Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI

EFEKTIVITAS KORTIKOSTEROID
TERHADAP PERBAIKAN GEJALA
NYERI TENGGOROKAN PADA
PASIEN FARINGITIS AKUT
KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS
UPTD. PKM KAMPUNG BALI KOTA BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERANDAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021

DISUSUN OLEH :
Latifah Awalia (H1AP14028)
Maria Yolanda (H1AP20016)
Aulia Dhiya Almas (H1AP20035)
Mutiara Ananda Harfiyani (H1AP20049)
Sulthan Salsabil Neza (H1AP20056)
Virta Giovanni (H1AP20060)
 
PEMBIMBING :
Mardhatillah Sariyanti, S.Si, M.Biomed
LATAR BELAKANG
Peradangan pada membrane mukosa
616 juta orang di dunia orofaring1
terserang faringitis
setiap tahunnya2

Faringitis

ISPA (infeksi saluran pernafasan akut)


Riskesdas:
prevalensi ISPA di Indonesia
mencapai 9,3%3

Riskesdas 2018
Bengkulu menempati urutan ke-6 dari 34
provinsi dengan prevalensi ISPA sebesar
11,8%3
Etiologi Faringitis Akut
01 02 03
Virus 50% hingga 80% Bakteri Alergi, lingkungan
rhinovirus, Streptokokus beta-hemolitik grup A (5%
influenza, adenovirus, hingga 36% kasus faringitis akut) dan paparan
coronavirus,
parainfluenza herpes,
bahan kimia
Streptokokus Grup B & C,
virus Epstein-Barr, Chlamydia pneumoniae,
human Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus
immunodeficiency influenzae,
virus (HIV), dan Candida,
coxsackievirus. Neisseria meningitidis,
Neisseria gonorrhoeae, Arcanobacterium
haemolyticum, Fusobacterium
necrophorum, dan Corynebacterium
diphtheriae.
Gejala Tergantung
mikroorganisme yang
Klinis menginfeksi

Secara umum, pasien mengalami:


 nyeri tenggorokan, terutama saat menelan
 demam
 adanya sekret dari hidung
 dapat disertai atau tanpa batuk
 malaise
 faring dan tonsil hiperemis4
Faringitis akut menjadi
kasus yang dianggap
mudah, namun regimen terapi
membutuhkan perhatian
khusus.
Anti-inflamasi  mengobati gejala nyeri tenggorokan pada faringitis.
Salah satu regimen yang sering digunakan sebagai anti-inflamasi untuk
faringitis yaitu kortikosteroid terutama untuk faringitis akut bakterial5.

menghambat transkripsi mediator pro-


inflamasi di sel endotel saluran napas6 kortikosteroid jangka panjang atau pemberian terus menerus
terutama dengan dosis besar  efek samping berupa tukak
peptik, miopati, osteoporosis dan fraktur vertebra, serta
hiperkoagulabilitas darah. Dampak penggunaan kortikosteroid
jangka panjang pada pasien anak dapat menghambat
pertumbuhan karena efek antagonisnya terhadap kinerja hormon
pertumbuhan di perifer7. Di sisi lain penelitian yang dilakukan
Richards, melaporkan bahwa pengobatan jangka pendek
kortikosteroid kurang dari satu minggu relatif aman8.
Perlu pertimbangan dalam meresepkan
kortikosteroid terutama pada pasien anak.
Kortikosteroid diresepkan harus sesuai indikasi
dan diberikan dalam waktu yang sesingkat
mungkin. Kortikosteroid dinilai efektif untuk
mengurangi nyeri tenggorokan4.

belum diketahui seberapa baik perbaikan gejala atau outcome setelah


diberikan kortikosteroid

menilai perbaikan gejala nyeri tenggorokan pada pasien faringitis


akut yang diberikan kortikosteroid dan tanpa diberikan
kortikosteroid.
ILUSTRASI KASUS

Seorang pasien laki-laki usia 13 tahun datang dengan sakit tenggorokan dan nyeri menelan
sejak 3 hari yang lalu seperti ada yang mengganjal. Pasien juga mengeluhkan badannya
demam, tetapi demam tidak terlalu tinggi, tidak menggigil dan berkeringat. Selain itu pasien
juga mengeluhkan suaranya menjadi serak. Keluhan mual muntah tidak ada. Pasien juga
mengaku BAK dan BAB dalam batas normal. Pasien seringkali mengonsumsi ciki dan
minuman manis botol ataupun kotakan. Riwayat alergi terhadap obat-obat tertentu, makanan
disangkal. Keluarga di rumah tidak mengalami hal serupa. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
suhu 36,7oC, RR 20 kali/menit, frekuensi nadi 72 kali/menit. Pemeriksaan faring dan tonsil
didapatkan hiperemis. Hasil pemeriksaan rapid antigen covid-19 negatif. Pasien diresepkan
obat berupa paracetamol 500 mg 3 kali sehari, dexametason 3 kali sehari selama 3 hari,
amoxicilin 500 mg 3 kali sehari selama 7 hari, dan vitamin C 1 kali sehari.
PERTANYAAN KLINIS
Bagaimana efektivitas pemberian kortikosteroid
terhadap perbaikan gejala nyeri tenggorokan pada
pasien faringitis akut?

P : pasien faringitis akut


I : pemberian kortikosteroid
C : tanpa pemberian kortikosteroid
O : perbaikan gejala nyeri tenggorokan
Kriteria Inklusi
• Tahun penulisan dalam 5 tahun terakhir.
• Kepustakaan diterbitkan dalam bahasa inggris.
• Semua literatur dengan desain penelitian
Randomized Controlled Trial (RCT)/Systematic
Review/Meta-analysis.
• Penelitian pada literatur dilakukan pada manusia.
• Jurnal sesuai dengan pertanyaan klinis
Kriteria Eksklusi
• Literatur yang tidak dapat diakses secara penuh
• Penggunaan kortikosteroid pada pasien yang baru
saja melakukan pembedahan (post operasi)
METODOLOGI
Kata kunci yaitu:
Tiga pusat data yaitu :
• (("corticosteroid"[All Fields]) AND ("sore throat"[All
 Pubmed / PubMed Central (PMC) Fields])) AND ("pharyngitis"[All Fields])
• ((("corticosteroid"[All Fields]) AND ("sore throat"[All
 Cochrane Library
Fields])) AND ("pharyngitis"[All Fields])) AND
 tripdatabase ("outcome"[All Fields])
• ((("corticosteroid"[All Fields]) AND ("sore throat"[All
Fields])) AND ("pharyngitis"[All Fields])) AND
("impact"[All Fields])
• (("dexamethason"[All Fields]) AND ("sore throat"[All
Fields])) AND ("pharyngitis"[All Fields])
Records identified through database
searching
on (PUBMED)(n = 61)
ati (Cochrane Library) (n = 3)
fic (TRIP Database) (n = 45)
nti (n = 109)
Ide Duplicate excluded
(n = 20)

Records screened
(n =89)

 
Recorded excluded
(n=85)

Terdapat 85 kepustakaan yang dieksklusi dengan kriteria sebagai berikut :


 Tahun penulisan lebih dari 5 tahun terakhir.
 Desain penelitian bukan Randomized Controlled Trial
(RCT)/Systematic Review/Meta-analysis.
 Jurnal tidak sesuai dengan pertanyaan klinis
 Penggunaan kortikosteroid pada pasien yang baru saja melakukan
pembedahan (post operasi)
ng
 tidak termasuk ke dalam kategori artikel jurnal dan tidak dapat diakses
ni secara penuh
ree  
 
Sc Titles and abstract assessed
for eligibility (n=4)  
Eligibility excluded (n=3)
ity
bil  

gi  kepustakaan sudah masuk


Eli kedalam systematic review
 kepustakaan merupakan
perbaruan systematic
ed
ud
review sebelumnya
cl
Studies included in Gambar 1. Diagram Alur
Pencarian Kepustakaan
In
qualitative synthesis
(n = 1)
TELAAH KRITIS
Setelah melalui proses pencarian dengan menerapkan kriteria seleksi
ditemukan 1 kepustakaan dengan judul Corticosteroids as standalone
or add-on treatment fore sore throat oleh Simone de Cassan, Matthew
J Thompson, Rafael Perera, Paul P Glasziou, Chris B del Mar, Carl J
Heneghan, dan Gail Hayward. Kepustakaan ini ditelaah kritis
menggunakan panduan Center of Evidence Based Medicine 2014.
HASIL
Laporan ini membahas tentang pasien
yang diresepkan kortikosteroid karena
mengalami nyeri tenggorokan akibat menderita faringitis.

Didapatkan kepustakaan dari penelitian Simone de Cassan, Matthew J Thompson, Rafael Perera,
Paul P Glasziou, Chris B del Mar, Carl J Heneghan, dan Gail Hayward dengan judul
Corticosteroids as standalone or add-on treatment fore sore throat.
Penelitian ini merupakan systematic review tahun 2020.

Kepustakaan systematic review ini memasukkan


sembilan artikel jurnal sebagai sumber
literatur setelah dilakukan penyaringan sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi.
Keenam artikel  kelompok yang diberi
kortikosteroid menunjukkan perbaikan
berupa nyeri yang mereda dan menghilang
Darisembilan artikel jurnal lebih cepat secara signifikan dibanding
kelompok plasebo yang tidak di beri
yang termasuk kedalam systematic review kortikosteroid 9–14.

Dari keenam kepustakaan jenis


kortikosteroid yang digunakan adalah
kortikosteroid dexametason9–14.

enam artikel jurnal Bentuk kortikosteroid pada penelitian keenam artikel


jurnal yaitu intramuskular dan oral.
yang melibatkan anak dengan usia
<18 tahun sebagai sampel Kortikosteroid intramuskular meredakan nyeri
penelitian tenggorokan dalam waktu 5,8 jam, sementara
kortikosteroid oral meredakan nyeri tenggorokan
dalam waktu 6 jam14
 Rata-rata waktu yang diperlukan untuk
meredakan nyeri tenggorokan yaitu 6 jam
enam artikel pada kelompok yang diberi regimen
kortikosteroid.
jurnal yang melibatkan
anak dengan usia <18
tahun sebagai sampel  Waktu yang diperlukan untuk menghilangkan
penelitian
nyeri tenggorokan sepenuhnya atau resolusi
lengkap cukup bervariasi mulai dari 15 jam
hingga 42 jam pada kelompok yang diberi
kortikosteroid10–13
Resolusi lengkap nyeri tenggorokan
dalam waktu 24 jam dan 48 jam
5 literatur 4 literatur
pemberian kortikosteroid dapat menurunkan
pemberian kortikosteroid dapat menurunkan
nyeri tenggorokan pada 48 jam sebesar 1,5
nyeri tenggorokan pada 24 jam sebesar 2,4 kali kali dibandingkan dengan plasebo
dibandingkan dengan plasebo.
Rata-rata waktu nyeri tenggorokan mereda setelah
menggunakan kortikosteroid
Analisis gabungan dari tujuh penelitian yaitu rata-rata waktu nyeri tenggorokan
mereda yaitu 6 jam lebih awal pada pasien yang menggunakan kortikosteroid
dibandingkan plasebo
Rata-rata waktu perbaikan lengkap nyeri
(nyeri tenggorokan hilang) setelah menggunakan
kortikosteroid
Hasil rata-rata waktu yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri
tenggorokan (resolusi lengkap) dari 6 literatur yaitu 11,6 jam pada pasien
yang menggunakan kortikosteroid.
NNT (number needed to treat)

Hasil NNT untuk menghilangkan nyeri tenggorokan sepenuhnya atau resolusi


lengkap nyeri tenggorokan dalam 24 jam yaitu 4,8 yang artinya diperlukan 5
orang yang diberi kortikosteroid untuk dapat menghilangkan nyeri tenggorokan 1
orang dalam 24 jam.

NNT menghilangkan nyeri tenggorokan sepenuhnya atau resolusi lengkap nyeri


tenggorokan dalam 48 jam didapatkan hasil 4,1 yang artinya hanya diperlukan 4
orang yang diberi kortikosteroid untuk dapat menghilangkan nyeri tenggorokan
pada 1 orang.
PEMBAHASAN
FARINGITIS  peradangan dinding faring
yang dapat disebabkan oleh virus (40-60%),
bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin dan
lain-lain5.

sekret hidung dan ludah


(droplet infection)5
Virus dan bakteri melakukan
invasi ke faring dan
menimbulkan reaksi
inflamasi lokal yang
mengakibatkan sekresi
berlebihan dan edema
sehingga menimbulkan rasa
nyeri1.
Faringitis akut akibat infeksi bakteri :
Faringitis akut akibat infeksi virus : • nyeri kepala yang hebat
• demam disertai rinorea • Muntah
• Mual • kadang-kadang disertai demam dengan suhu tinggi
• nyeri tenggorokan • jarang disertai batuk
• sulit menelan • tonsil membesar
• faring dan tonsil hiperemis
Terapi yang direkomendasikan: • kelenjar limfa anterior membesar, kenyal dan nyeri
istirahat dan minum yang cukup, kumur dengan saat ditekan5.
air hangat, dan analgetik jika diperlukan
Terapi yang direkomendasikan
antibiotik amoksisilin 50mg/kgBB, kortikosteroid,
analgetik serta kumur dengan air hangat atau antiseptik5
systematic kortikosteroid dexametason paling sering
review digunakan sebagai terapi pilihan

kortikosteroid yang memiliki potensi inflamasi


paling kuat diantara kortikosteroid lainnya
yaitu sebesar 3015. Penggunaan dexametason
dosis rendah tunggal dapat meredakan nyeri
tenggorokan tanpa peningkatan efek samping
yang serius16.
pasien yang menggunakan kortikosteroid
systematic menunjukkan adanya perbaikan/resolusi lengkap
review nyeri tenggorokan secara signifikan dalam waktu 24
jam dan 48 jam, meskipun efeknya moderat

Hayward GN, et al. Sadeghirad B (2017)


Inggris bagian Selatan dan Barat tahun 2015 pada 576 pasien pasien yang diberikan dexamethason
acak yang mengalami faringitis akut, mengalami perbaikan rerata dalam 7,4 jam,
 pasien yang diberikan dexametason tanpa antibiotik
sedangkan pasien yang diberikan plasebo
24,9% pasien mengalami perbaikan sedangkan pasien
yang diberikan plasebo tanpa antibiotik mengalami
mengalami perbaikan rerata 12,3 jam18.
perbaikan lebih rendah yaitu sebanyak 18,9% pasien17.
 pada pasien yang diberikan dexametason rata-rata durasi
mengalami nyeri selama 3 jam sedangkan yang diberikan
plasebo rata-rata mengalami nyeri selama 4,14 jam 17.
Hal ini didasari oleh mekanisme kerja kortikosteroid sebagai
anti-inflamasi dengan menurunkan peradangan pada
epitel saluran pernapasan19.

Sehingga dapat disimpulkan Secara mikroskopik, obat ini menghambat fenomena inflamasi
bahwa pasien faringitis akut yang dini yaitu edema, deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi
diresepkan kortikosteroid leukosit ke tempat radang dan aktivitas fagositosis. Telah
mengalami perbaikan gejala nyeri diketahui bahwa penurunan dan penghambatan limfosit dan
tenggorokan yang mereda dan makrofag perifer memegang peranan. Juga penghambatan
menghilang lebih cepat dibanding fosfolipase A2 secara tidak langsung yang menghambat
kelompok plasebo yang tidak pelepasan asam arakidonat, prekursor prostaglandin dan
diberikan kortikosteroid leukotrien, dari fosfolipid yang terikat pada membran20.

Penggunaan klinik kortikosteroid sebagai antiinflamasi


merupakan terapi paliatif, yaitu hanya gejalanya saja
yang dihambat sedangkan penyebab penyakit tetap ada7.
Meskipun pemberian kortikosteroid dapat
pengobatan jangka pendek kortikosteroid
menurunkan rasa nyeri tenggorokan lebih
kurang dari satu minggu relatif aman8
cepat, perlu dipertimbangkan untuk
pemberian kortikosteroid dalam praktik
klinis sehari-hari

pemberian kortikosteroid jangka pendek untuk


nyeri tenggorokan dapat menyebabkan
EFEK SAMPING
 tukak peptik
“medikalisasi” yang menghasilkan dosis
 miopat kumulatif kortikosteroid yang lebih besar
 osteoporosis digunakan pasien
 fraktur vertebra
 hiperkoagulabilitas darah

Penggunaan kortikosteroid pada anak dalam waktu yang lama dapat


menghambat pertumbuhan karena efek antagonisnya terhadap kinerja
hormon pertumbuhan di perifer7.

Pemberian dexametason memiliki efek imunosupresan sehingga perlu


dipetimbangkan pada pasien dengan penyakit imunokompromais21
Systematic review
Kortikosteroid kortikosteroid intramuskular meredakan
sintetik nyeri tenggorokan dalam waktu 5,8 jam,
oral, topikal, sementara kortikosteroid oral meredakan
parenteral nyeri tenggorokan dalam waktu 6 jam14.

Hasil ini menunjukkan tidak terdapat


perbedaan yang signifikan antara
pemberian kortikosteroid intramuskular
dengan oral terhadap perbaikan gejala
nyeri tenggorokan.

kortikosteroid oral lebih disarankan


 mudah diaplikasikan ke pasien
 ketersediaan obat ada di puskesmas
Sehingga berdasarkan hasil yang didapat dari systematic review ini kortikosteroid khususnya
dexametason dapat diaplikasikan pada pasien ilustrasi kasus dengan pertimbangan manfaat yang
dapat mengurangi dan menghilangkan gejala nyeri tenggorokan lebih cepat, efek samping minimal
jika digunakan dalam jangka pendek, dan ketersediaan obat dexametason oral tersedia di puskesmas.
Kesimpulan

Kortikosteroid efektif meredakan


dan menghilang gejala nyeri
tenggorokan pada pasien faringitis
akut dengan rata-rata waktu lebih
cepat dibanding tidak diberi
kortikosteroid.
SARAN

Klinisi : diperlukan pertimbangan dalam


meresepkan kortikosteroid baik dari segi risiko
dan manfaat kortikosteroid sebelum melakukan
pengobatan.

Pasien: diminta untuk tidak menggunakan


kortikosteroid secara bebas tanpa indikasi yang
jelas dari dokter agar terhindar dari efek samping
obat.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Wolford RW, Goyal A, Belgam Syed SY et al. Pharyngitis [Internet]. In: StatPearls; Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519550/
2. Buensalido JAL. Pharyngitis [Internet]. Feb 08, 2019. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/225243-overview#a6
3. Kemenkes RI. Laporan Nasional Riskesdas 2018 [Internet]. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kemenkes RI; 2018. p. 198. Available from:
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf
4. RI K. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Kemenkes RI; 2014.
5. Soepardi EA. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 7th ed. Jakarta: FKUI; 2020. 193 p.
6. Cook J, Hayward G, Thompson M, Hay AD, Moore M, Little P, et al. Oral corticosteroid use for clinical and cost-effective symptom relief of sore throat: Study
protocol for a randomized controlled trial. Trials. 2014 Sep 18;15(1):1–13.
7. Indonesia DF dan TFKU. Farmakologi dan Terapi. 6th ed. Jakarta: FKUI; 2016.
8. Richards RN. Side effects of short-term oral corticosteroids. J Cutan Med Surg. 2008;12(2):77–81.
9. Niland ML, Bonsu BK, Nuss KE, Goodman DG. A pilot study of 1 versus 3 days of dexamethasone as add-on therapy in children with streptococcal pharyngitis.
Pediatr Infect Dis J. 2006;25(6):477–81.
10. Olympia RP, Khine H, Avner JR. Effectiveness of oral dexamethasone in the treatment of moderate to severe pharyngitis in children. Arch Pediatr Adolesc Med.
2005 Mar;159(3):278–82.
11. Bulloch B, Kabani A, Tenenbein M. Oral dexamethasone for the treatment of pain in children with acute pharyngitis: A randomized, double-blind, placebo-controlled
trial. Ann Emerg Med. 2003;41(5):601–8.
12. Marvez-Valls EG, Ernst AA, Gray J, Johnson WD. The role of betamethasone in the treatment of acute exudative pharyngitis. Acad Emerg Med. 1998;5(6):567–72.
13. O’Brien JF, Meade JL, Falk JL. Dexamethasone as adjuvant therapy for severe acute pharyngitis. Ann Emerg Med. 1993;22(2):212–5.
14. Wei JL, Kasperbauer JL, Weaver AL, Boggust AJ. Efficacy of single-dose dexamethasone as adjuvant therapy for acute pharyngitis. Laryngoscope. 2002;112(1):87–
93.
15. EGC. Farmakologi Dasar dan Klinik. 12th ed. JT. BGKSBA, editor. Jakarta; 2016.
16. Sadeghirad B, Siemieniuk RAC, Brignardello-Petersen R, Papola D, Lytvyn L, Vandvik PO, et al. Corticosteroids for treatment of sore throat: systematic review and
meta-analysis of randomised trials. BMJ. 2017 Sep 20;358:j3887.
17. Hayward GN, Hay AD, Moore M V., Jawad S, Williams N, Voysey M, et al. Effect of oral dexamethasone without immediate antibiotics vs placebo on acute sore
throat in adults a randomized clinical trial. JAMA - J Am Med Assoc. 2017 Apr 18;317(15):1535–43.
18. Sadeghirad B, Siemieniuk RAC, Brignardello-Petersen R et al. Corticosteroids for treatment of sore throat: systematic review and meta-analysis of randomised
trials. BMJ. 2017;358.
19. de Cassan S, Thompson MJ, Perera R, Glasziou PP, Del Mar CB, Heneghan CJ, et al. Corticosteroids as standalone or add-on treatment for sore throat. Vol. 2020,
Cochrane Database of Systematic Reviews. John Wiley and Sons Ltd; 2020.
20. Johnson DB, Lopez MJ KB. Dexamethasone. StatPearls Publishing.
21. Bergeson K, Rogers N PS. corticosteroids for a sore throat? J Fam Pr. 2013;62(7):372–4.

Anda mungkin juga menyukai