Anda di halaman 1dari 8

PEMIKIRAN KALAM DI INDONESIA

HARUN NASUTION,
KH ABDURRAHMAN WAHID
DAN NUR CHOLIS MAJID

Nama Kelompok:
Muh Abda`il Anhar 19106012031
Zaenuddin Zidan 19106011129
Dini Rahma Aulia 19106011095
A. HARUN NASUTION

1. Pemikiran Akal
Besar kecilnya peranan akal dalam system teologi suatu aliran sangat
menentukan dinamis atau tidaknya pemahaman seseorang tentang ajaran Islam.
Berkenaan dengan akal ini, Harun Nasution menulis demikian: “Akal
melambangkan kekuatan manusia”.
Karena akal manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan
makhluk lain disekitarnya. Bertambah tinggi akal manusia, bertambah tinggi
pula kesanggupannya untuk mengalahkan makhluk lain. Bertambah lemah
kekuatan akal manusia, bertambah lemah pulalah .
2. Pembaharuan Teologi
Dibangun atas asumsi bahwa keterbelakangan dan kemunduran umat Islam
Indonesia (juga di mana saja) adalah disebabkan “ada yang salah” dalam teologi
mereka. Umat Islam dengan teologi fatalistic, irasional, predeterminisme serta
penyerahan nasib telah membawa nasib mereka menuju kesengsaraan dan
keterbelakangan. Menurut Harun Nasution, umat Islam hendaklah mengubah
teologi yang berwatak free-will rasional, serta mandiri.
3. Hubungan Akal Dan Wahyu
Akal mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al-Qur’an.
Orang yang beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu
sudah mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak
menjelaskan semua permasalahan keagamaan. Akal tetap
tunduk kepada teks wahyu. Teks wahyu tetap dianggap benar.
Akal dipakai untuk memahami teks wahyu dan tidak untuk
menentang wahyu. Akal hanya memberi interpretasi terhadap
teks wahyu sesuai dengan kecenderungan dan kesanggupan
pemberi interpretasi.
B. KH ABDURRAHMAN WAHID

1. Pribumisasi Ajaran Islam


Pribumisasi Islam adalah bagaimana memahami dan memaknai
pesan-pesan Islam dalam konteks budaya di Nusantara. Meskipun
Islam datang dari Jazirah Arab yang tentu saja tidak bisa dipisahkan
dengan tradisinya, tetapi ketika masuk ke Indonesia dan berdialog
dengan kebudayaan Nusantara, bagaimana Islam bisa diterima dan
dilaksanakan dengan tidak mengubah kebudayaan yang sudah ada.
Penolakan Gus Dur terhadap “Arabisasi Budaya” lebih dikarenakan
kecintaannya yang mendalam tentang Indonesia, yang menurutnya
bangsa Indonesia telah memilki budaya yang khas yang tidak kalah
dibanding dengan budaya Arab dan lainnya.
2. Islam Sebagai Etika Sosial
Ketidaksetujuan Gus Dur dengan formalisasi ajaran Islam dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan pada
keyakinannya bahwa bagi bangsa Indonesia yang majemuk, Islam
tidak perlu dipaksakan menjadi undang-undang atau hukum
negara, meskipun mayoritas masyarakat Indonesia beragama
Islam. Sebaliknya Islam bisa dijadikan sebagai etika sosial dalam
kehidupan berbangsa. Gus Dur menolak kehadiran negara Islam
yang memang tidak diketemukan konsepnya. Ia berketetapan
bahwa negara nasional atau negara bangsa yang berdasarkan
Pancasila merupakan bentuk final dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
C. NURCHOLIS MAJID
1. Tauhid
Menurut Nurcholis Majid, manusia berpotensi terjerumus ke dalam agama
palsu. Tauhid adalah pembebas dari belenggu tersebut. Untuk membebaskan
dari belenggu tersebut, manusia harus menyatakan “La Iaha...” (tidak ada
sesuatu Tuhan apa pun), kemudian mengucap “illa Allah” (kecuali Allah).
Itulah kalimat al-nafy wa al itsbat yang memecahkan persoalan syirik dan
menegaskan keesaan Allah, dengan cara mendekatkan diri kepada-Nya untuk
memperoleh ridho-Nya.
2. Takwa, Iman dan Ihsan
Menurut Nurcholis Majid, Taqwa merupakan simpul keagamaan universal
kepada seluruh umat manusia. Untuk mencapai taqwa, maka pertama
manusia harus iman kepada Allah. Iman itulah yang akan kesadaran hidup
berasal dari Tuhan. Selanjutnya, manusia harus berbuat ihsan. Menurutnya,
ihsan merupakan “bakat primodial” manusia yang bersumber dari hati nurani
3. Fitrah, Din dan Islam
Fitrah menggambarkan adanya perjanjian primordial manusia dengan
Tuhannya. Perjanjian tersebut menyangkut agama (din) dan satu-satunya
agama yang diakui adalah Islam, yaitu agama yang berlandaskan prinsip
kepasrahan penuh kepada Allah. Sikap pasrah kepada Allah itulah yang
menjadikan Islam sebagai agama yang universal.
4. Khalifah
Kata Khalifah memiliki arti “pengganti” atau “wakil”. Menurut Nurcholis
Majid, makna penunjukan Nabi Adam aebagai khalifah Allah dibumi, bahwa
ia harus “meneruskan” ciptaan Allah dengan mengurusnya dan
mengembangkannya sesuai dengan “mandat” yang diberikan Allah.
5. Wahyu dan Akal
Nurcholis Majid meyakini keterbatasan kemampuan akal manusia. Karena
itulah, dalam pandangannya manusia memerlukan berita yang dalam bahasa
Arabnya yaitu “naba’un”. Berita-berita tersebut disebut wahyu. Seberapa hebat
kemampuan akal manusia, manusia tetap memerlukan wahyu untuk
mendapatkan informasi yang tidak dapat dijangkau oleh akal.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai