 Rehabilitation: The Reversal
Of Disablement 04 Than Simply a
Documentation Strategy

05 Classification According to
the Icf Framework
Perspektif Sejarah Model Penyandang Cacat (Disablement Models)

Penggunaan model disabilitas sebagai pengorganisasian kerangka terapi fisik adalah salah satu
kuncinya perkembangan konseptual tahun 1990-an (Jette, 1994). Berbagai model kecacatan telah
dikembangkan dan dieksplorasi, termasuk model WHO asli (1980), model Nagi (1965), dan
National Center untuk model Penelitian Rehabilitasi Medis (NCMRR) (Badan Penasihat Nasional
Rehabilitasi Medis Penelitian, 1991).

Kecacatan menggambarkan konsekuensi penyakit dalam hal pengaruhnya terhadap fungsi tubuh,
kemampuan individu untuk melakukan tugas yang berarti, dan kemampuan untuk memenuhi peran
seseorang dalam hidup. Semua model disabilitas didasarkan pada asumsi bahwa proses kecacatan
dapat dianalisis di berbagai level.
Klasifikasi Internasional Fungsi, Cacat, dan Kesehatan
(ICF)
Pada tahun 2001, WHO merevisi model kecacatannya menjadi model saat ini.
International Classification of Functioning, Disability, and Health (ICF)
menggunakan istilah positif aktivitas positif dan partisipasi untuk mendefinisikan
kembali apa yang Nagi sebut sebagai fungsional keterbatasan dan kecacatan. Jadi
fokus model baru ini adalah pada Aspek "positif" ("kemampuan") dari penyandang
disabilitas.

Dalam model baru ini, proses disablement adalah kombinasi dari:


(1) abnormality body function and structure,
(2) keterbatasan kegiatan (activity limitation), dan
(3) pembatasan partisipasi (participation restriction).
model ICF melepaskan gagasan tentang hubungan
sebab akibat yang sederhana dan searah antar level.
Keadaan patologis individu (kondisi kesehatan)
menjadi kategori yang lebih luas itu mempengaruhi
semua tingkatan lainnya.

Selanjutnya kontekstual faktor - baik ekstrinsik


(lingkungan) dan intrinsik (pribadi) - secara khusus
diidentifikasi sebagai mempengaruhi hubungan antara
struktur tubuh dan fungsi dan kegiatan, dan partisipasi.
Penambahan penting ini menyoroti banyak faktor yang
dapat dikaitkan dengan apa pun satu orang "cacat".
Rehabilitation: The Reversal Of Disablement

Model kerangka ICF dikonsepkan untuk sebuah “pendekatan top-down” untuk


memahami masalah pasien. Pendekatan semacam itu membantu fisioterapis
memecahkan masalah klinis dalam berbagai situasi.
Model kecacatan dapat menjadi kontraproduktif jika mengarah pada pendekatan
yang terlalu mereduksi rehabilitasi, yaitu, ketika penyembuhan
kecacatan diasumsikan mengarah pada peningkatan aktivitas. Fisioterapis menjadi
korban kekeliruan ketika mereka (medis) memfokuskan intervensi hanya
pada gangguan.

Kejadian semacam ini dapat dihindari, ketika kecacatan dimulai dengan penyakit /


gangguan (bottom-up), rehabilitasi dimulai dengan partisipasi, dan
menentukan hasil yang diinginkan adalah peran pribadi dan sosial yang ingin
dicapai, dilanjutkan, atau dipertahankan oleh pasien (top-down). Peran-peran ini
membutuhkan kinerja yang terampil atau kegiatan fungsional tubuh, dari
perawatan diri, rumah tangga, komunitas, hingga pekerjaan.
Terapis harus mengetahui bagaimana keterampilan pasien dibatasi sedemikian
rupa agar pasien bisa memenuhi kebutuhan fisik secara
individu. Kemudian terapis harus menjelaskan secara kritis mengapa aktivitas
tertentu dibatasi dengan menentukan mekanisme neuromotor dan mekanisme
muskuloskeletal yang terganggu. Mekanisme ini dapat menjadi sumber daya
yang dapat digunakan dalam kinerja keterampilan fungsional.
 
Terakhir, adalah soal kesehatan. Kesehatan bukan hanya karena penyakit
tetapi proses penyembuhan yang aktif. Dalam banyak kasus, terutama
pada stadium akut, tujuan utama terapi adalah untuk mempromosikan pemulihan
dengan menciptakan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan jaringan dan
reorganisasi sistem.
Functional Outcomes: More Than Simply a Documentation Strategy

Prinsip pengorganisasian yang dipilih oleh terapis untuk dokumentasi


menggambarkan prinsip pengorganisasian yang dipilih untuk diagnosis dan
pengobatan. Pendekatan dokumentasi yang kurang teratur cenderung
mencerminkan pendekatan sembrono untuk evaluasi dan intervensi fisioterapi.
Metode dokumentasi didasarkan pada dua asumsi:
(1) tujuan utama evaluasi fisioterapi adalah untuk menentukan hasil fungsional
spesifik yang perlu dicapai, dan
(2) kriteria untuk menilai efektivitas pengobatan haruslah “apakah hasil tersebut
tercapai”.
Dengan kata lain, dokumentasi terapi fisik harus difokuskan pada hasil
fungsional. Tujuan dari dokumentasi rehabilitasi hasil fungsional adalah untuk
memberikan kerangka kerja yang eksplisit dan prospektif di mana para
fisioterapis dapat
(1) menganalisis alasan kecacatan pada pasien mereka,
(2) merumuskan strategi untuk mencegah atau membalikkan kecacatan itu, dan
(3) menjelaskan dan membenarkan keputusan klinis yang mereka buat.
Classification According to the ICF Framework

Penulisan dokumentasi menuntut PT untuk mengembangkan keterampilan dalam mengklasifikasikan berbagai


aspek kondisi pasien dengan menggunakan ICF sebagai kerangka kerja. Klasifikasi memiliki dua dasar: tingkat
organisasi di mana fungsi diamati dan tingkat pengukuran (Tabel 1-1).

Kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan masalah pasien ke dalam masing-masing dari
empat tingkat utama model ICF (kondisi kesehatan, struktur dan fungsi tubuh, aktivitas, dan partisipasi)
merupakan langkah penting pertama bagi terapis untuk "berbicara dalam bahasa yang sama" di keduanya.
komunikasi lisan dan tertulis. Gambar 1-5 memberikan contoh klinis dari observasi atau pengukuran dan
mengklasifikasikannya sesuai dengan kerangka ICF.
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai