Anda di halaman 1dari 25

Patent Ductus Arteriosus (PDA)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

•Muhammad Radishta
•Deta Kartika Milenium Beru Barus
•Mutiara Rahmah

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TP: 2021/2022.
1. Defenisi
 Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan duktus
arteriosus untuk menutup setelah kelahiran. Duktus arteriosus,
pada keadaan normal, akan menutup dua hingga tiga hari
setelah bayi dilahirkan.

2. Faktor Resiko
 Faktor yang bertanggung jawab atas PDA belum dimengerti
sepenuhnya. Prematuritas secara jelas meningkatkan insidensi
PDA dan hal ini lebih disebabkan oleh faktor-faktor fisiologis
yang berhubungan dengan prematuritas dari pada abnormalitas
duktus. Pada bayi cukup bulan, kasus lebih sering terjadi
secara sporadik, tetapi terdapat peningkatan bukti bahwa
faktor genetik berperan pada pasien dengan PDA.
3. Komplikasi PDA.

Adanya penurunan insidensi dari PDA


dikarenakan oleh menutupnya duktus arteriosus
dengan cepat atau pada beberapa keadaan
dimana gejala belum terlihat. Pengobatan
profilaksis pada bayi kurang bulan dengan
surfaktan yang kurang meningkatkan terjadinya
PDA. Penutupan duktus arteriosus menurunkan
resiko pendarahan pada paru. Intoleransi dari
pemberian makanan secara enternal dan nekrosis
enterokolitis juga sering terjadi pada bayi kurang
bulan.
4. Pengobatan PDA.
 Bayi dengan bukaan ductus arteriosus yang tergolong
kecil tidak memerlukan pengobatan. Hal tersebut
karena bukaan PDA umumnya dapat menutup dengan
sendirinya seiring pertambahan usianya. Dokter
hanya akan menyarankan pemeriksaan secara rutin
untuk memantau kondisi bayi.Pengobatan akan
disarankan bila bukaan ductus arteriosus tidak
menutup dengan sendirinya atau jika bukaan tersebut
tergolong besar.
 Dokter dapat meresepkan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen dan
indomethacin. Obat ini dapat membantu menutup
bukaan ductus arteriosus
5. Pemeriksaan Penunjang PDA

1. Analisis Gas Darah .


 Biasanya menunjukkan kejenuhan yang normal karena aru
overcirculation.
 Duktus arteriosus besar dapat menyebabkan hipercorbia dan
hipoksemia daei CHF dan Ruang udara penyakit.
2. Foto Thorax.
 Pada PDA kecil bayangan jantung normal.
 Pada PDA besar terjadi kardiomegali (atrium dan ventrikel kiri
membesar secara signifkan) dan gambaran vaskuler paru meningkat.
3. Ekhokardiografi.
 Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3 : 1 pada bayi
cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi pratern ( disebabkan oleh
peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat darii paruu kiri ke
kanan)
4. Pemeriksaan 2D dan Doppler berwarna.
 Untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
 Dapat divisualisasi adamya PDA dan besarnya shunt.
 Bila terdapat kecurigaan PVOD dibutuhkan pemeriksaan angiografi.

5. EKG (Elektrokardiografi)
Sesuai Tingkat Keparahan :
 PDA kecil tidak ada Abnormalitas.
 PDA lebih Besar , Hipertrofi ventrikel kiri.

6. Kateterisasi Jantung.
 Hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau DOPPLER
yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
ASKEP PDA.
A. Pengkajian

1. Identitas :
 PDA sering ditemukan pada neonatus , tapi secara
fungsional menutup pada 24Jam pertama setalah
kelahiran. Sedangkan secara anatomic menutup dalam 4
minggu pertama. PDA lebih sering insidens pada bayi
perempuan 2x lebih banyak dari bayi laki-laki.
Sedangkan Bayi prematur diperkirakan sebesar 15%
PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua
yang menderita jantung bawaan atau juga bisa karena
kelainan kromosom.
2. Keluhan Utama :
 Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah , sesak nafas.

3. Riwayat Penyakit Sekarang :


 Pada psien PDA , biasnya akan diawali dengan tanda-
tanda respiratory distress, dispnea. Tacipnea, hipertropi
ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :


Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu
menderita infeksi dari rubella.
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit PDA karena PDA juga bisa
diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita
penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan
kromosom.
6. Riwayat Psikososial :
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya ,
bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak , koping
yang digunakan , kebebasan anak, respon keluarga
terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian
keluarga terhadap stress.
7.Activity Daily Life (ADL)
a. Nutrisi
Kebutuhan ASI/CAIRAN/SUSU pada bayi hari pertama bayi
lagi banyak tidur terjadi penurunan berat badan 10% BBVL
kembali 7-10kg.
b. Eliminasi.
Mekonium
c. Istirahat Tidur.
Lebih banyak tidur.
d.Aktifitas.
Kurang Aktif dalam bergerak.
e.Personal Hygiene.
Untuk kebersihan diri dalam batas normal.
8. Keadaan Umum : Baik
-Kesadaran : Kompos mentis , GCS 15 (E4M6V5).
-Nadi : (+) Normal : 100-140x/menit.
RR (+) Normal : 20-40x/menit.

9. Pemeriksaan Fisik :

 Kepala : Brakhiosefali , simetris , UUB menonjol (-)


 Rambut : Hitam, Lurus, tidak mudah dicabut.
 Mata : Cekung (-) Pupil bulat isokor , reflek cahaya +/+ ,
konjungtiva anemis (-) , sklera ikterik (-).
 Hidung : Sekret (-), Nafas Cuping Hidung (-).
 Telinga : Sekret (-)
 Mulut : Mukosa mulut, bibir, lidah kering (-), sianosis (-)
 Leher : Pembesaran JVP (-)
-Paru-Paru:
1. Inpeksi : Apnea ,Retraksi dada -/-
2. Perkusi : Sonor pada kedua lapangan Paru.
3. Auskultasi : Vesikuler (+) Normal, Ronki (-), Wheezing (-)
-Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.
-Palpasi :
 Iktus cordi di ICS IV-V
 Thrill +
 Aktivitas RV = LV
 Aktifitas LV = RV
-Auskultasi :
 S1 : Tunggal
 S2 : Tunggal
 Bising sistolik : Kontiyu + Grade IV/6 di ICS II-III,Thrill
+ ,Gallop -.
-Abdomen :
 Inspeksi : Datar
 Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba.
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : Bising Usus normal (5-36x/menit)
-Lipat Paha dan Genetalia : -
-Ekstremitas : Akral dingin (-) , Sianosis (-), Edema (-).

10. Pemeriksaan Penunjang (diagnostik).


1. Analisis Gas Darah .
 Biasanya menunjukkan kejenuhan yang normal karena aru
overcirculation.
 Duktus arteriosus besar dapat menyebabkan hipercorbia dan
hipoksemia daei CHF dan Ruang udara penyakit.
2. Foto Thorax.
 Pada PDA kecil bayangan jantung normal.
 Pada PDA besar terjadi kardiomegali (atrium dan ventrikel kiri
membesar secara signifkan) dan gambaran vaskuler paru
meningkat.
3. Ekhokardiografi.
 Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari
1,3 : 1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada
bayi pratern ( disebabkan oleh peningkatan volume
atrium kiri sebagai akibat darii paruu kiri ke kanan) .
4. Pemeriksaan 2D dan Doppler berwarna.
 Untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
 Dapat divisualisasi adamya PDA dan besarnya shunt.
 Bila terdapat kecurigaan PVOD dibutuhkan
pemeriksaan angiografi.
5. EKG (Elektrokardiografi)
Sesuai Tingkat Keparahan :
 PDA kecil tidak ada Abnormalitas.
 PDA lebih Besar , Hipertrofi ventrikel kiri.

6. Kateterisasi Jantung.
 Hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil
ECHO atau DOPPLER yang meragukan atau bila ada
kecurigaan defek tambahan lainnya.
11. Penatalaksanaan :
a. Farmakologi
Pemberian obat-obatan :
 Feosemid , yaitu obat siuretic yang paling sering
digunakan pada penderita gagal jantung. Cra kerjanya
yaitu dengan menghambat kembali natrium dan klorida
pada tubulus distal dan lengkung henle di ginjal.
 Digoksin , Digunakan untuk meningkatkan gaya dan
kecepatan kontraksi miokardium dan mengendalikan
aritmia jantung dengan membatasi hantaran pulsa melalui
nodus AV selama fibrilasi dan flutter atrium.
Indometacin , Merupakan inhibitor prostagladin yang dapat
memudahkan penutupan duktus. Efek sampingnya adalah
perubahan sementara pada fungsi ginjal , peningkatan
insiden hilangnya darah samar melalui saluran cerna dan
menghambat 7-9 hari.
b. Nonfarmakologi :
 Restriksi cairan dan dien rendah natrium untuk mengurangi
beban jantung.
 Bedah,yaitu dengan pemotongan atau pengikatan duktus.
 Kateterisasi Jantung.
Intervensi

Diagnosa 1:
Penurunan curah jantung bd perubahan afterload.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X 24 jam di harapkan ke


tidak adekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh
Kriteria hasil:
Kekuatan nadi Perifer meningkat
Palpatasi menurun
Bradikardia menurun
Takikardia menurun
Lelah menurun
Edam menurun
Dipsnea menurun
Batuk menurun
Mur mur jantung menurun
Tekanan darah membaik.
Intervensi :
Perawatan Jantung
-Observasi :
Indentifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung
Monitor tekanan darah
Monitor intake dan output cairan
Monitor keluhan nyeri dada
Monitor ekg
-Terapeutik :
Posisikan pasien semi Fowler atau Fowler
Berikan diet jantung yg sesuai
Fasilitas pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
Berikan terapi rileksasi untuk mengurangi stress
-Edukasi :
Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
Ajarkan Pasien dan keluarga untuk mengukur intake dan output cairan
-Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian antiaritmia jika perlu
Rujuk ke program rehabilitasi jantung.
 Diagnosa 2.
Gangguan pertukaran gasbd perubahanmembran alveolar kapiler.

Tujuan :
 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X 24 jam di harapkan
oksigenasi atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus kapiler
dalam batas normal dengan
Kriteria hasil:
 Tingkat kesadaran meningkat
 Dipsnea Menurun
 Pusing menurun
 Gelisah Menurun
 Pco2 membaik
 Po2 membaik
 Takikardia membaik.
Intervensi :

Pemantauan Respirasi
-Observasi :
 Monitor frekuensi,irama, kedalaman dan upaya nafas
 Monitor pola napas
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Auskultasi bunyi napas
-Terapeutik :
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasi kan hasil pemantauan
-Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasi kan hasil pemantauan jika perlu
 Diagnosa 3 :

 Intoleransi aktivitas bd ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen.

Tujuan :
 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X 24 jam di harapkan
respon fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan tenaga dengan
Kriteria hasil:
 Frekwensi nadi meningkat
 Saturasi oksigen meningkat
 Keluhan lelah menurun
 Tekanan darah membaik
 Frekuensi nadi membaik
Intervensi :
Manajemen Energi.

-Observasi
Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Monitor kelelahan fisik
Monitor pola dan jam tidur
-Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Fasilitas duduk di tempat tidur
-Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
-Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai