Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT PANCASILA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS

PENDIDIKAN
DI INDONESIA DEMI TERCIPTANYA BANGSA YANG BERKARAKTER

Kelompok 5
Annisa Lulu Priatna 210111100075
Damarani Widyastuti Eka 210111100310
M. Nur Halim 210111100088
Siti Sulaiha 210111100073
Yoga Danang Tri Kurniawan 210111100312
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
A. Pengertian
Menurut arti katanya, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal
dari Bahasa Yunani “Philosophia” terdiri dari kata (Phile = Cinta dan Sophia =
Kebijaksanaan). Filsafat berarti cinta kebijaksanaan, di mana cinta memiliki makna
hasrat yang
besar, berkobar-kobar. Sedangkan kebijakan artinya kebenaran sejati atau kebenaran
yang
sesungguhnya. Sehingga filsafat dapat diartikan sebagai hasrat atau keinginan yang
sungguhsungguh akan kebenaran sejati.
B. Prinsip-Prinsip Filsafat Pancasila
Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Kausa materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan,
dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa
Indonesia sendiri.
b) Kausa formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya, Pancasila
yang ada dalam pembukaan UUD ’45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal).
c) Kausa efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan
merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka.
d) Kausa finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan diusulkannya
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka
C. Nilai-Nilai Pacasila Sebagai Sistem
Pancasila mengandung nilai-nilai yang dijadikan pedoman tingkah laku bangsa
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai Pancasila tersebut dijabarkan
dalam norma-norma dasar Pancasila yang tekandung dan tercermin dalam
Pembukaan UUD 1945. Nilai Pancasila merupakan nilai yang dikandung
Pancasila, baik dalam kedudukan sebagai dasar dan ideologi
negara maupun sebagai falsafah dalam arti pandangan hidup bangsa.
Nilai-nilai tersebut meliputi tiga nilai sebagai berikut.
a. Nilai dasar adalah nilai yang memiliki sifat abstrak dan tetap, serta terlepas dari
pengaruh perubahan waktu.
b. Nilai instrumental adalah nilai yang memiliki sifat kontekstual.
c. Nilai praksis adalah nilai yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari, berupa
cara masyarakat untuk mengimplementasikan nilai Pancasila.
Pendidikan di Indonesia
A. Pendidikan
Dalam UU No.12 Tahun 2012 Pasal 1 tentang Pendidikan Tinggi disebutkan bahwa
"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran yang adar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”1Dari
Undang-undang tersebut dapat kita artikan pendidikan di indonesia merupakan pendidikan
yang berupaya untuk menciptakan peserta didik yang dapat mengembangkan potensi diri.
Setiap warga negara di Indonesia wajib mendapatkan pendidikan yang layak dan
pemerintah wajib membiayai hal tersebut, seperti yang tercantum dalam Pasal 31 Ayat 1
Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, “Setiap warga Negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ayat ini berkaitan dengan wajib belajar
9 tahun di SD dan SMP yang sedang dilaksanakan. Ayat 3 berbunyi “Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang- undang.”
B. Keadaan Pendidikan di Indonesia
Menurut laporan dari UNICEF, pada periode 2015-2018, angka tamat sekolah di
Indonesia naik menjadi 95 % untuk pendidikan dasar dan 85 % untuk pendidikan
menengah pertama.
Kenaikan ini merupakan kenaikan paling drastis yang terdapat pada pendidikan
menengah atas yang naik hingga 10 %: dari 52 % pada 2015 menjadi 62 % pada
2018. Akan tetapi, jumlah (1Haryanto, 2012: dalam artikel “pengertian pendidikan
menurut para akhli http://belajarpsikologi.com/pengertianpendidikan-menurut-ahli/
diakes pada 14 Oktober 2021). Anak yang tidak bersekolah masih signifikan. Per-
tahun 2018, sekitar 7,6 % anak dan remaja (usia 7–18 tahun, atau sekitar 4,2 juta
anak) tidak bersekolah ataupun mengakses layanan pendidikan dalam bentuk apapun
Lalu, saat ini di Indonesia-pun sedang di landa pandemi Covid-19. Covid-19
adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh jenis corona virus yaitu Sars-coV-2.
Berbagai bidang terkena dampak akibat adanya pandemi ini, salah satunya
pada bidang sektor pendidikan yang ada di Indonesia. Hal ini sesuai dengan
kebijakan pemerintah dalam Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona
Virus Disease (COVID-I9). Selama pandemi ini setiap pelajar baik
pendidikan sekolah dasar maupun pendidikan perguruan tinggi terpaksa harus
melakukan pembelajaran secara daring.
Dengan adanya sekolah daring ini, banyak anak yang
mengalami putus sekolah yang disebabkan oleh kesulitan
dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh dan keterbatasan
dalam hal finansial dan kepemilikan gadget, jaringan, juga
kuota internet. Kemampuan finansial dan kepemilikan
gadget merupakan faktor utama dalam mengikuti
pembelajaran daring ini. Selain itu, banyak guru yang
mendatangi setiap rumah anak muridnya karena tidak
memiliki gadget. Hal inilah yang mengharuskan guru
mengajar siswa dengan cara dari rumah ke rumah. Hal itu
dilakukan, agar memenuhi hak muridnya untuk
mendapatkan pendidikan yang layak. Anakanak yang putus
sekolah-pun lebih rentan melakukan praktik perkawinan
anak usia dini karena merasa lelah dengan pembelajaran
daring ini.
Filsafat Pancasila dalam Pendidikan di Indonesia

Filsafat pendidikan nasional indonesia berakar dalam


nilai-nilai budaya yang terkandung pada pancasila.
Nilai pancasila tersebut harus ditanamkan pada murid
melalui
penyelenggaraan pendidikan nasional pada seluruh
level dan jenis pendidikan. Terdapatdua pandangan
yang menurut (jumali, dkk , 2004:54), perlu
dipertimbangkan dalam menetukan landasan filosofis
dalam pendidikan nasional indonesia.
Filosofis pendidikan nasional memandang bahwa
manusia indonesia sebagai:
a) Makhluk tuhan yang maha esa dengan segala
ketentuan fitrahnya. Makhluk
Individu dengan segala hal serta kewajibannya
b) Makhluk sosial dengan segala tanggung jawab hayati
dalam masyarakat yang
pluralistik baik dari segi lingkungan sosial budaya,
lingkungan hidup dan segi kemajuan negara
Filsafat Pancasila dalam Membangun Bangsa
yang Berkarakter
Karakter memfokuskan ke arah bagaimana cara
menyatukan nilai kebaikan dalam bertingkah laku,
sehingga orang yang berperilaku jelek dapat dikatakan
orang yang memiliki karakter jelek. Sedangkan, orang yang
perilakunya sesuai dengan kaidah moral
disebut dengan orang yang memiliki karakter yang baik
atau bagus. Karakter bangsa Indonesia berlandaskan pada
nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila yang tertuju
pada cara berpikir, pola sikap, dan perilaku warga negara
Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai luhur Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Pancasila adalah falsafah yang merupakan pedoman berperilaku
bagi bangsa Indonesia yang sesuai dengan kultur kita bangsa
Indonesia yang memiliki adat ketimuran. Pendidikan karakter
memang seharusnya diambil dari nilai-nilai yang terkandung
dalam
Pancasila. Agar tercipta manusia Indonesia yang cerdas,
berperilaku baik, mampu hidup secara individu dan sosial,
memenuhi hak, dan kewajiban sebagai warga negara yang baik
serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Semuanya telah mencakup
filsafat pendidikan Pancasila yang mempunyai ciri yaitu integral,
etis dan reigius. Seorang pendidik haruslah sadar akan
pentingnya pendidikan karakter.
Salah satu cara untuk menerapkan pendidikan karakter adalah
dengan melaksanakan nilai-nilai Pancasila
sebagai berikut:
a. Harus memahami nilai-nilai Pancasila tersebut;
b. Menjadikan Pancasila sebagai aturan hukum dalam
kehidupan; dan
c. Memberikan contoh pelaksanaan nilai-nilai pendidikan
kepada peserta didik
dengan baik.
Upaya Penyelesaian Masalah Pendidikan dan Revitalisasi
Pendidikan Berkarakter di Indonesia
A. Upaya Penyelesaian Masalah Pendidikan di Indonesia
Berbagai model inovasi pendidikan telah banyak dilontarkan dalam berbagai bentuk
oleh pemerintahan, tujuannya untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi,
antara lain: usaha pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan efisiensi dan
efektifitas pendidikan, dan relevansi pendidikan. Hal itu ditujukan agar inovasi yang
dilakukan dapat diadopsi dan dimanfaatkan untuk perbaikan dan pemecahan problematika
pendidikan di Indonesia (Senduk, 2003).

B. Revitalisasi Pendidikan Berkarakter di Indonesia


Untuk meneruskan peran protagonis yang berhasil dimainkan dengan indah oleh para
pemuda pejuang di era kemerdekaan, pemuda masa kini memiliki kewajiban moral untuki
meneruskan tradisi positif ini di era kemerdekaan. Kongkritnya, pemuda harus bisa
menjadi
tumpuan bagi terciptanya kemakmuran, kemajuan, serta kemandirian Indonesia. Menjadi
dinamisator pembangunan agar bangsa Indonesia memiliki daya saing tinggi, sehingga
sejajar bahkan unggul dari bangsa-bangsa lain.
Terdapat peran yang harus dijalankan oleh para generasi muda, yaitu:
a. Character builder (Pembangun Karakter).
b. Caharacter Enabler (Pemberdaya Karakter)
c. Character engineer (Perekayasa Karakter)
Abuddin Nata (2012) menawarkan beberapa upaya yang bisa dilakukan dalam
revitalisasi pendidikan, yakni:
1. Menerapkan Model Pembelajaran yang Holistik dan Berbasis Karakter
Melalui penerapan model ini siswa diharapkan agar bisa berkembang sebagai pribadi
yang utuh, menyeluruh atau holistik. Peserta didik diarahkan untuk bersikap kritis,
mandiri, humanis, bertanggungjawab, kreatif, inovatif, sehat secara jasmani maupun
rohani.
2. Revitalisasi Pendidikan Moral, Nilai, Agama dan Kewarganegaraan
Pendidikan moral yang dipraktekan selama ini adalah mengajarkan teori kepada siswa
tentang apa yang baik dan bukur, apa salah dan benar. Dalam penerapan pendidikan
nilai terdapat permasalahan, yaitu di mana kita lebih banyak mengajarkan teori-teori
tentang pengertian nilai kesederhanaan, kesetiakawanan, keikhlasan, kebebasan dan
lain-lain. Revitalisasi pendidikan agama hendaknya dilakukan dengan lebih
memperhatikan penghayatan dan pengamalan dalam hidup sehari-hari. Peserta didik
hendaknya dibantu untuk memperdalam iman, harapan dan kasih kepada Tuhan dan
sesama.
3. Revitalisasi Pendidikan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Revitalisasi peran keluarga dalam pendidikan karakter dapat dilakukan dengan
memperkuat kembali peran keluarga sebagai benteng pertama dan utama dalam
pendidikan karakter. Revitalisasi peran sekolah dalam pendidikan karakter dapat
dilakukan dengan cara merumuskan dan mempraktekan nilai-nilai budaya sekolah,
seperti disiplin, kerjasama, tolong menolong, dan sebagainya. Sedangkan revitalisasi
peran masyarakat dalam mendukung program pendidikan karakter antara lain dapat
dilakukan dengan cara mewujudkan lingkungan yang bersih, bebas dari peredaran
narkoba, perjudian, atau tawuran.
4. Revitalisasi Peran Media Masa
Media masa mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam bidang pendidikan.
Berbagai berita atau tayangan dalam media cetak maupun elekktronik, turut
mempengaruhi pengembangan karakter peserta didik. Berhadapan dengan
permasalahan ini, maka perlu diadakan revitalisasi media masa, misalnya dengan cara
tidak menayangkan film atau sinetron dan lainnya yang berdampak pada kerusakan
karakter, memperbanyak tayangan yang bersifat edukatif tanpa harus mengorbankan
nilai dan daya tariknya, menghilangkan berita-berita hoax
3. Revitalisasi Pendidikan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Revitalisasi peran keluarga dalam pendidikan karakter dapat dilakukan dengan
memperkuat kembali peran keluarga sebagai benteng pertama dan utama dalam
pendidikan karakter. Revitalisasi peran sekolah dalam pendidikan karakter dapat
dilakukan dengan cara merumuskan dan mempraktekan nilai-nilai budaya sekolah,
seperti disiplin, kerjasama, tolong menolong, dan sebagainya. Sedangkan revitalisasi
peran masyarakat dalam mendukung program pendidikan karakter antara lain dapat
dilakukan dengan cara mewujudkan lingkungan yang bersih, bebas dari peredaran
narkoba, perjudian, atau tawuran.
4. Revitalisasi Peran Media Masa
Media masa mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam bidang pendidikan.
Berbagai berita atau tayangan dalam media cetak maupun elekktronik, turut
mempengaruhi pengembangan karakter peserta didik. Berhadapan dengan
permasalahan ini, maka perlu diadakan revitalisasi media masa, misalnya dengan cara
tidak menayangkan film atau sinetron dan lainnya yang berdampak pada kerusakan
karakter, memperbanyak tayangan yang bersifat edukatif tanpa harus mengorbankan
nilai dan daya tariknya, menghilangkan berita-berita hoax.
TAMAT

Anda mungkin juga menyukai