Anda di halaman 1dari 6

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

ISSN: 2614-6754 (cetak) Halaman 14368-14373


ISSN: 2614-3097(daring) Jilid 6 Nomor 2 Tahun 2022

Implementasi Distributed Leadership dalam Praktek


Professional Learning Community: Studi Kasus di XYZ Senior
SMA Di Jawa Dan Sumatera
Sry Handayani Ziliwu1, Khoe Yao Tung2
1Sekolah Lentera Harapan Curug
2Email Universitas Pelita Harapan:
sryhandayaniziliwu@gmail.com

Abstrak

Salah satu tantangan yang dihadapi guru di abad 21 adalah keterampilan keterampilan.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan kepemimpinan terdistribusi (DL) untuk
melakukan pengembangan guru profesional melalui kolaborasi melalui komunitas
pembelajaran profesional (PLC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tindakan kepala
sekolah dalam mengatasi permasalahan kolaborasi guru, hambatan PLC, implementasi DL,
dan penanganan praktik permasalahan PLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemimpin sekolah meningkatkan kolaborasi guru melalui PLC. Praktik PLC berdasarkan
kesamaan visi dan misi, membangun guru profesionalisme, memperkaya pengetahuan, dan
saling melengkapi. Kendala PLC adalah kolaborasi spontan masih terbatas, menyebabkan
perbedaan pemahaman antar guru, perbedaan konteks sekolah, dan kurangnya persatuan
antar anggota.

Kata kunci:Kepemimpinan Terdistribusi, Komunitas Pembelajaran Profesional

Abstrak

Salah satu tantangan yang dihadapi guru di abad 21 adalah keterampilan kolaborasi. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan kepemimpinan terdistribusi (DL) untuk melakukan
pengembangan keprofesian guru dalam kolaborasi melalui professional learning community
(PLC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tindakan pimpinan sekolah dalam mengatasi
permasalahan kolaborasi guru, kendala PLC, implementasi DL, dan menangani permasalahan
praktik PLC. Hasilnya menunjukkan bahwa pimpinan sekolah meningkatkan kolaborasi guru
melalui PLC. Praktek PLC didasarkan pada kesamaan visi dan misi, membangun profesionalisme
guru, memperkaya pengetahuan, dan saling melengkapi. Kendala PLC yaitu kerjasama spontan
masih terbatas sehingga menimbulkan perbedaan pemahaman antar guru, perbedaan konteks
sekolah, dan kurangnya kekompakan antar anggota. Pelaksanaan DL dengan memberikan
kesempatan kepada guru untuk berkolaborasi dan pimpinan sekolah memberikan dukungan
dalam praktek PLC.

kata kunci :Kepemimpinan Terdistribusi, Komunitas Pembelajaran Profesional

PERKENALAN
Salah satu tantangan yang dihadapi guru di abad 21 ini adalah kemampuan berkolaborasi. Beberapa
keterampilan di abad 21 adalah keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah, komunikasi, kreativitas, dan
kolaborasi (Astuti et al., 2019, hlm. 2). Guru harus belajar untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya sehingga dapat mengarahkan siswa untuk menghadapi tantangan abad 21. Kemampuan
kolaborasi akan ditingkatkan dengan mengembangkan keterampilan seperti interpersonal dan membangun
hubungan untuk berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan orang lain (Khanna, 2015, hlm. 39).
Keterampilan kolaborasi guru diperlukan untuk mengembangkan keterampilan guru dalam mengajar. Untuk itu,
guru membutuhkan kegiatan yang mengembangkan dan membekali guru dalam proses belajar mengajar.

Jurnal Pendidikan Tambusai 14368


ISSN: 2614-6754 (cetak) Halaman 14368-14373
ISSN: 2614-3097(daring) Jilid 6 Nomor 2 Tahun 2022

Program pengembangan profesi yang memberi ruang bagi setiap guru untuk berkolaborasi
adalah professional learning community (PLC). PLC yang efektif dimulai dengan melibatkan guru dan
memberikan kesempatan untuk merencanakan dan mengelola pengembangan profesional berkelanjutan
yang berdampak positif pada prestasi siswa. Davies (2005, p. 184) menyatakan bahwa PLC dan komunitas
jaringan adalah tulang punggung baru dari beragam lingkungan dan kapasitas karena mereka menghargai
cara belajar yang berbeda dan menciptakan interaksi dan hubungan untuk membaginya. Guru dapat
berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan perubahan yang secara bertahap akan meningkatkan
kepercayaan diri guru sebagai keberhasilan pelaksanaan (Trilaksono et al., 2019, hlm. 53). PLC mendorong
setiap anggota untuk mengembangkan wawasan, keterampilan, dan kompetensi baru (DuFour et al dalam
Mundschenk dan Fuchs, 2016, hlm. 57).
PLC adalah pengembangan profesional melalui dialog reflektif, fokus pada siswa
pembelajaran, interaksi guru sebaya, kolaborasi, dan berbagi nilai dan norma (Kruse, et al.,
dalam Roberts & Pruitt, 2003, hlm. 7). Dialog reflektif adalah diskusi yang berfokus pada
perilaku mengajar dan hasil belajar untuk mendorong guru mendiskusikan praktik
mengajar dan kolaborasi agar guru mengalami pengembangan diri. Dialog menjadi
kesempatan bagi guru untuk berbicara dengan rekan dan pemimpin tentang belajar dan
mengajar (Davies, 2005). Fokus pada pembelajaran siswa adalah dialog berkelanjutan
antara guru dan pengambilan keputusan tentang kurikulum, pengajaran, dan pembelajaran
dengan fokus pada hasil belajar siswa. Interaksi antar guru adalah adanya hubungan
profesional atau hubungan antar guru untuk berbagi ide, saling belajar, dan saling
membantu antar guru. PLC terdiri dari tim kolaboratif yang anggotanya bekerja saling
bergantung untuk mencapai tujuan bersama yang anggotanya saling bertanggung jawab
(DuFour et al., 2013). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa PLC adalah
pengembangan profesional yang dilakukan oleh tim kolaboratif yang berinteraksi, bekerja
sama, bertanggung jawab, dan berbagi nilai dan norma untuk mencapai tujuan bersama.
Ada dampak dari PLC antara beberapa sekolah yaitu budaya belajar atau
pembelajaran organisasi, budaya organisasi, dan berbagi pengetahuan. Model PLC
diharapkan dapat memberikan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kapabilitas
masyarakat yaitu budaya belajar (Khoe, 2018, hlm. 118). Blankenship & Ruona (2007)
menjelaskan beberapa aspek yang akan ada dalam komunitas pembelajaran profesional,
yaitu adanya budaya organisasi dan berbagi pengetahuan. Kunci budaya organisasi adalah
adanya misi, visi, dan nilai bersama yang mendorong kolaborasi. Budaya organisasi
memberikan dasar nilai-nilai organisasi yang dipegang teguh dalam organisasi (Khoe, 2018,
p. 152).
SMA XYZ merupakan sekolah yang menerapkan PLC sebagai sarana kerjasama antar
guru di Jawa dan Sumatera. Implementasi PLC di SMA XYZ diharapkan dapat menjadi jalan untuk
menjawab tantangan yang dihadapi sekolah dalam mencapai visi dan misi melalui proses
pembelajaran di kelas. PLC membantu guru mengembangkan ide bersama, melengkapi, dan
mendukung orang lain; sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, praktik PLC
membantu dan mengarahkan guru dalam menghadapi tantangan saat ini.
Dalam praktek PLC yang terdiri dari sekolah-sekolah di Jawa dan Sumatera, guru dari
beberapa sekolah yang saling berdiskusi memiliki konteks sekolah yang berbeda, sehingga
menjadi tantangan dalam berkolaborasi antar guru. Disampaikan oleh salah satu guru melalui
wawancara informal bahwa permasalahan yang dialami dalam praktik PLC adalah konteks
sekolah yang berbeda. Diskusi antar guru dari beberapa sekolah hanya terjadi pada saat
pertemuan kegiatan PLC yang dijadwalkan, padahal keberhasilan pengembangan keprofesian
dengan pendekatan ini sangat bergantung pada komunikasi yang dilakukan oleh masing-
masing anggota.
Berdasarkan hal tersebut, peran kepala sekolah sangat dibutuhkan dengan menerapkan
pendekatan kepemimpinan yang mendukung kolaborasi guru yaitu kepemimpinan terdistribusi (DL).
Terutama, DL milik kelompok atau jaringan individu yang berinteraksi (Davies 2005, p. 163). Berdasarkan
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan terdistribusi adalah kepemimpinan yang mendukung
interaksi pemimpin dan pengikut dalam setiap aktivitas yang dilakukan dalam organisasi. Distributed
leadership (DL) adalah kepemimpinan yang didasarkan pada pengambilan keputusan kolaboratif

Jurnal Pendidikan Tambusai 14369


ISSN: 2614-6754 (cetak) Halaman 14368-14373
ISSN: 2614-3097(daring) Jilid 6 Nomor 2 Tahun 2022

pembuatan, pemecahan masalah, negosiasi, dan refleksi yang diputuskan bersama dalam
kelompok (Wahyuni et al., 2020, p. 166). Studi tersebut telah menunjukkan bahwa
tanggung jawab untuk kepemimpinan rutin melibatkan banyak pemimpin, walaupun jumlah
yang terlibat tergantung pada rutinitas dan area subjek (Spillane, 2005, p. 145). DL
memberikan manfaat dari kapasitas lebih banyak anggota untuk memungkinkan anggota
memanfaatkan kekuatan individu untuk mengembangkan apresiasi anggota organisasi
terhadap saling ketergantungan dan perluasan kolaborasi antar sekolah (Harris, 2008, p.
177). Berdasarkan ini,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tindakan pimpinan sekolah dalam


mengatasi masalah keterampilan kolaborasi antara guru SMA XYZ se-Jawa dan Sumatera,
hambatan dalam praktik komunitas belajar profesional di SMA XYZ se-Jawa dan Sumatera,
implementasi distribusi kepemimpinan dalam praktik komunitas belajar profesional di SMA
XYZ di Jawa dan Sumatera, dan tindakan pimpinan sekolah menangani masalah praktik PLC
di SMA XYZ.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMA XYZ di Jawa dan Sumatera. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah cara
penentuan sampling dengan cara menentukan karakteristik subjek yang akan diteliti
dengan pertimbangan tertentu (Sedarmayanti dan Hidayat, 2011). Subyek dalam penelitian
ini adalah PIC (person in charge) dan anggota dari masing-masing kelompok komunitas
belajar profesional dari SMA XYZ di Jawa dan Sumatera. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian
ini adalah studi kasus. Studi kasus cocok digunakan dalam penelitian yang menjawab
pertanyaan dimulai dengan bagaimana siapa dan mengapa serta menyelidiki peristiwa yang
terjadi dalam konteks kekinian (Farquhar, 2012). Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini mengikuti beberapa tahapan.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN


Praktek Masyarakat Belajar Profesional
Berdasarkan hasil penelitian, praktik PLC dapat dilihat melalui adanya kesamaan visi
dan misi, kepemimpinan yang mendukung, kerjasama tim, perbaikan berkelanjutan, praktik
berbagi pengetahuan, hasil yang berorientasi pada hasil, dan kesatuan guru. Anggota PLC
juga mendukung kesamaan visi dan misi yang dilandasi oleh visi dan misi yang sudah
dimiliki lembaga. Hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam praktek PLC diharapkan
setiap anggota memiliki visi dan misi yang sama. Pemantapan visi dan misi ini juga
dilakukan pada awal tahun ajaran agar setiap anggota dapat memahami tujuan
diadakannya PLC. Hasil kuisioner juga menunjukkan adanya kesamaan visi dan misi, jadwal
kegiatan, dan agenda dalam praktik PLC. Jadwal PLC SMA XYZ di Jawa dan Sumatera dapat
dilihat pada studi dokumentasi. Kajian dokumentasi yaitu pada kalender pendidikan
menunjukkan bahwa PLC dilaksanakan setiap bulan.

Berdasarkan hasil wawancara dapat dilihat dalam praktek PLC terjadi kerjasama
antara guru dari beberapa sekolah yang berdampak pada profesionalisme guru melalui
kegiatan diskusi. Kolaborasi yang terjadi pada PLC SMA XYZ se-Jawa dan Sumatera dapat
dilihat melalui hasil kuisioner yang menunjukkan bahwa dalam implementasi PLC ini
terdapat pembentukan kelompok untuk dapat berkolaborasi. Hasil kuesioner menunjukkan
bahwa responden setuju adanya kelompok yang dibentuk dalam pelaksanaan program
pengembangan keprofesian untuk berkolaborasi atau bekerja sama antara guru SMA XYZ di
Jawa dan Sumatera.

Jurnal Pendidikan Tambusai 14370


ISSN: 2614-6754 (cetak) Halaman 14368-14373
ISSN: 2614-3097(daring) Jilid 6 Nomor 2 Tahun 2022

Praktik PLC dapat dilihat dari praktik berbagi pengetahuan antar individu ketika ada ruang bagi
setiap anggota kelompok PLC untuk berbagi, memberikan pendapat, dan berbagi materi yang
digunakan dalam pembelajaran. Hasil penelitian menemukan bahwa dasar persatuan anggota PLC
adalah adanya kesamaan visi dan misi. PLC merupakan kegiatan yang sangat indah karena adanya
kerjasama antara guru-guru dari beberapa sekolah di Jawa dan Sumatera.

Hambatan Komunitas Pembelajaran Profesional


Berdasarkan wawancara, beberapa kendala yang dihadapi dalam praktek PLC adalah
masalah jaringan, kesiapan pengajar, dan masalah waktu dikarenakan adanya agenda
tertentu yang dimiliki oleh masing-masing unit sehingga beberapa anggota diperbolehkan
untuk tidak mengikuti PLC. Selain itu kendala dalam implementasi PLC adalah belum adanya
tindak lanjut dalam hal ini evaluasi yang dilakukan terhadap perencanaan. Berdasarkan
hasil wawancara mengenai kekompakan anggota PLC, menunjukkan kekompakan tersebut
belum terlihat karena hanya sebatas interaksi yang terjadi pada saat ada jadwal komunitas
belajar profesional. Dalam praktik komunitas belajar profesional, diperlukan perbaikan
terus-menerus. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi dan saling memberi
masukan atas apa yang telah dilakukan dalam kelompok kolaboratif.

Implementasi Distributed Leadership dalam Praktek Professional Learning


Community
Distributed leadership merupakan pendekatan kepemimpinan yang dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada seluruh anggota
tim untuk terlibat dalam kepemimpinan melalui kolaborasi. Distributed leadership mendukung implementasi XYZ SMA PLC di Jawa dan Sumatera
sebagai program pengembangan keprofesian guru yang memungkinkan guru berkolaborasi. Kepemimpinan dalam menerapkan kepemimpinan
terdistribusi terdiri dari PDCE (Professional Development and Curriculum Enrichment), Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, dan Person in Charge
(PIC) PLC. PDCE (Professional Development and Curriculum Enrichment) memberikan arahan dan mandat kepada PIC untuk memimpin anggota
group PLC. PIC adalah Wakil Kepala Bagian Kurikulum yang memimpin anggota PLC dari berbagai unit SMA XYZ di Jawa dan Sumatera. Peran PIC
adalah mengkoordinir anggota kelompok, mengajak rekan-rekan untuk persiapan sebelum PLC, dan memberikan instruksi. Hasil kuisioner
mengenai peran PIC yang diisi oleh anggota PLC menunjukkan bahwa responden setuju adanya pembagian tugas yang dilakukan oleh penanggung
jawab PLC. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa PIC berperan dalam mendistribusikan materi yang telah dipelajari, memberikan contoh-contoh
yang telah dibuat. PIC juga berperan dalam mengingatkan anggota rapat PLC melalui Teams PLC SMA XYZ di Jawa dan Sumatera serta membuat
ruang rapat virtual. Hasil kuisioner mengenai peran PIC yang diisi oleh anggota PLC menunjukkan bahwa responden setuju adanya pembagian
tugas yang dilakukan oleh penanggung jawab PLC. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa PIC berperan dalam mendistribusikan materi yang
telah dipelajari, memberikan contoh-contoh yang telah dibuat. PIC juga berperan dalam mengingatkan anggota rapat PLC melalui Teams PLC SMA
XYZ di Jawa dan Sumatera serta membuat ruang rapat virtual. Hasil kuisioner mengenai peran PIC yang diisi oleh anggota PLC menunjukkan bahwa
responden setuju adanya pembagian tugas yang dilakukan oleh penanggung jawab PLC. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa PIC berperan
dalam mendistribusikan materi yang telah dipelajari, memberikan contoh-contoh yang telah dibuat. PIC juga berperan dalam mengingatkan
anggota rapat PLC melalui Teams PLC SMA XYZ di Jawa dan Sumatera serta membuat ruang rapat virtual.
Dalam penerapan kepemimpinan terdistribusi, diperlukan kerjasama antar anggota
PLC yang dilakukan secara spontan. Sinergi antar individu melalui kerjasama spontan juga
ditemukan adanya guru yang berinisiatif mengajukan pertanyaan di luar jadwal PLC yang
telah ditentukan. Sinergi antar individu semakin kuat sebagai bagian dari pengembangan
hubungan kerja yang erat antar anggota. Berdasarkan hasil wawancara dengan
penanggung jawab PLC, hubungan kerja yang terjalin antar anggota PLC merupakan
kerjasama antar guru dari beberapa unit SMA XYZ di Jawa dan Sumatera. Pelaksanaan
kepemimpinan terdistribusi membutuhkan kerjasama dari setiap warga sekolah yang terdiri
dari guru. Pada kasus ini, Partisipasi guru adalah untuk mendapatkan kesempatan bekerja
sama dan diberikan kewenangan kepada mereka dalam implementasi PLC. Berdasarkan
hasil wawancara penerapan kepemimpinan terdistribusi terlihat bahwa dalam forum diskusi
guru diperbolehkan untuk bertanya dan memberikan pendapat. Anggota PLC untuk
menyampaikan pendapat, berbagi pengalaman, bertukar informasi, berdiskusi, dan
berkolaborasi.

Penanganan Masalah dalam Professional Learning Community

Jurnal Pendidikan Tambusai 14371


ISSN: 2614-6754 (cetak) Halaman 14368-14373
ISSN: 2614-3097(daring) Jilid 6 Nomor 2 Tahun 2022

Kepemimpinan terdiri dari Kantor Pusat melalui PDCE (Pengayaan Kurikulum


Pengembangan Profesi), Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, dan PLC. PDCE memberikan
arahan dan mandat kepada penanggung jawab PLC untuk memimpin anggota PLC. Penanggung
jawab PLC adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Akademik yang memimpin anggota PLC dari
beberapa SMA XYZ di Jawa dan Sumatera. Peran PIC adalah mengkoordinir anggota kelompok,
mengajak rekan-rekan untuk persiapan sebelum PLC, dan memberikan instruksi. Pembagian
tugas dilihat dari peran penanggung jawab PLC ditentukan oleh Tim PDCE dan berperan
memimpin anggota kelompok.
Pimpinan SMA XYZ se-Jawa dan Sumatera juga memberikan dukungan dalam praktek PLC
melalui pemberian jadwal khusus untuk membahas target capaian PLC berdasarkan kurikulum.
Kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi antar guru dalam satu kesatuan. Wakil
Kepala Bagian Akademik selaku PIC PLC juga membuka ruang bagi para guru di unit sekolahnya
untuk mengajukan pertanyaan atau memberikan pendapat.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan data yang diperoleh, penelitian ini
menyimpulkan bahwa pimpinan sekolah meningkatkan kerjasama guru melalui PLC. Praktik
PLC di SMA XYZ se-Jawa dan Sumatera dilakukan melalui berbagi visi dan misi, berbagi
pengalaman, berbagi cerita, dan memberikan masukan melalui ruang diskusi dan
kerjasama antar sekolah. Kendala PLC adalah kerjasama spontanitas yang masih terbatas
sehingga menimbulkan perbedaan pemahaman antar guru, perbedaan konteks sekolah,
dan kurangnya kekompakan antar anggota. Implementasi DL dalam praktek PLC di SMA XYZ
di Jawa dan Sumatera dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk berkolaborasi.
Pimpinan sekolah memiliki peran besar dalam mendukung penerapan PLC di SMA XYZ di
Jawa dan Sumatera.

REFERENSI
Astuti, AP, Aziz, A., Sumarti, SS, & Bharati, DAL (2019). Mempersiapkan Abad 21
Guru: Implementasi Guru Prajabatan Karakter 4C melalui Praktek Mengajar.
JournalofFisika: Seri Konferensi,1–8.
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.1088/1742-6596/1233/1/012109
Blankenship, SS, & Ruona, WEA (2007). Komunitas Pembelajaran Profesional dan
Komunitas Praktek.Academy of Human Resource Development International Research
Conference di Amerika. c:%5CONeDrive%5C_Lesearchiv_attachments%5CBlankenship,
Ruona 2007 -
Komunitas dan Komunitas Pembelajaran Profesional.pdf
Davies, B. (2005). Esensi kepemimpinan sekolah. Di dalamEsensi Sekolah
Kepemimpinan. Penerbitan Paul Chapman. https://doi.org/10.4135/9781446288290
DuFour, R., DuFour, R., Loertscher, D.V, & Eaker, R. (2013). Belajar dengan Melakukan:A
Handbook for Professional Learning Community at Work (Edisi Kedua). Di dalamSolusi
TreePress.SolutionTreePress. https://www.google.co.id/books/edition/
Learning_by_Doing/9mQXBwAAQBAJ?hl=id&gb pv=1&dq=Learning+by+Doing:
+A+Handbook+for+Professional+Learning+Communities
+ di+Kerja+(Edisi+Kedua).+Solusi+Pohon+Pers.+Solusi+Pohon+Pers&pg=PT2&pr
intsec=sampul depan
Haris, A. (2008). Kepemimpinan Terdistribusi: Menurut bukti.Jurnal Pendidikan
Administrasi,Vol.46(No.2),172–188.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1108/09578230810863253
Khanna, V. (2015). Soft Skills: Kunci Keunggulan Profesional.Jurnal Internasional dari
Penelitian di bidang Teknik, Ilmu Sosial,5(1), 32–40. www.indusedu.org Khoe,
Yao Tung (2018).Memahami Manajemen Pengetahuan. Indeks.
Miles, MB, Huberman, AM, & Saldana, J. (2014).Analisis Data Kualitatif: Suatu Metode
Buku sumber(3rded.).SagePublications.
https://books.google.co.id/books?id=3CNrUbTu6CsC&printsec=frontcover&hl=id&sourc

Jurnal Pendidikan Tambusai 14372


ISSN: 2614-6754 (cetak) Halaman 14368-14373
ISSN: 2614-3097(daring) Jilid 6 Nomor 2 Tahun 2022

e=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=satu halaman&q&f=salah
Mundschenk, NA, & Fuchs, WW (2016). Komunitas Pembelajaran Profesional: An
Mekanisme Keberhasilan Pelaksanaan dan Kesinambungan Tanggapan terhadap
Intervensi.SRATEJournal,Vol.25(No.2),55–64.
https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1113856.pdf
Roberts, SM, & Pruitt, EZ (2003). Sekolah sebagai komunitas belajar profesional:
Kegiatan kolaboratif dan strategi untuk pengembangan profesional. Di dalamSekolah
sebagai komunitas pembelajaran profesional: Kegiatan Kolaboratif dan strategi untuk
pengembangan profesional (edisi ke-2)(Vol. 24, Edisi Agustus). Corwin Tekan. https://
www.lib.uwo.ca/cgi-
bin/ezpauthn.cgi?url=http://search.proquest.com/docview/621577830?accountid=15115
%0Ahttp://vr2pk9sx9w.search.serialssolutions.com?ctx_ver=Z39.88-
2004&ctx_enc=info:ofi/enc:UTF-8&rfr_id=info:sid/PsycINFO+&rft_val_fmt=info:ofi/fmt:
Sedarmayanti, & Hidayat, S. (2011).Metodologi Penelitian. CV. Mandar Maju.
Spillane, JP (2005). Kepemimpinan Terdistribusi.Forum Pendidikan,Vol. 69(No.2), 143–
150.
https://doi.org/https://www.tandfonline.com/action/showCitFormats?doi=10.1080/001317
20508984678
Trilaksono, T., Purusottama, A., Misbach, IH, & Prasetya, IH (2019). Perubahan kepemimpinan
desain: Proyek komunitas pembelajaran profesional (PLC) di Indonesia timur. Jurnal
Evaluasi dan Penelitian Internasional dalam Pendidikan,8(1), 47–56. https://doi.org/
10.11591/ijere.v8i1.15662
Wahyuni, I., Muhammad Nuruzzaman, Husaini Usman, & Darmono. (2020). Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Mutu dan Distributif Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Melalui 8 Standar Nasional Pendidikan.JPT,2(2), 159–174. https://
journal.uny.ac.id/index.php/jpts/article/download/36350/14827

Jurnal Pendidikan Tambusai 14373

Anda mungkin juga menyukai