Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

KETOASIDOSIS DIABETIK
Kelompok 1

ADETIA MARULLITA 17100035


ALFARIDZI TRIADMAJAYA S 1910079P
ANGGUN HAZAMI 17100020
CINDY SAVIRA 17100001
SEJARAH

Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah


suatu kondisi gawat darurat yang
merupakan komplikasi dari diabetes
melitus dengan tanda hiperglikemia,
asidosis, dan ketosis.
DEFINISI
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah
komplikasi akut diabetes melitus yang
serius, suatu keadaan darurat yang
harus segera diatasi. KAD
memerlukan pengelolaan yang cepat
dan tepat, mengingat angka
kematiannya yang tinggi. Pencegahan
merupakan upaya penting untuk
menghindari terjadinya KAD.
ETIOLOGI
Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM)
atau diabetes melitus tergantung insulin
disebabkan oleh destruksi sel B pulau
langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan
non insulin dependen diabetik melitus
(NIDDM) atau diabetes melitus tidak
tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif
sel B dan resistensi insulin.
Ketoasidosis diabetik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
akibat hiperglikemia dan akibat ketosis, yang sering dicetuskan
oleh faktor-faktor :

Infeksi
Stress fisik dan emosional : Respons hormonal
terhadap stress mendorong peningkatan proses
katabolik. Menolak terapi insulin.
KLASIFIKASI
Klasifikasi etiologis DM American Diabetes Assosiation sesuai anjuran perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (PERKENI) adalah :

1. Diabetes tipe 1 (destruksi sel B) 3. Diabetes tipe lain :


2. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai a. Defek generik fungsi sel B
terutama dominan risestensi
b. Defek generik kerja insulin
insulin disertai definisi insulin
relatif sampai terutama defek c. Penyakit eksoskrin pankreas
sekresi insulin disertai resistensi d. Endokrinopati
insulin) e. Obat zat/kimia
f. Infeksi
g. Penyebab imunologi yang
jarang, antibodi, antiinsulin.
h. Syndrom generik lain yang
berkaitan dengan DM.
4. Diabetes Melitus Gestasional
(DMG)
I
N Secara umum di dunia terdapat 15 kasus per 100.000
individu pertahun yang menderita DM tipe 1. Tiga dari
S 1000 anak akan menderita IDDM pada umur 20 tahun
nantinya. Insiden DM tipe 1 pada anak-anak di dunia
I tentunya berbeda. Terdapat 0.61 kasus per 100.000 anak
di Cina, hingga 41.4 kasus per 100.000 anak di Finlandia.
D Angka ini sangat bervariasi, terutama tergantung pada
E lingkungan tempat tinggal. Ada kecenderungan semakin
jauh dari khatulistiwa, angka kejadiannya akan semakin
N tinggi. Meski belum ditemukan angka kejadian IDDM di
Indonesia, namun angkanya cenderung lebih rendah
S dibanding di negara-negara eropa.

I
Prognosis Penyakit

Pada DM yang tidak terkendali dengan


kadar gula darah yang terlalu tinggi dan
kadar hormon insulin yang rendah,
tubuh tidak dapat menggunakan glukosa
sebagai sumber energi. Sebagai gantinya
tubuh akan memecah lemak untuk
sumber energi.
Patofisiologi
Adanya gangguan dalam regulasi Insulin,
khususnya pada IDDM dapat cepat menjadi
Diabetik ketoasidosis manakala terjadi (1)
Diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa (2)
Ketidakseimbangan jumlah intake makanan
dngan insulin (3) Adolescen dan pubertas
(4) Aktivitas yang tidak terkontrol pada
diabetes (5) Stress yang berhubungan
dengan penyakit, trauma, atau tekanan
Emosional.
Tanda dan Gejala
•Kadar gula darah tinggi (> 240 mg/dl)
•Terdapat keton di urin
•Banyak buang air kecil sehingga dapat dehidrasi
•Sesak nafas (nafas cepat dan dalam)
•Nafas berbau aseton
•Badan lemas
•Kesadaran menurun sampai koma
•KU lemah, bisa penurunan kesadaran
•Anoreksia, mual, muntah, nyeri perut
•Kulit kering
•Mudah berkeringat
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan Diagnostik meliputi :
Glukosa darah : meningkat 200 – 100 mg/dl atau lebih
Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkaat
Elektrolit : Natrium : mungkin normal , meningkat atau menurun
Fosfor : lebih sering menurun
Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4
bulan terakhir
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat atau normal (dehidrasi),
leukositosis, hemokonsentrasi sebagai rrespons terhadap stress atau
infeksi
Urin : gula dan aseton positif , berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat
K
O
M Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian
akibat KAD adalah :
P •Terlambat didiagnosis karena biasanya penyandang
L DM dibawa setelah koma.
I •Pasien belum tahu bahwa ia menyandang DM.
•Sering ditemukan bersama-sama dengan
K komplikasi lain yang berat, seperti: renjatan (syok),
A stroke.
•Kurangnya fasilitas laboratorium yang menunjang
S suksesnya penatalaksanaan KAD.
I
Penatalaksanaan
Prinsip terapi KAD adalah dengan
mengatasi dehidrasi, hiperglikemia, dan
ketidakseimbangan elektrolit, serta
mengatasi penyakit penyerta yang ada.
Pengawasan ketat, KU jelek masuk
HCU/ICU
Fase I/Gawat :
1. REHIDRASI
2. INSULIN
3. Infus K (TIDAK BOLEH BOLUS)
4. Infus Bicarbonat
5. Antibiotik dosis tinggi
Batas fase I dan fase II sekitar GDR 250
mg/dl atau reduksi
Fase II/maintenance :
1. Cairan maintenance
2. Kalium
3. Insulin reguler 4-6U/4-6jam sc
4. Makanan lunak karbohidrat komlek perasu 
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN KETOASIDOSIS DIABETIK

Pengkajian
1. Pengumpulan data
Anamnese didapat :
a. Identifikasi klien.
b. Keluhan utama klien : Mual muntah dan sesak napas, hipotensi, serta sakit kepala
c. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan sesak napas,
kelemahan, tekanan darah menurun (hipotensi ortostatik). terkadang disertai
muntah dan mual, pasien juga adapat mengeluhkan cemas atas apa yang sedang
dialaminya.
d. Riwayat penyakit dahulu : Menderita Diabetes Militus, penggunaan insulin yang
tidak teratur.
e. Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga memiliki riwayat diabetes melitus.
f. Riwayat psikososial : Pasien dengan KAD memiliki hubungan yang terhambat
dengan sosial sebab terkadang pasien disertai dengan sesak napas.
NO Standar Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia (SIKI)
Indonesia (SLKI)
(SDKI)

1 Pola Napas Tidak Setelah dilakukan tidakan Reduksi pola nafas tidak epektif
Efektif keperawatan selama.....X24 jam  
diharapkan pola nafas tidak 1. Kaji status pernapasan pasien
efektif membaik/pasien dapat 2. Kaji tanda-tanda vital pasien.
lebih lega saat bernafas dengan 3. Berikan posisi senyaman
kriteria: mungkin untuk pasien
  4. Berkolaborasi dengan dokter
SLKI: dalam memberikan terapi
  oksigen.
Tingkat pernafasan
1. Dispnea (5) : menurun
2. Penggunaan otot bantu
napas(5): menurun
3. Frekuensi napas (5) membaik
Dukungan sosial
Pendekatan keluarga
mendampingi pasien
NO Standar Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan
Diagnosa Indonesia Indonesia (SIKI)
Keperawatan (SLKI)
Indonesia
(SDKI)

2 Hipovolemia Setelah dilakukan tidakan Reduksi Hipovolemia


keperawatan selama.....X24 jam di  
harapkan plasma darah kembali 1. Kaji status hidrasi pasien.
normal dengan kriteria hasil : 2. Kaji intake dan output cairan
SLKI : pasien.
Tingkat Plasma 3. Kaji hasil lab pasien.
1. Pengisian vena (5) :meningkat 4. Kaji tanda-tanda vital pasien.
5. Berikan cairan intravena.
2. Dispnea (5) : menurun 6. Kolaborasi dengan dokter untuk
3. Konsestrasi urin (5): menurun melakukan prosedur transfusi
4. Frekuensi nadi (5) : membaik darah.
5. Tekanan darah (5) : membaik
6. Membran mukosa (5) : membaik
Dukungan Sosial
Dukungan mental(menyemangati)
NO Standar Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi
Diagnosa Indonesia Keperawatan Indonesia (SIKI)
Keperawatan (SLKI)
Indonesia
(SDKI)

3 Nyeri Akut Setelah dilakukan tidakan Reduksi Nyeri


keperawatan selama.....X24 jam  
1.Identifikasilokasi,
diharapkan nyeri berkurang dengan
kriteria: karakteristik,durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri.
SLKI : 2. Identifikasi skala nyeri.
Tingkat Nyeri 3. Berikan teknik
1.Keluhan nyeri (5): menurun nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri.
2.Gelisah (5) : menurun 4. Fasilitiasi istirahat dan tidur.
3.Frekuensi nadi (5) : membaik 5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
Dukungan Sosial mengurangi nyeri.
Keluarga yang selalu mensupport 6. Kolaborasi pemberian
analgetik.
dan berada di sisi pasien
KESIMPULAN
Ketoasidosis diabetikum merupakan komplikasi akut diabetes melitus
yang serius. Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM) merupakan
faktor pencetus utama dari komplikasi KAD. Pasien KAD tidak bisa
memecah glukoa menjadi energi. Pemecahan lemak akan dilakukan
dan akan menghasilkan benda-benda keton dalam darah (ketosis).
Tanda gejala khas pada KAD adalah napas berbau aseton, glukosa
darah meningkat drastis >240 mg/dl, poliuri serta dehidrasi.
Komplikasi dari KAD dapat menyebabkan koma hingga kematian.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dan paling penting untuk
mengidentifikasi terjadinya KAD adalah AGD dan pemeriksaan
glukosa darah. KAD harus ditangani secara tepat dan cepat. Terdapat
tanda dan gejala khas pada pasien dengan KAD yakni napas berbau
aseton atau buah. Diagnosa keperawatan yang paling sering muncul
pada pasien dengan KAD adalah Pola napas tidak efektif,
Hipovolemia, dan Gangguan pertukaran gas. 
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai