Anda di halaman 1dari 16

Osteoporosis

Mariah Ulfah
31118176
Table of contents
01 DEFINISI 05 PATOFISIOLOGI

02 PREVALENSI 06 DIAGNOSIS

03 ANATOMI
07 TREATMENT

04 FAKTOR RESIKO
Definisi

o p o ro s is b erasal dari kata


Oste i tulang, dan
” y a n g b e ra rt
“osteo a rt i berlubang-
” y a n g b er
“porous
eropos.
lubang atau k
ol.
K E d is i K h u sus CME-2/V
(CD
47, th.2020)
Next ..

Osteoporosis merupakan kondisi dimana berkurangnya massa tulang yang


berada dalam titik mengkhawatirkan, sehingga tulang kehilangan kelenturan
dan kekuatannya. Apabila terkena benturan yang ringan tulang tersebut akan
patah. Tanpa kita sadari tanda dan gejalanya penyakit osteoporosis ini disebut
dengan pembunuh tersembunyi (silent disease) karena kepadatan tulang terjadi
secara perlahan dan berlangsung secara progresif.
Prevalensi Di seluruh dunia jumlah penderita osteoporosis mencapai
200 juta penduduk dan di Amerika Serikat 1,5 juta kasus
terjadi setiap tahunnya

34,8% 32,3 %
Eropa Indonesia
Wanita diatas 50 tahun

17,4 % 28,8%
Asia Tenggara Indonesia
Menempati urutan ke Pria diatas 50 tahun
3
Sebesar 19,7% dari jumlah lansia atau sekitar 3,6 juta
orang di Indonesia menderita osteoporosis.
JIMKI : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia | Volume 9.1 | Maret – Juli 2021
Gejala
1. Postur bungkuk
2. Menurunnya tinggi badan
3. Sakit punggung
4. Sering mengalami cedera atau
keretakan tulang
(Kemenkes RI)
Anatomi
Faktor resiko yang tidak dapat diubah

Jenis Kelamin Genetik


Usia lanjut
Resiko perempuan
lebih tinggi

Penurunan
Ras
hormon
Orang berkulit putih Penurunan hormone
memiliki resiko lebih strogen/tostesteron akibat
besar penuaan
Faktor resiko yang dapat diubah
Berat Badan Kurang aktivitas
Kurang paparan
an yang sinar matahari
Berat bad
n struktur
rendah da
kecil
tulang yang

Konsumsi minuman
Kurang asupan Merokok
tinggi kafein dan
kalsium alkohol
Patofisiologi
Diagnosis
1. Dual-energy X-ray absorptiometry (DEXA) : merupakan teknik diagnostik standar emas
untuk mengukur densitas mineral tulang (BMD) karena absorpsi sinar X secara langsung
berkaitan dengan kandungan kalsium.
2. Computed tomography kuantitatif : dapat menghasilkan pengukuran densitas tulang yang
benar dengan alat diagnostik tunggal.
3. Pemeriksaan BMD
4. Pengukuran massa tulang :
Nilai T-score dalam berbagai kondisi :
● Tulang Normal : ≥-1 (10% di bawah SD rata – rata atau lebih tinggi)
● Osteopenia : -1 sampai -2,5 (10-25% di bawah SD rata – rata)
● Osteoporosis : < atau sama dengan -2,5 (25% di bawah SD rata – rata)
Treatment
Terapi non farmakologi

1. Penurunan asupan kafein


2. Menghentikan penggunaan rokok
3. Hindari minuman alcohol
4. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga
dengan latihan kekuatan dan
keseimbangan.
5. Berjemur dibawah sinar matahari
Treatment
Terapi farmakologi
Treatment
Treatment
Tha nks CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai