◈ Pasien CKD berisiko menderita berbagai komplikasi neurologis. ◈ Gangguan Neurologis baik sentral maupun perifer. ◈ Berhubungan dengan kondisi primer ginjal, penyakit dasar, ataupun terapi. GANGGUAN SARAF SENTRAL
Dibagi dalam 2 kelompok besar
GANGGUAN SARAF SENTRAL 1. GANGGUAN VASCULAR
○ Berhubungan dengan faktor risiko seperti DM, HT,
Hiperkolesterol, merokok, usia tua. ○ Yang berhubungan dengan CKD sendiri seperti peningkatan Kalsium dan Fosfat, hiperhomosisteinemia, inflamasi dan stress oksidatif disfungsi endotel dan aterosklerosis. ○ Gangguan neurodegeneratif. ○ Banyak kejadian gangguan CV akibat micro-bleeds dan white matter disease di otak pasien dialisis. ○ Erythropoietin stimulating agents (ESA) peningkatan stroke. GANGGUAN SARAF SENTRAL 2. GANGGUAN NEURODEGENERATIF
○ Akibat dari toksin uremik seperti indoxyl
sulfate, p-cresyl sulfate, asam urat, interleukin (IL)-1beta. ○ Cystatin-C mungkin dapat menyebabkan deposisi amyloid. ○ Anemia dan hyperparathyroidism menyebabkan gangguan neurokognitif akibat penurunan hantaran oksigen parathyroid hormone (PTH) mengganggu neurotransmisi di SSP akibat dari peningkatan Ca di otak. CEREBROVASCULAR DISEASE
◈ CKD Stroke (4-10X lebih berisiko).
◈ Disfungsi trombosit akibat uremia meningkatkan risiko perdarahan. ◈ Stroke lebih sering pada laki-laki dan umur pertengahan. ◈ Hipertensi, anemia, DM faktor risiko penting. ◈ SNH > SH. ◈ Manajemen yang tepat meningkatkan outcome. ◈ Dokter harus curiga gangguan ginjal pada pasien stroke. ENCEPHALOPATHY ◈ Ensefalopati sering terjadi pada pasien CKD. ◈ Disebabkan oleh uremia, defisiensi thiamine deficiency, dialisis, rejeksi transplantasi, hipertensi, gangguan cairan dan elektrolit, atau keracuan obat. ◈ Gejala mulai dari gangguan indra ringan sampai delirium dan koma. ◈ Wernicke's encephalopathy: triad ophthalmoplegia, ataxia, dan gejala kognitif atau dengan gangguan kesadaran terutama pada pasien hemodialisis (Defisisensi thiamine). ◈ Biasanya, bila penyebab diatasi gejala akan membaik. In addition to the general symptom complex of encephalopathy, ◈ Myoclonus dan stimulus- sensitive myoclonus pernah dilaporkan pada uremic encephalopathy. ◈ Sindrom “twitch-convulsive”: asterixis dan myoclonus + fasikulasi, muscle twitches, dan kejang. ◈ Restless leg syndrome terdapat pada 15–20% of pasien CKD. ◈ Elevated blood pressure may result in posterior reversible encephalopathy syndromes (PRES). GANGGUAN KOGNITIF o CKD dihubungkan dengan gangguan kognitif dan demensia.
o Risiko meningkat seiring dengan
penurunan eGFR/proteinmuria. OSMOTIC MYELINOSIS
◈ Osmotic myelinolysis pada pasien CKD terjadi
di central basis pontis; akan tetapi regio extrapontine termasuk midbrain, thalamus, basal nuclei, dan cerebellum dapat terkena juga. OPPORTUNISTIC INFECTIONS ◈ Pasien CKD jug aberisikoi terkena infeksi oportunistik yang menyerang sistem saraf meningitis akut, sub akut atau kronik, encephalitis, myelitis, abses otak. ◈ Bakteri patogen yang sering: Nocardia asteroides, Mycobacterium tuberculosis, dan Listeria monocytogenes. ◈ Jamur: Cryptococcus neoformans, Aspergillus fumigatus, Candida, Pneumocystis carinii, Histoplasma, Mucor, dan Paracoccidioides. OPPORTUNISTIC INFECTIONS
◈ Reaktivasi infeksi virus laten seperti herpes simplex,
cytomegalovirus, dan JC (John Cunnigham) polyomavirus sering ditemukan. ◈ Infeksi tersering post transplantasi adalah cytomegalovirus biasanya asimtomatik namun yang gans dpat menyebabkan meningitis, encephalitis, myelitis, dan melibaykan akar saraf. ◈ Reaktivasi JC polyomavirus dan infeksi oligodendrocytes progressive multifocal leukoencephalopathy. GANGGUAN NEUROLOGIS AKIBAT DIALISIS
◈ Gangguan hemodinamik Intermiten, yang terjadi
saat HD Cedera otak akibat gangguan perfusi. ◈ Osmotic myelinolysis akibat koreksi cepat hiponatremia kronik (atau hipernatremia) akibat dialisis. ◈ Hemodialisis dihubungkan dengan progresivitas atherosklerosis Wernicke's encephalopathy, hemorrhagic stroke, subdural hematoma, osmotic myelinolysis, infeksi oportunistik infections, intracranial hypertension, dan neuropathy. DDS ◈ Dialysis Disequilibrium Syndrome akibat dari perubahan yang cepat dari kadar urea dan zat- zat lain ketika dialisis dimulai saat kondisi uremia berat.
◈ Dihindari dengan memeurli HD dengan
kecepatan randah dan dinaikkan bertahap. SARAF PERIFER Mononeuropathy
Saraf perifer pasien CKD berisiko mengalami
kompresi dan iskemia.
◈ Saraf Ulnaris, medianus, dan femoralis yang
paling sering terpengaruh. ◈ Gejala seperti nyeri terbakar dan parestesis yang mengenai sisi ventral surface tangan dan tiga jari terluar dan batas lateral di jari ke empat. POLYNEUROPATHY ◈ Polineuropati biasanya terjadi saat e GFR lebih rendah dari 12 mL/min. ◈ Pada eGFR serendah itu konduksi saraf menjadi abnormal dan akan menimbulkan gejala disfungsi saraf perifer saat eGfr mencapai 6mL/min. ◈ Prevalensi neuropati perifer diasosiasikan dengan durasi dan keparahan CKD. ◈ Uremic polyneuropathy terjadi pada 60% pasien bisa perbaikan dengan HD rutin. ◈ Transpalntasi dapat menyembuhkan uremic neuropathy. ◈ Suplementasi biotin, pyridoxine, cobalamin, dan thiamine dapat membantu. MYOPATHY
◈ Uremic myopathy biasanya terjadi pada pasien CKD
dengan eGfr < 25 mL/min dan progresifitas tergantung dari penurunan fungsi ginjal. ◈ Prevalensi sekitar 50% pada pasien dialisis. ◈ Gejala: kelemahan otot anggota gerak proksimal, pengecilan otot, penurunan stamina, dan mudah lelah. ◈ Akumulasi toksin uremia, gangguan metabolisme vitamin D, resistensi insulin, defisiensi carnitine, dan malnurisi adalah patofisiologi dari uremic myopati. AUTONOMIC DYSFUNCTION
Sering terjadi pada pasien dialisis.
Dapat menyebabkan impotensi, gangguan
gastrointestinal. KESIMPULAN ◈ Komplikasi neurologis sering didapatkan pada pasien CKD. ◈ Komplikasi bisa disebabkan karena kondisi p- enyakit maupun efek samping dari terapi yang didapat pasien. ◈ Diagnosis yang dini, menjadi penting untuk menghindari sekuele neurologis jangka panjang. Terima Kasih