Emfisema
Emfisema
emfisema
Dosen Pengampu:
Prof. dr. Endang Laksminingsih MPH,
Dr.PH
Disusun Oleh:
Citra Sari Nasrianti (1906430232)
Riri Amanda
Syally O
Mata Kuliah Gizi dan Penyakit | Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Universitas Indonesia
Latar Belakang
7.7
13.5 Emfisema
merupakan
13.5 kontributor terbesar
dalam kejadian
PPOK
infeksi paru-paru
Secara umum, emfisema paru-paru
ditandai dengan dipsnoea
ekspiratorik, hyperpnoea dan banyak lendir
mudahnya penderita mengalami
kelelahan
Pada nafsu makan berkurang dan penurunan
tahap berat badan
masalah tidur
Faktor Risiko
Merokok
Genetik
Faktor Risiko
Merokok
Merokok dapat menganggu pegerakan silia,
menghambat fungsi makrofag alveolar, Paparan akut dari rokok ini sendiri dapat
menyebabkan hipertrofi dan hipersekresi menyebabkan kerusakan paru tetapi apabila
kelenjar mukus, dan pajanan yang masif bersamaan dengan faktor genetik maka akan
dapat menyebabkan perubahan menyebabkan kerusakan yang lebih parah.
emfisematus.
Genetik
Defisiensi alfa-1 antitripsin dapat
menyebabkan emfisema. Hal tersebut Apabila terjadi penurunan kadar alfa-1
berhubungan erat dengan peran neutrofil. antitripsin hingga 35%, maka proteksi
Inhibisi elastase neutrofil dan enzim tertentu terhadap parenkim paru berkurang sehingga
merupakan mekanisme utama terjadinya terjadi pelepasan elastase neutrofil
emfisema.
Keburukan dari
Pemberian serat
pemberian nutrisi
Metabolisme bertujuan untuk
tinggi lemak adalah
karbohidrat mencegah konstipasi,
lambatnya
menghasilkan CO2 sehingga mengurangi
pengosongan
yang lebih banyak begah dan abdominal
lambung, sehingga
dibandingkan discomfort. Asupan
perut tidak nyaman,
makronutrien lain serat sebaiknya tidak
kembung, dan
(khususnya lemak) melebihi 14 g/1000
merasa cepat
kkal.
kenyang.
Tata laksana gizi : MIkronutrien
Seorang perokok mempunyai
Adanya Hubungan antara asupan turnover metabolisme vitamin C
antioksidan dan fungsi paru-paru sebesar 35 mg/hari, sehingga Karotenoid, lutein/zeaxanthin
selama tiga tahun pada suatu dianjurkan untuk meningkatkan ternyata memiliki hubungan yang
populasi, menunjukkan adanya asupan makanan yang banyak kuat dengan fungsi paru-paru,
korelasi positif antara fungsi paru- mengandung vitamin C, atau yang terlihat dari perbaikan FEV dan
paru dan asupan vitamin C, vitamin meningkatkan suplementasi vitamin FEV1
E, dan karotenoid C lebih dari 35 mg/hari dari dietary
reference intake (DRI).
Sumber: Tsiligianni LG. A systemic review of the role of vitamin insufficiencies and supplementation in COPD. Respiratory
Research, rev. 2010. Biomed Central
Tata laksana gizi : Nutrien Spesifik
Asam Amino Rantai Cabang (AARC)
Penelitian oleh Morrisson dkk,
membuktikan bahwa pada pasien
underweight dengan kondisi
muscle wasting dan emfisema, Rekomendasi dosis asupan AARC,
terdapat penurunan kadar AARC untuk pasien PPOK, masih belum
(leusin, dan valin), glutamin, jelas.
glutamat, dan alanine serta
peningkatan kadar glutamin dan
tirosin
Tata laksana gizi : Nutrien Spesifik
Omega- 3
Omega-3 terdiri dari Peningkatan konsumsi EPA
docosahexaenoic acid dan DHA akan meningkatkan
EPA dan AA merupakan
(DHA) dan komposisi asam lemak
kunci dari mediasi dan
eicosapentaenoic acid omega-3 dalam sel-sel
regulasi proses inflamasi.
(EPA). Omega-6 terdiri dari inflamasi dengan
arachidonic acid (AA). mengorbankan AA.
Sumber : Fetterman JW, Zdanowicz MM. Therapeutic potential of omega-3 PUFA in disease. Am J Health-Syst harm 2009;66(1): 1169-1177
Tata laksana gizi : Nutrien Spesifik
N-acetyl-L-cysteine (NAC)
Glutation adalah antioksidan
Sistein merupakan asam
utama di dalam dan di luar
amino yang mengandung
sel, dan disintesis dari
sulfur, precursor antioksidan
sistein, glisin, dan asam
seluler GSH (glutation).
glutamat.