Anda di halaman 1dari 16

MOOTING CLASS

HUKUM ACARA PERDATA I


Albert Bintang

• Juara 1 delegasi AHT 1 Universitas


Lampung 2019

• Ketua Delegasi AHT 1 FH USU 2019

• Penasehat Hukum Terbaik AHT 1 Tahun


2019

• Komisaris GMNI FH USU tahun 2021

• Mahasiswa Penurut Dosen


Dan Karo Karo Samura

• Mahasiswa Aktif FH USU 2019

• Wakabid Bidang Diklat KPS FH USU 2021

• Anggota KMK FH USU

• Anggota IMKA Erkaliaga FH USU

• Mahasiswa Magang LKBH FH USU


Afrahul Faizah Lubis

• Mahasiswa Aktif FH USU 2019

• Anggota Bidang Diklat KPS FH USU


2020/2021
Definisi Hukum Acara Perdata

Hukum acara perdata mengatur bagaimana caranya mengajukan


tuntutan hak, memeriksa, serta memutusnya dan pelaksanaan daripada
putusannya.
Tuntutan hak dalam hal ini tidak lain adalah tindakan yang
bertujuan memperoleh perlindungan hukum yang diberikan oleh
pengadilan untuk mencegah eigenrichting atau tindakan menghakimi
sendiri.
SIFAT HUKUM ACARA PERDATA
1. Bersifat mengatur dan memaksa
2. Bersifat pelengkap
3. Terjadinya perkara perdata semata-mata inisiatif dari
penggugat yang merasa atau dirasa bahwa haknya telah
dilanggar oleh tergugat
4. Memaksa (dwingendrecht)
5. Bersifat sederhana
Sumber Hukum Acara Perdata
Pada zaman Hindia Belanda:
a. RV (reglement op de Burgerlijk Rechtsvordering)
golongan Eropa
b. HIR (Herzeine Indlandsch Reglement) golongan
Bumiputera daerah Jawa dan Madura
c. RBg (Reglement voor de Buitengewesten) golongan
Bumiputera luar Jawa dan Madura.
Sumber Hukum perdata saat ini: a. UU 7/1989 diganti UU 3/2006 diganti
a. HIR dan RBg UU 50 /2009 ttg Peradilan Agama
b. UU No 20 Tahun 1947 tentang b. Kitab Undang-undang Hukum
Peradilan Ulangan Jawa dan Madura. Perdata Buku ke-IV tentang
c. UU No 1 Tahun 1974 tentang Pokok Pembuktian dan Daluarsa
Perkawinan & PP.9/75 ,PP 45/90. c. Yurisprudensi.
d. UU 14/1970, UU 35 /99, UU No 4 d. PERMA
Tahun 2004, UU 48/2009 Ttg e. Hukum Adat
Kekuasaan Kehakiman f. Doktrin (Pendapat Sarjana)
e. UU 14/85, UU No 5 Tahun 2004, UU
3/2009 tentang Mahkamah Agung
f. UU 2/1986 diganti UU 8/2004 diganti
lagi dgn UU 49/2009 ttg Peradilan
Asas-asas Hukum Acara Perdata Di Indonesia
1. Hakim bersifat menunggu
2. Hakim bersifat Pasif
3. Persidangan terbuka untuk umum
4. Mendengar kedua belah pihak
5. Putusan harus disertai alasan-alasan
6. Hakim Harus Memutus Semua Tuntutan
7. Biaya perkara
8. Tidak Ada Keharusan Mewakilkan
9. Peradilan dilakukan “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan YME”
10. Peradilan Dilakukan Dengan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan (Pasal 2
Ayat (4) UU No. 48 Tahun 2009).
11. Asas objektivitas
Sejarah Hukum Acara Perdata Dan Sejarah
Peradilan Di Indonesia

a. Sejarah singkat peradilan


- Peradilan gubernemen
- Peradilan swapraja
- Peradilan adat
- Peradilan agama Islam
- Peradilan desa
Sejarah Hukum Acara Perdata Indonesia
Pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda terdapat beberapa lembaga peradilan
yang dibedakan dalam dua macam, yaitu peradilan gubernemem dan dan peradilan-
peradilan lain yang berlaku bagi golongan bumiputra (orang Indonesi asli).
Peradilan gubernemen dibedakan menjadi dua lembaga peradilan, yaitu
peradilan bagi golongan Eropa dan yang dipersamakan serta peradilan yang berlaku
bagi golongan bumiputra.
Untuk peradilan yang berlaku bagi golongan Eropa dan yang dipersamakan, sudah
tersedia hukum acara perdata reglement op de burgerlijk rechtsvordering (BRv).
Namun, untuk lembaga peradilan bagi golongan bumiputra belum ada. Peraturan
hukum acara perdata yang dipergunakan saat itu hanyalah beberapa pasal yang
terdapat dalam Stb. 1819-20.
Dalam praktik selanjutnya, Stb. 1819-20 ini mengalami perubahan yang tidak begitu
berarti. Setelah diperjuangkan keberadaannya, lahirlah HIR dan RBg yang berlaku
bagi lembaga peradilan yang diperuntukkan bagi golongan bumiputra.
Pemberian Surat Kuasa

Pasal 1792 KUH Perdata menjelaskan bahwa pemberian kuasa


merupakan suatu persetujuan dengan mana seseorang memberikan
kekuasaan kepada orang lain yang menerimanya, untuk atas nama
pemberi kuasa menyelenggarakan suatu urusan.
Ketentuan Seputar Pemberian Kuasa

1. Pasal 1793 KUH Perdata , kuasa dapat diberikan dan diterima dalam suatu
akta umum, dalam suatu tulisan di bawah tangan, bahkan dalam sepucuk
surat atau pun dengan lisan.
2. Pasal 1795 KUH Perdata, pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus
3. Pasal 1796 KUH Perdata, pemberian kuasa yang dirumuskan dalam kata-
kata umum, hanya meliputi perbuatan-perbuatan pengurusan.
JENS-JENIS SURAT KUASA

1. Kuasa Umum, adalah pemberian kuasa mengenai pengurusan yang disebut beherder


atau manajer untuk mengatur kepentingan pemberi kuasa.
2. Kuasa Khusus, hanya mengenai suatu kepentingan atau lebih. ( digunakan dalam
litigasi)
3. Kuasa istimewa, adalah kuasa yang diberikan oleh pemberi kuasa untuk melakukan
tindakan tertentu yang sangat penting yang tidak bisa dikuasakan dengan menggunakan
kuasa umum ataupun kuasa khusus.
4. Kuasa Perantara, adalah legalitas khusus bagi para agen perdagangan atau makelar atau
broker atau perwakilan dagang.
5. Kuasa Insidentil, adalah Pemberian kuasa kepada seseorang yang masih memiliki
hubungan keluarga sedarah atau semenda (sampai derajat ketiga) dengan principal
untuk beracara di Pengadilan setelah mendapatkan izin dari ketua Pengadilan tempat
penerima kuasa akan beracara.
Contoh surat kuasa khusus

Anda mungkin juga menyukai