Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

AUTISME

SASKIA SUPIT
NENENG TRI AFRIANI
DEFINISI

autisme adalah gangguan perkembangan pervasif, atau


kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas
imajinatif dan interaksi sosial timbal balik berupa
kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur
30 bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan
bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif serta penarikan
diri dan kehilangan kontak dengan realitas.
ETIOLOGI
Genetik Cidera otak, kerentanan utama,
aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara
faktor psikogenik dan perkembangan
Kelainan kromosim syaraf, perubahan struktur serebellum,
lesi hipokompus otak depan.

Neurokimia Penyakit otak organik


dengan adanya gangguan
Lingkungan terutama sikap komunikasi dan gangguan
orang tua, dan kepribadian sensori serta kejang epilepsi
anak
Terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa
bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit,
dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik
melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain
growth factors dan proses belajar anak. Makin banyak
sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan
akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada
stimulasi dari lingkungan.

BAGIAN O TA K YA N G DIGUNAKAN DALAM


Patofisiologi BELAJAR MENUNJUKKAN P E RTA M B A H A N
A K S O N , D E N D R I T, D A N S I N A P S . S E D A N G K A N
BAGIAN O TA K YA N G TA K DIGUNAKAN
MENUNJUKKAN K E M AT I A N SEL,
B E R K U R A N G N YA A K S O N , D E N D R I T, D A N S I N A P S .
KELAINAN GENETIS, KERACUNAN LOGAM
B E R AT, D A N N U T R I S I YA N G T I D A K A D E K U AT
D A PAT M E N Y E B A B K A N T E R J A D I N YA G A N G G U A N
PA D A P R O S E S T E R S E B U T. S E H I N G G A A K A N
M E N Y E B A B K A N A B N O R M A L I TA S P E RT U M B U H A N
SEL SARAF.
TANDA PADA AUTIS
Pada usia 6 anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang bila
bulan sampai diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak
bersemangat dalam permainan sederhana, anak
2 tahun tidak berupaya menggunakan kat-kata.

Pada usia 2-3 gejala suka mencium atau menjilati benda-benda, disertai
kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain
tahun sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi
tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif
cuek menghadapi kedua orang tuanya.

Pada usia 4-5


ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak
tahun merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada
kegiatan sehari-hari, dan anak tidak jarang
menunjukkan nada suara yang aneh, kontak mata
terbatas
MANIFESTASI KLINIS
1.Penarikan
2. Gerakan tubuh stereotipik
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif
5. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
6.Kontak mata minimal atau tidak ada.
7. Keterbatasan kognitif
8. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat
berbicara
PENGOBATAN PROGNOSIS

. Prognosis yang lebih baik adalah


Terapi pada autisme dengan tingkat intelegensi lebih tinggi,
mendeteksi dini dan tepat kemampuan berbicara fungsional,
kurangnya gejala dan perilaku aneh.
waktu serta program terapi
Gejala akan berubah dengan
yang menyeluruh dan terpadu. pertumbuhan menjadi tua. kejang-
kejang dan kecelakaan diri sendiri
semakin terlihat pada perkembangan
usia.
PENGKAJIAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN DITINJAU DARI KEPERAWATAN ANAK


Pengkajian data focus pada anak dengan gangguan perkembangan pervasive
menurut Isaac, A (2005) dan Townsend, M.C (1998) antara lain:
-Tidak suka dipegang
-Rutinitas yang berulang
-Tangan digerak-gerakkan dan kepala diangguk-anggukan
-Terpaku pada benda mati
-Sulit berbahasa dan berbicara
-50% diantaranya mengalami retardasi mental
-Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan emosi diri
sendiri dengan orang lain
-Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan dengan
orang lain
-Ketidakmampuan untuk membedakan batas-batas tubuh diri sendiri
dengan oranglain
-Mengulangi kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan orang lain
atau gerakkan-gerakkan mimik orang lain
-Penolakan atau ketidakmampuan berbicara yang ditandai dengan
ketidakmatangan stuktur gramatis, ekolali, pembalikan pengucapan,
ketidakmampun untuk menamai benda-benda, ketidakmampuan untuk
menggunakan batasan-batasan abstrak, tidak adanya ekspresi nonverbal
seperti kontak mata, sifat responsif pada wajah, gerak isyarat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Gangguan Identitas Diri berhubungan dengan gangguan
autisik ditandai dengan:
-Gangguan peran sosial
-Tidak terpenuhinya tugas perkembangan
-Gangguan neurologis
-Ketidakadekuatan stimulasi sensori

2. Gangguan Interaksi Sosial berhubungan dengan


gangguan autisik ditandai dengan
Defisiensi bicara
Hambatan perkembangan
Hubungan orang anak tidak memuaskan
Perilaku agresif
INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan (SDKI) Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1 Gangguan Identitas Diri Setelah dilakukan tindakan …x… jam Orientasi Realitas (I. 09297)
berhubungan dengan gangguan diharapkan identitas diri membaik Observasi
autisik ditandai dengan dengan kriteria hasil : • Monitor perubahan orientasi
-Gangguan peran sosial • Monitor perubahan kogniti
-Tidak terpenuhinya tugas Identitas Diri (L.09070) dan perilaku
perkembangan -Perilaku konsisten meningkat (5) Terapeutik
-Gangguan neurologis -Strategi koping meningkat (5) • Perkenalkan nama saat
-Ketidakadekuatan stimulasi -Kebingungan dengan nilai-nilai budaya memulai interaksi
sensori menurun (5) • Orientasikan orang, tempat
Batasan Karakteristik -Kebingungan dengan tujuan hidup dan waktu
-Perilaku tidak konsisten menurun (5) • Atur stimulus sensorik dan
-Hubungan yang tidak efektif lingkungan (mis. Kunjungan
-Penampilan peran tidak efektif pemandangan, suara,
  pencahayaan)
Edukasi
• Anjurkan perawtan diri
secara mandiri
• Ajarkan keluarga dalam
perawatan orientasi realita
2 Gangguan Interaksi Sosial Setelah dilakukan tindakan …x… jam Promosi Sosialisasi
berhubungan dengan gangguan diharapkan interaksi sosial meningkat Observasi
autisik ditandai dengan dengan kriteria hasil : -Identifikasi kemampuan melakukan
-Defisiensi bicara -Interaksi Sosial (L 13115) interaksi dengan orang lain
-Hambatan -perkembangan -Perasaan nyaman dengan situasi -Identifikasi hambatan melakukan
-Hubungan orang anak tidak sosial meningkat (5) interaksi dengan orang lain
memuaskan -Perasaan mudah menerima atau Terapeutik
-Perilaku agresif mengkomunikasikan perasaan -Motivasi meningkatkan keterlibatan
meningkat (5) dalam suatu hubungan
BatasanKarakteristik -Responsif pada orang lain meningkat -Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas
-Merasa tidak nyaman dengan (5) baru dan kegiatan kelompok
situasi sosial -Kooperatif dalam bermain dengan -Motivasi berinteraksi di luar
-Merasa sulit menerima atau teman sebaya meningkat (5) lingkungan (mis jalan-jalan)
mengkomunikasikan perasaan   Edukasi
-Kurang respon atau tertarik -Anjurkan berinteraksi dengan orang
pada orang lain lain secara bertahap
-Tidak berminat melakukan -Anjurkan ikut serta dalam sosial dan
kontak emosi dan fisik kemasyarakatan
-Kontak mata kurang -Anjurkan berbagi pengalaman dengan
-Tidak kooperatif dalam orang lain
bermain dan berteman dengan -Latih bermain peran untuk
sebaya meningkatkan keterampilan
-Perilaku tidak sesuai usia  komunikasi
  (D.0023) Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi selama 1 x Manajemen Hipovolemia (I.03116)
berhubungan dengan 24
kehilangan cairan aktif Jam maka status cairan membaik Observasi
  dengan kriteria hasil: - Periksa tanda dan gejala hipovolemia (
- Turgor kulit meningkat
- Kekuatan nadi meningkat - Monitor intake dan output cairan
- Kadar Hb membaik Terapeutik
- Tekanan darah membaik
- Tekanan nadi membaik - Hitung kebutuhan cairan
- Intake cairan membaik - Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak cairan oral
- Anjurkan menghindari posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. Nacl,
RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa
- 2,5%, Nacl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis albumin,
plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah
 
DAFTAR PUSTAKA
Diagnosa Keperawatan : buku saku. edisi 6 . Jakarata : EGC Doenges,
Marilynn E. 1999.
Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Price. (1995).
Patofisiologi: Proses-proses Penyakit Edisi: 4, Editor peter Anugrah
Buku II. Jakarta: EGC Wilkinson, M, Judith; (1997).
Buku saku diagnosis keperawatan dengan NIC dan NOC. Edisi 7
.Jakarta : EGC
https://www.scribd.com/doc/97175113/ASKEP-AUTIS
Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K). 1995.
Kesehatan Anak Pedoman Bagi orang Tua, Arcan. Jakarta: EGC
Baron & Kohen 1994
Behrman, Kliegman, Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi
15.
Sacharin, r.m. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2. Jakarta:
EGC
(DSM IV, sadock dan sadock 2000)
Safaria, T. 2005. Autisme Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna
bagi Orang Tua. Yogyakarta: Graha Ilmu
ARTIKEL JURNAL
JUDUL
Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial pada Anak Autis Melalui Terapi
Bermain Assosiatif
PENDAHULUAN
Autis merupakan gangguan perkembangan pervasivepada masa kanak-
kanak yang dapat dilihat dari gangguan kemampuan interaksi sosial dan
komunikasi. Terapi bermain merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kemampuan interaksi sosial anak autis.
INDIKASI DAN KONTRA
INDIKASI
TUJUAN
PENELITIAN untuk mengetahui efektivitas terapi
bermain asosiatif terhadap
peningkatan kemampuan interaksi
sosial pada anak autis

METODE
PENELITIAN metode penelitian survei analitik
menggunakan pendekatan kuasi
eksperimen. Penilaian kemampuan
interaksi sosial dilakukan sebelum dan
setelah dilakukan terapi bermain.
PICOT
POPULATION Sesuai dengan fungsi utama bermain yaitu merangsang
perkembangan sensorik- motorik, perkembangan sosial,
perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Ambarwati &
Nita, 2012), peneliti tertarik melakukan penelitian menggunakan
alat permaianan plastisin dan karton gambar dalam merangsang
perkembangan kemampuan interaksi sosial anak autis. Adapun
tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui efektifitas terapi
bermain assosiatif dalam meningkatkan kemampuan interaksi
sosial pada anak autis.
 
 
INTERVENTIO Intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu Terapi
N bermain assosiatif dalam meningkatkan kemampuan interaksi
sosial pada anak autis.
Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan dengan 12 kali
pelaksanaan terapi bermain. Alat permainan yang digunakan
adalah plastisin dan karton gambar dimana anak dibagi
menjadi 3 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3 orang
anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Chusairi (2012), bahwa
Terapi bermain sosial dapat memberikan hasil yang efektif
apabila dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan,
serta dilakukan dalam kelompok kecil (maksimal 6 orang).
 

COMPARISON penelitian yang dilakukan oleh Suryati (2014), menemukan bahwa


sebelum dilakukan terapi bermain, hanya 2 responden (11%) yang
melakukan kontak mata sedangkan 89% tidak memiliki respon
apapun. Setelah dilakukan terapi bermain, terlihat adanya
peningkatan yaitu sebanyak 64,7% mau menatap mata dan 58,8%
menoleh ketika dipanggil.
OUTCOME Hasil Penelitian menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan antara kemampuan interaksi sosial
pada anak autis sebelum dan setelah dilakukan
terapi bermain. Terapi bermain assosiatif efektif
dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial
anak autis.
 

TIME Terbitan bulan September tahun 2020


DAFTAR PUSTAKA
Adriana, Dian. (2014). Tumbuh Kembang dan Terapi Pada Anak.
Jakarta: Salemba Medika. Ambarwati & Nita. (2012). Buku Pintar
Asuhan Keperawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Cakrawala Ilmu
Bektiningsih, K. (2009). Program Terapi Anak Autis Di SLB
Negeri Semarang. Jurnal Kependidikan Volume 39, Nomor 2,
November 2009 Hal 85-100.
Chusairi, Achmad., Hamidah, Tino Leonardi(2012).Efektivitas
terapi bermain sosial untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan sosial bagi anak dengan gangguan autism.Jurnal
Ilmiah. http://Journal.unair.ac.id.
Della, Prisca Oktavia. (2014). Penerapan Metode Komunikasi Non
Verbal Yang Dilakukan Guru Pada Anak-Anak Autis Di Yayasan
Pelita Bunda Therapy Center Samarinda. Jurnal Komunikasi 2(4) :
114-128 ISSN 0000-0000, ejournal.ilkom.fisip- unmul.ac.id

Anda mungkin juga menyukai