4C adalah tujuan dari kurikulum 2013 Di era industri 4.0 dibutuhkan SDM yang berkualitas dengan berbagai keterampilan Kolaborasi adalah praktik bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, kolaborasi penting karena disadari atau tidak oleh siswa, mereka mungkin akan bekerja dengan orang lain selama sisa hidup mereka.(Stauffer, 2020) Berdasarkan analisis tren, skill kolaborasi paling sedikit ditemukan Pembelajaran kolaborasi merupakan suatu hubungan antar siswa yang menumbuhkan sikap saling ketergantungan secara positif, menunjukkan sikap tanggung jawab setiap individu, serta keterampilan komunikasi interpersonal (Koesnandar, 2021) "Sistem pendidikan sekarang belum fokus pada mengasah kolaborasi, belum ke sana. Sudah mulai ke arah sana, tapi belum. Itu tugas saya, PR saya," ungkap Nadiem Makarim, dalam program 'Kemenkeu Mengajar 5', dikutip dari kanal YouTube Ministry of Finance Republic of Indonesia, Senin (30/11/2020). 2. Peran Guru Hubungan emosional yang baik akan membentuk lingkungan pembelajaran yang kondusif Guru hanya sebagai fasilitator yang memberi petunjuk dan siswa harus diberikan kesempatan untuk menjadi seorang problem solver Peran guru dalam kurikulum 2013 tidak lagi hanya sekedar mengajarkan pengetahuan saja, tetapi juga harus mampu sebagai pendidik sekaligus pembimbing dengan memberikan pengarahan sehingga peserta didik untuk dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran yang mampu menumbuhkan soft skill siswa 3. Kepribadian Siswa Siswa ekstrovert lebih aktif dan mempunyai kemampuan berpikir lebih tinggi dibandingkan siswa introvert Siswa ekstrovert lebih aktif mencari sumber informasi untuk menyelesaikan suatu masalah saat di mediasi oleh penerapan pembelajaran yang menuntut mereka untuk aktif Untuk mengatasi murid introvert perlu kerjasama dengan guru bimbingan konseling dan orang tua untuk menyadarkan betapa pentingnya pribadi yang aktif buat kehidupannya (dapat dilakukan saat tahap evaluasi) Collaborative Problem Solving Collaborative problem solving(CPS) adalah keterampilan penting dan diperlukan yang digunakan dalam pendidikan dan dunia kerja. Sementara problem solving sebagaimana didefinisikan dalam PISA 2012 (OECD, 2010) berkaitan dengan individu yang bekerja sendiri dalam menyelesaikan masalah di mana metode pemecahannya tidak segera terlihat, dalam CPS, individu mengumpulkan pemahaman dan upaya mereka dan bekerja sama untuk memecahkan masalah ini. Collaborative problem solving(CPS) baik untuk meningkatkan capaian pembelajaran siswa dan meningkatkan tingkat prestasi siswa(Luckin, 2017) Aktivitas pemecahan masalah kolaboratif yang terstruktur di sekolah jarang ditemukan. Hambatan untuk penyerapan termasuk kurangnya kepercayaan diri dan pengalaman yang relevan di antara pendidik, kurangnya pelatihan dan sumber daya, tingkat skeptisisme dan kepedulian,(Luckin, 2017)
Komunikasi Interpersonal Guru Pendidikan Jasmani Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Kelas Di Sma Negeri 1 Kasokandeltahun Akademik 20192020