Memfasilitasi
Mengajarkan
Mendukung
Tujuan konseling :
1. Membantu kemampuan klien untuk
mengambil keputusan yang bijaksana dan
realistis
2. Menuntun perilaku klien agar mampu
mengemban konsekuensi yang
ditimbulkannya
3. Memberikan informasi dan edukasi
Gaya dan Karakteristik Konselor
Karakteristik dan gaya dari konselor
memiliki efek yang sangat besar pada proses
terapi dan keberhasilan atau kegagalan
selanjutnya terutama dalam hal hubungan
konselor-klien
Klien yang memiliki hasil akhir terapi
terbaik adalah konselor yang memiliki
kemampuan interpersonal terbaik, paling
konfrontatif, dan paling empatik
Keterampilan Interpersonal yang
diharapkan
Kemampuan pribadi
Ketulusan (Genuineness)
Kesiapan
Empati dan kehangatan
Penghormatan dan penghargaan positif
Bagaimana membangun hubungan
baik klien – konselor?
Bersikap hangat
Mampu berempati
Bertanggungjawab
Tulus
Fleksibel
Sejauh apa hubungan klien –
konselor dpt dibina?
Tahap-tahap Perubahan
1. Pre-Contemplation
6. Relapse
2. Contemplation
5. Maintenance
3. Preparation
4. Action
Pre-contemplation
“Saya tidak mempunyai
masalah.”
Tugas konselor:
• Memberi informasi lebih lanjut tentang Napza
• Bangkitkan keinginan klien utk perubahan gaya
hidup
• Identifikasi hambatan / dukungan utk pemulihan
Contemplation 17
Contemplation
Tugas konselor:
• Memberikan dukungan
• Memberikan umpan balik
• Menghargai perjuangan Pre-
klien Contemplation
18
Preparation
“Saya harus
melakukan sesuatu.”
Preparation
Contemplation
Tugas konselor:
• Membantu klien utk berubah
• Identifikasi hambatan yg ada
• Bantu klien utk perencanaan Pre-
perubahan Contemplation
19
Action
Action
“Saya siap
Preparation memulai.”
“Bagaimana
saya
meneruskan?” Action
Maintenance
Preparation
Tugas konselor:
Contemplation
• Identifikasi
situasi risiko
tinggi
• Fasilitasi
Pre- ketrampilan
Contemplation pemecahan
masalah
21
Relapse
Action
Maintenance
Preparation
Relapse
Contemplation
• Tugas konselor:
• Bantu klien
hadapi
ambivalensi
“Apa yang • Evaluasi
salah?” Pre- komitmen utk
Contemplation berubah
• Identifikasi
Wawancara motivasional (1)
Dikembangkan oleh Miller & Rollnick (1991)
sebagai metode wawancara untuk asesmen
gangguan penggunaan Napza
Dasar wawancara motivasional : memahami
tahapan perubahan perilaku
Sangat efektif untuk bagi klien yg dlm
tahap pra-perenungan dan perenungan
ambivalensi
Wawancara motivasional (2)
Tujuan:
Menggali pandangan klien atas masalahnya
Mendukung perubahan dgn menghindari
label
Meyakinkan klien bahwa tanggung jawab
pengambilan keputusan adalah diri klien
sendiri
Prinsip wawancara motivasional
1. Mengekspresikan empati
3. Menghindari argumentasi
5. Ketrampilan khusus:
OARS
Berbicara tentang perubahan
OARS
Open ended questions (pertanyaan terbuka)
Affirmations (penegasan)
Reflective Listening (mendengarkan dengan
cara merefleksikan)
Summarizing (membuat kesimpulan)
Berbicara mengenai perubahan
Mengenali kerugian bila tetap
menyalahgunakan Napza
Mengenali manfaat bila tidak
menyalahgunakan Napza
Menyampaikan optimisme tentang
perubahan
Menyampaikan tujuan untuk perubahan
Wawancara motivasional sesuai
tahapan
Pra perenungan:
Bina hubungan baik
Bangkitkan keraguan ttg penggunaan zatnya:
Eksplorasi alasan datang berobat atau peristiwa
buruk yg pernah dialami sebelumnya
Timbulkan persepsi bahwa masalah yg dialami
mungkin berhubungan dg penggunaan zatnya
Beri informasi berbasis bukti ttg risiko penggunaan
zat
Wawancara motivasional sesuai
tahapan
Perenungan:
Normalisasi sikap ambivalen
Bantu klien untuk berubah:
Hubungkan manfaat & kerugian
Kaji nilai2 personal klien terkait perubahan
Klien bebas ambil keputusan
• Dorong klien berdayakan diri
• Simpulkan pernyataan motivasi diri
Wawancara motivasional sesuai
tahapan
Persiapan (preparation):
Perjelas tujuan & strategi klien utk berubah
Berikan beberapa menu utk berubah / terapi
Beri saran apabila klien setuju
Negosiasi kontrak perilaku
Identifikasi dukungan sosial utk pemulihan
Identifikasi masalah & solusi yg menghambat
proses pemulihan
Wawancara motivasional sesuai
tahapan
Aksi:
Dukung klien
Dukung upaya perubahan melalui langkah
kecil tp realistis
Identifikasi kesulitan dlm tahap awal
perubahan
Kenali situasi risiko tinggi
Bantu klien mengenali dukungan keluarga /
sosial
Wawancara motivasional sesuai
tahapan
Rumatan (maintenance):
Bantu klien identifikasi kegiatan yg
mendukung pemulihan
Dukung perubahan gaya hidup klien
Afirmasi kemampuan klien dlm pemulihan
Pertahankan kontak utk dukungan
Bantu klien menerapkan strategi pencegahan
kambuh
Tinjau rencana jangka panjang
Wawancara motivasional sesuai
tahapan
Kekambuhan:
Bantu klien masuk kembali dlm lingkaran
perubahan
Eksplorasi makna & kenyataan kekambuhan
sebagai “lesson learned”
Bantu klien cari strategi alternatif
pemecahan masalah
Pertahankan kontak utk dukungan
Teknik Mengatasi Resistensi
Resistensi (1)
Merupakan indikator dari ambivalensi
TIDAK
BERUBAH!
BERUBAH!
Resistensi (2)
Sebuah tanda bahwa konselor perlu mengubah arah
pembicaraan atau mendengarkan klien lebih
seksama
Bentuk resistensi
Resistensi sering kali hadir ketika klien
berada dlm tahap praperenungan atau
perenungan
Bentuknya:
Mendebat
Menyela/ menginterupsi
Menyangkal
Mengabaikan
Prinsip dasar mengatasi
resistensi:
Hindari argumentasi
Tidak bersikap menghakimi & tetap
menghargai klien
Mendorong klien utk tetap mengemukakan
pendapatnya & tetap bertahan dlm proses
pemulihan
Strategi mengatasi resistensi
Disebut sebagai bergulir dengan resistensi (rolling
with resistance)
Teknik:
Mendengar reflektif
Mengubah fokus/arah pembicaraan (shift the
focus)
Menyetujui dengan berputar (agreeing with twist)
Mengubah kerangka pikir (reframing)
Menekankan pilihan dan kontrol personal (own
choice)
Mengubah Fokus pembicaraan