Anda di halaman 1dari 44

PERAWATAN LUKA

SECTIO CAESAREA
Oleh :
Eva Daniati, S.Kep., Ns., M.Pd.
Pendahuluan
• Tak semua persalinan dapat berlangsung
mulus, kadang terdapat indikasi medis yang
mengharuskan seorang ibu melewati proses
persalinan dengan operasi.
• Operasi ini disebut dengan Sectio Caesarea
Pengertian
• Sectio Caesarea berasal dari bahasa Latin,
Caedere, artinya memotong.
• Sectio Caesaria secara umum adalah operasi
yang dilakukan untuk mengeluarkan janin
dan plasenta dengan membuka dinding
perut dan uterus (Wiknjosastro, 2005)
• Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan,
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
• Pada pasien yang dilakukan operasi pembedahan
untuk tindakan sectio cesarea ini memerlukan
beberapa perhatian agar dapat melewati fase
penyembuhan pasca operasi tanpa komplikasi.
 
• Sectio caesarea atau bedah sesar adalah
sebuah bentuk melahirkan anak dengan
melakukan sebuah irisan pembedahan yang
menembus abdomen seorang ibu (laparotomi)
dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan
satu bayi atau lebih.
• Proses persalinan operasi caesar umumnya
berlangsung sekitar satu jam.
• Pada pasien dengan pembiusan total, kesadaran akan
berlangsung pulih secara bertahap setelah penjahitan
luka operasi
• Sedangkan pada pembiusan regional, dengan
anasthesi epidural atau spinal (memasukkan obat bius
melalui suntikan pada punggung), ibu bersalin akan
tetap sadar hingga operasi selesai dan hanya bagian
perut ke bawah akan hilang sensasi rasa sementara.
Indikasi SC
• Panggul sempit
• Disproporsi sefalo pelvik, yaitu ketidakseimbangan antar
ukuran kepala dan panggul
• Ruptur uteri mengancam
• Partus lama (prolonged labor)
• Distosia serviks
• Pre-eklamsi dan hipertensi
• Sang ibu menderita herpes
• Kelainan letak
• Putusnya tali pusat
• Bayi besar/makrosomia
Klasifikasi Jenis
Luka Sectio Caesarea

A. Sectio Caesaria Transperitonealis Profunda


• Merupakan pembedahan yang paling banyak dilakukan
dengan insisi disegmen bawah uterus.
• Keunggulannya adalah :
1. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
2. Bahaya peritonitis tidak besar.
3. Parut pada uterus umumnya kuat sehingga bahaya rupture
uteri dikemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas
segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri, sehingga luka dapat sembuh
lebih sempurna.
B. Sectio Caesaria Klasik atau Sectio Caesaria
Corporal
• Merupakan pembuatan insisi pada bagian tengah korpus
uteri sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah di atas
batas plika vesiko uterine.
• Insisi dibuat hanya apabila ada halangan untuk
melakukan Sectio Caesaria transperitonealis profunda
(misalnya melekat eratnya uterus pada dinding perut
karena Sectio Caesaria yang dahulu, insisi di segmen
bawah uterus mengandung bahaya perdarahan banyak
berhubungan dengan letaknya plasenta pada plasenta
previa).
• Kekurangan pembedahan ini disebabkan oleh
lebih besarnya bahaya peritonitis, dan kira-kira
4 kali lebih bahaya rupture uteri pada
kehamilan yang akan datang.
• Sesudah Sectio Caesaria klasik sebaiknya
dilakukan sterilisasi atau histerektomi.
C. Sectio Caesaria Ekstraperitoneal
• Sectio Caesaria ini dilakukan untuk
mengurangi bahaya infeksi puerperal
• Tidak lagi dilakukan : Pembedahan tersebut
sulit dalam tehniknya dan pengobatan infeksi
sudah mengalami kemajuan
Komplikasi
• Infeksi puerperal (nifas)
- Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari
- Sedang : dengan kenaikan suhu tinggi, disertai
dehidrasi dan perut sedikit kembung
- Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus
paralitik
• Perdarahan
• Luka kandung kemih, dan emboli paru
• Kemungkinan ruptur uteri spontan pada
kehamilan mendatang
Penatalaksanaan Medis Pasca SC
• Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah
dilakukan  sectio caesarea (Prawirohardjo, 2007),Yaitu :
1. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan
cermat
2. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk
memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi
dengan kuat
3. Pemberian analgetik dan antibiotik 
4. Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30
ml/jam
5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan
biasanya memadai untuk 24 jam pertama setelah
pembedahan
6. Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat
turun sebentar dari tempat tidur dengan bantuan
orang lain
7. Perawatan luka : insisi diperiksa setiap hari, jahitan
kulit (klip) diangkat pada hari ke empat setelah
pembedahan
8. Pemeriksaan laboratorium : hematokrit diukur pagi
hari setelah pembedahan untuk memastikan
perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan
hipovolemia
Faktor yang Mempengaruhi
Penyembuhan Luka SC

• Faktor Luka: Kontaminasi luka, Edema, dan


hemoragi (perdarahaan).
• Faktor Umum: Usia, Nutrisi, Obesitas,
Medikasi.
• Faktor Fokal: Sifat Injuri, Adanya Infeksi, Area
Luka.
• Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh
Puspitasari, Ummah, Sumarsih (2011) di RS PKU
Muhammadiyah Gombong Jawa Tengah
menemukan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien
dengan post operasi sectio caesarea adalah
personal hygiene, status gizi, dan penyakit diabetes
mellitus.
• Namun faktor yang paling mempengaruhi adalah
personal hygiene pasien
Komplikasi Post Sectio Caesarea
• Hematoma
• Infeksi
• Dehiscene dan Eviserasi
Tindakan Perawatan Luka Bedah
1. Ganti balutan
A. Pengertian
• Adalah melakukan perawatan pada luka
dengan cara mamantau keadaan luka,
melakukan penggatian balutan (ganti verban)
dan mencegah terjadinya infeksi, yaitu dengan
cara mengganti balutan yang kotor dengan
balutan yang bersih.
• Perawatan pasca operasi adalah perawatan
yang dilakukan untuk meningkatkan proses
penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri
dengan cara merawat luka serta memperbaiki
asupan makanan tinggi protein dan vitamin
(Riyadi & Harmoko, 2012).
• Perawatan luka pada pasien diawali dengan
pembersihan luka selanjutnya tindakan yang
dilakukan untuk merawat luka dan melakukan
pembalutan yang bertujuan untuk mencegah
infeksi silang serta mempercepat proses
penyembuhan luka (Lusianah, Indaryani, &
Suratun, 2012).
B. Tujuan
• Meningkatkan penyembuhan luka dengan
mengabsorbsi cairan dan dapat menjaga kebersihan
luka
• Melindungi luka dari kontaminasi
• Dapat menolong hemostatis (bila menggunakan
elastis verband)
• Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
• Menurunkan pergerakan dan trauma
• Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
C. Indikasi
• Pada balutan yang sudah kotor
D. Kontra Indikasi
• Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap,
hangat dan lembab sehingga mikroorganisme
dapat hidup
• Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada
luka melalui gesekan-gesekan pembalut.
E. Persiapan Alat
1. Alat-alat steril
• Pinset anatomis 2 buah 
• Pinset sirugis 1 buah
• Gunting bedah/jaringan 1 buah
• Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
• Kassa desinfektan dalam kom tertutup
• Sarung tangan 1 pasang
• Korentang/forcep
2. Alat-alat tidak steril
• Gunting verban 1 buah 
• Plester 
• Pengalas
• Kom kecil 2 buah (bila dibutuhkan)
• Nierbeken 2 buah
• Kapas alkohol
• Aceton/bensin
• Sabun cair anti septik 
• NaCl 9 %
• Cairan antiseptic (bila dibutuhkan)
• Sarung tangan 1 pasang
• Masker 
• Air hangat (bila dibutuhkan)
• Kantong plastik/baskom untuk tempat sampah
F. Pelaksanaan
• Ucapkan salam
• Jelaskan kepada pasien & klg tentang tindakan
yang akan dilakukan
• Berikan kesempatan pasienutk bertanya
• Dekatkan alat-alat ke pasien
• Pasang sampiran
• Perawat cuci tangan
• Pasang masker dan sarung tangan yang tidak
steril
• Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
• Letakkan pengalas dibawah area luka
• Letakkan nierbeken didekat pasien,
• Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai
menyentuh luka) dengan menggunakan pinset
anatomi, buang balutan bekas kedalam nierbeken.
• Jika menggunakan plester lepaskan plester dengan
cara melepaskan ujungnya dan menahan kulit
dibawahnya, setelah itu tarik secara perlahan
sejajar dengan kulit dan kearah balutan. (bila masih
terdapat sisa perekat dikulit, dapat dihilangkan
dengan aceton/bensin.
• Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan
dibasahi, tapi angkat balutan dengan berlahan
• Letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu buang
kekantong plastic, hindari kontaminasi dengan
permukaan luar wadah
• Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
• Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan
pencuci luka dan obat luka dengan memperhatikan
tehnik aseptic
• Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
• Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau
NaCl 9 %,
• Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka
(disesuaikan dengan terapi)
• Menutup luka dengan cara:
A. Balutan kering
• Lapisan pertama kassa kering steril untuk menutupi
daerah insisi dan bagian sekeliling kulit
• Lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat
menyerap
• Lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
B. Balutan basah – kering
• Lapisan pertama kassa steril yang telah diberi
dengan cairan fisiologik untuk menutupi area
luka
• Lapisan kedua kasa steril yang lembab yang
sifatnya menyerap
• Lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada
bagian luar 
C.Balutan basah – basah
• Lapisan pertama kassa steril yang telah diberi
dengan cairan fisiologik untuk menutupi luka
• Lapisan kedua kassa kering steril yang bersifat
menyerap
• Lapisan ketiga (paling luar) kassa steril yang
sudah dilembabkan dengan cairan fisiologik
• Plester dengan rapi
• Buka sarung tangan dan masukan ke dalam nierbeken
• Lepaskan masker 
• Atur dan rapikan posisi pasien
• Buka sampiran
• Evaluasi keadaan umum pasien
• Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam
keadaan bersih, kering dan rapi
• Cuci tangan
• Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan
2. Angkat Jahitan
A. Pengertian
• Mengangkat atau membuka benang jahitan pada
luka yang dijahit
• Gunanya untuk menjegah timbulnya infeksi dan
tertinggalnya benang.
• Operasional dilakukan pada :
1. Luka operasi yang sudah waktunya diangkat
jahitannya
2. Luka pasca bedah yang sudah sembuh
3. Luka infeksi oleh karena jahitan
B. Persiapan
1. Persiapan klien
• Cek perencanaan keperawatan klien 
• Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang
akan dilakukan
2. Persiapan Alat
• Set angkat jahitan seteril 
• Kapas bulat/lidi kapas
• Bengkok 
• Gunting dan plester 
• Alkohol 70%/wash bensin
• Kantong balutan kotor 
• Kassa /tufer dalam tromol
• Bethadine 10%
C. Pelaksanaan
• Perawat cuci tangan
• Memasang sampiran disekeliling tempat tidur 
• Atur posisi klien sesuai kebutuhan
• Meletakan set angkat jahitan didekat klien atau
didaerah yang mudah dijangkau
• Membuka set angkat jahitan seteril
• Membuka balutan dengan hati- hati dan balutan
dimasukan kedalam kantong balutan kotor, bekas-
bekas plester dibersihkan dengan kapas bensin
• Mendisinfeksi sekitar luka operasi dengan
kapas alkohol 70% dan mengolesi luka operasi
dengan bethadine 10%
• Melepaskan jahitan satu persatu selang
seling, dengan cara :
• Menjepit simpul jahitan dengan pinset
anatomis dan ditarik sedikit keatas kemudian
menggunting benang dibawah simpul Yang
berdekatan dengan kulit atau pada sisi yang
lain yang tidak simpul
• Mengolesi luka dan sekitarnya dengan
bethadine
• Menutup luka dengan kassa kering dan
diplester 
• Merapihkan klien dan alat-alat dibereskan
• Perawat cuci tangan
• Perhatikan dan catat reaksi klien setelah
melakukan tindakan
d. Evaluasi
• Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
E. Dokumentasi
• Mencatat tindakan yang telah dilakukan
(waktu pelaksanaan, respon klien, hasil
tindakan, kondisi luka, perawat yang
melakukan) pada catatan keperawatan
Nasihat perawatan SC
• Dianjurkan jangan hamil lebih kurang satu
tahun, dengan memakai kontrasepsi
• Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi
dengan antenatal yang baik
• Yang dianut adalah “one cesarean not always
acesarean” kecuali panggul sempit atau
disproporsi sevalo pelviks
Prinsip perawatan luka SC
• Pada prinsipnya dalam merawat luka
dibutuhkan sterilisasi mengingat luka sangat
rentan terhadap masuknya mikroorganisme
dan adanya disintegritas , dalam melakukan
perawatan luka

Anda mungkin juga menyukai