Anda di halaman 1dari 10

Konsep Ilmu dalam Al-Qur’an

Ilmu sendiri berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima-ya’lamu yang berarti tahu atau
mengetahui. Dalam bahasa Inggris ilmu dipadankan dengan kata science,
pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnya
diartikan Ilmu tapi sering diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meski secara
konseptual mengacu pada makna yang sama.

Dalam konteks ajaran Islam, Ilmu yang dimaksud adalah sebuah disiplin yang disusun
ulang dengan menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam metodologi, strategi, data,
masalah, objek, serta setiap aspirasinya agar sesuai dengan Islam dalam kerangka
membentuk tauhid.
Konsep Ilmu dalam Al-Qur’an
Jika dasar ajaran dalam al-Qur’an dikupas, maka terdapat banyak sekali ayat-ayat
tentang keilmuan. Kata ilmu sendiri dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali
dalam al-Qur’an. Dalam pandangan al-Qur’an, ilmu adalah keistimewaan yang
menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan
fungsi kekhalifahan. Ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang
dijelaskan al-Qur’an pada Q.S al-Baqarah(2): 31 dan 32.

Ilmu dalam perspektif Al-Qur'an adalah "pengetahuan dan atau pengenalan yang jelas
terhadap suatu obyek sesuai dengan keadaannya". Karena itu, dalam pandangan Al-
Qur'an, seseorang yang menjangkau sesuatu dengan benaknya tetapi jangkauannya
itu masih dibarengi oleh sedikit keraguan, maka tidak dapat dinamai "mengetahui
apa yang dijangkaunya itu".
Konsep Teknolgi Dalam Al-Qur’an
Teknologi mempunyai arti keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan
bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi merupakan pengembangan dan
aplikasi dari alat, mesin,material, dan proses yang menolong manusiamenyelesaikan
masalahnya. Kata teknologi penting menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan
prinsip dan proses penemuan sainsifik yang baru ditemukan.

Di dalam Al-Qur’an disebutkan juga garis besar tentang kejadian alam semesta, tentang
penciptaan makhluk hidup, termasuk manusia didorong hasrat ingin tahunya, dipacu akalnya
untuk menyelidiki segala apa yang ada di sekelilingnya.
Konsep Teknolgi Dalam Al-Qur’an
Allah telah menggambarkan tentang teknologi dalam Al-Qur’an, teknologi bagi para pendahulu
kita (para utusan Allah). Hal ini Allah gambarkan untuk kita jadikan bahan pembelajaran dan
motivasi dalam menguasai berbagai cabang ilmu. Firman Allah yang berkaitan tenang
teknologi di antaranya dalam surat al-Anbiya 80-81 : “ Dan telah Kami ajarkan kepada Daud
baju perisai untuk kamu, guna memeliharamu dalam peperangan, maka tidakkah kamu
bersyukur ? Dan bagi Sulaiman, angin yang kencang tiupannya yang menghembus ke negeri
yang telah Kami berkati, dan Kami mengetahui tentang segala sesuatu ”.

Di dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa Nabi Daud as diberitahu oleh Allah SWT tentang
pembuatan baju pelindung yang dapat digunakan dalam pertempuran. Dari pelajaran yang
disampaikan Allah kepada Nabi Daud ini dapat kita lihat perkembangan pembuatan baju besi
yang dirancang khusus untuk para prajurit dalam peperangan yang mereka hadapi baik itu
berupa topi besi, rompi anti peluru dan sebagainya, ini merupakan pengembangan dari
teknologi yang telah berabad-abad Allah ajarkan kepada nabi-Nya.
Konsep Teknolgi Dalam Al-Qur’an
Dalam ayat-ayat Al-Qur’an, Allah SWT memberi bimbinganNya dengan memberi contoh apa saja
yang dapat diamati dan untuk tujuan apa pengamatan itu dilakukan, agar manusia selalu
melakukan observasi untuk mencari titik terang dari apa yang telah Allah gambarkan, karena
alam semesta dan proses-proses yang terjadi di dalamnya sering kali dinyatakan sebagai “
ayat-ayat Allah ”. Maka, meneliti kosmos atau alam semesta dapat diartikan sebagai “
membaca ayatullah ”.

Allah telah menggambarkan tentang teknologi dalam Al-Qur’an, teknologi bagi para pendahulu
kita (para utusan Allah). Hal ini Allah gambarkan untuk kita jadikan bahan pembelajaran dan
motivasi dalam menguasai berbagai cabang ilmu.
Konsep seni lukis, pahat, dan patung
Menurut catatan sejarah, beberapa karya seni lukis dalam bentuk lukisan dinding ditemukan pada
masa pemerintahan daulat Umayyah dan daulat Abbasiyah di Syria dan Mesopotamia. Tetapi
karya lukis ini tidak memberikan informasi tentang siapa pelukisnya. Apakah seniman Islam atau
seniman non-Islam yang sengaja dipekerjakan oleh khalifah-khalifah tersebut untuk memenuhi
selera keindahan penguasa Islam.
Konsep seni lukis, pahat, dan patung
Kaum Tsamud amat gandrung melukis dan memahat, serta amat ahli dalam bidang ini sampai-
sampai relief-relief yang mereka buat demikian indah bagaikan sesuatu yang hidup, menghiasi
gunung-gunung tempat tinggal mereka. Kaum ini enggan beriman, maka kepada mereka
disodorkan mukjizat yang sesuai dengan keahliannya itu, yakni keluarnya seekor unta yang
benar-benar hidup dari sebuah batu karang. Ketika itu relief-relief yang mereka lukis tidak berarti
sama sekali dibanding dengan unta yang menjadi mukjizat itu. Sayang mereka begitu keras
kepala dan kesal sampai mereka tidak mendapat jalan lain kecuali menyembelih unta itu,
sehingga Tuhan pun menjatuhkan palu godam terhadap mereka. Quraish Shihab menjelaskan
yang digarisbawahi di sini adalah bahwa pahat-memahat yang mereka tekuni itu merupakan
nikmat Allah SWT yang harus disyukuri, dan harus mengantar kepada pengakuan dan kesadaran
akan kebesaran dan keesaan Allah SWT.
Konsep seni lukis, pahat, dan patung
Al-Quran secara tegas dan dengan bahasa yang sangat jelas berbicara tentang patung pada tiga
surat Al-Quran. Dalam surat Al-Anbiya (21): 51-58 diuraikan tentang patung-patung yang
disembah oleh ayah Nabi Ibrahim dan kaumnya. Sikap Al-Quran terhadap patung-patung itu,
bukan sekadar menolaknya, tetapi merestui penghancurannya. Quraish Shihab dalam Wawasan
Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat, menjelaskan, ada satu catatan kecil
yang dapat memberikan arti dari sikap Nabi Ibrahim di atas, yaitu bahwa beliau menghancurkan
semua berhala kecuali satu yang terbesar. Membiarkan satu di antaranya dibenarkan, karena
ketika itu berhala tersebut diharapkan dapat berperan sesuai dengan ajaran tauhid. Melalui
berhala itulah Nabi Ibrahim membuktikan kepada mereka bahwa berhala --betapapun besar dan
indahnya-- tidak wajar untuk disembah.
Seni Suara Dalam Islam
Dalam Islam, kecintaan pada hal yang mengandung unsur keindahan merupakan salah
satu fitnah yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Kecenderungan manusia pada
keindahan dapat berupa kecintaan pada pemandangan alam, paras menawan, aroma
harum, atau suara merdu. Musik menjadi suatu bentuk keindahan dan sudah akrab
dengan manusia bahkan sebelum Islam datang.Musik biasanya dijadikan sebagai
hiburan yang dapatmembakar semangat, atau dapat menenteramkan jiwa. Namun,
banyak ulama Muslim yang menganggap musik sebagai sesuatu yang haram karena
terlalu banyaknya dampak buruk yang dihasilkan.
Seni Suara Dalam Islam
Meski begitu banyak ulama yang menganggap nyanyian bukanlah sesuatu yang haram,
salah satunya adalah para ulama sufi. Imam Ghazali bahkan secara tegas
memperbolehkan musik, menurut dia, nyanyian dapat menimbulkan ekstase (keadaan
amat khusyuk sampai tak sa darkan diri). Pendapat ini juga mendapatkan banyak
dukungan dari para ulama sufi. Dalam sabdanya, Nabi Muhammad SAW menerangkan
bahwa larangan nyanyian antara lain adalah nyanyian yang dilakukan perempuan di
hadapan laki-laki di bar atau tempat yang dipenuhi minuman keras. Di sisi lain, terdapat
hadis yang menerangkan diperbolehkannya bernyanyi.

Anda mungkin juga menyukai