Anda di halaman 1dari 25

KOMBINASI

BISNIS

NURUL FUADA, S.ST., M.Si


Pemahaman

1. Latar belakang terjadinya kombinasi bisnis


2. Konsep akuntansi untuk kombinasi bisnis
3. Perlakukan akuntansi untuk kombinasi bisnis dengan metode akuisisi.
4. Contoh perusahan yang melakukan kombinasi bisnis.
Apa itu Kombinasi Bisnis??

Standar Akuntansi Keuangan:


Penggabungan Usaha (Business Combination) adalah penyatuan dua atau lebih
perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan
menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control)
atas aktiva dan operasi perusahaan lain.

PSAK 22 (Penyesuaian 2014) Kombinasi Bisnis, mendefinisikan kombinasi bisnis


sebagai transaksi atau peristiwa di mana sebuah entitas memperoleh pengendalian
atas entitas lain.
Latar Belakang Kombinasi Bisnis

Sejak Tahun 1950, kontroversi tentang metode akuntansi pada Metode Penyatuan kepemilikan (pooling of
interest method)
Committee on Accounting Procedure menerbitkan ARB no. 40 : memperkenalkan metode alternatif
pegabungan usaha (purchase of interest method)
Tahun 1970, APB opinion No. 16, mengakui Metode Penyatuan kepemilikan (pooling of interest method) dan
metode pembelian (purchase of interest method)
Pada Bulan 30 juni 2001 FASB Statement No. 141, menggunakan metode pembelian (purchase of interest
method) dan mengahapus metode Penyatuan kepemilikan (pooling of interest method) tetapi tetap memakai
APB opinion No. 16 kecuali metode yang dihapus tsb)
31 maret 2004 IASB mengeluarkan IFRS 3 sebagai pengganti IAS 22, melarang menggunakan metode
Penyatuan kepemilikan (pooling of interest method) dan wajib metode pembelian (purchase of interest
method)
IASB & FASB menghasilkan kesepakatan merevisi IFRS 3 tahun 2004 sehingga terbitlah IFRS
3 tahun 2008

Tahun 1994 di Indonesia mengadopsi dari IAS 22 (SAK 22 tahun 1994), Penggabungan
usaha adalah penyatuan dua atau lebih perusahaanyang terpisah menjadi satu entitas
ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh
kendali atas aktiva atau aset dan operasi perusahaan lain.

PSAK 22 tahun 2010 merevisi PSAK 22 tahun 1994, transaksi Kombinasi Bisnis terjadi ketika
entitas memperoleh pengendalian atas entitas lain yang berupa bisnis.
ALASAN PENGGABUNGAN
USAHA
Tujuan Utama :
Meningkatkan Profitabilitas

Integrasi Operasi :
Integritas Horisontal
Integritas Vertikal
KonglomerasiI
Integrasi vertikal adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi entitas yang
memiliki hubungan pemasok atau distribusi.

Integrasi horizontal adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi entitas


yang menghasilkan produk sejenis atau produk yang berkaitan
Konglomerasi adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi entitas yang tidak
memiliki hubungan dengan entitas.
Merger

Satu perusahaan mengambil-alih aset neto perusahaan lain

Perusahaan
A  A mengambil-alih
aset neto B dan C.
 Aset dan liabilitas
B dan C disatukan
Perusahaan Perusahaan
dengan aset dan
B A
liabilitas A.

Perusahaan
C
Konsolidasi

Satu “perusahaan baru” dibentuk untuk mengambil-alih


Aset neto perusahaan lain.

Perusahaan
A  Perusahaan D
(baru) dibentuk.
 Perusahaan D
mengambil-alih
Perusahaan Perusahaan
aset neto A, B,
B D
dan C.

Perusahaan
C
Akuisisi Saham

Satu perusahaan membeli (mengakuisisi) > 50 %


Saham perusahaan lain.

Perusahaan Perusahaan A
A (Induk)  A mengakuisisi
> 50 % saham B
 A memperoleh
pengendalian
terhadap B.
Perusahaan Perusahaan
B B
(Anak)
METODE AKUN TANSI

Perusahaan mencatat setiap kombinasi bisnis dengan


menerapkan metode akuisisi.
Metode akuisisi mensyaratkan:
(a) Aset dan liabilitas(aset neto) yang diambil-alih dicatat sebesar
nilai wajarnya.
(b) Goodwill diakui jika nilai wajar imbalan yang diserahkan lebih
besar dari nilai wajar aset neto yang diambil-alih.
(c) Laba akuisisi diakui jika nilai wajar imbalan yang diserahkan
lebih rendah dari nilai wajar aset neto yang diambil-alih. [Tidak
boleh mengakui goodwill negatif)
Biaya terkait kombinasi bisnis

Biaya yang dikeluarkan acquirer dalam rangka


kombinasi bisnis mencakup:
biaya makelar (finder’s fees);
advis, hukum, akuntansi, penilaian dan biaya
profesional atau konsultasi lainnya;
biaya administrasi umum, termasuk biaya
pada
departemen akuisisi internal; dan
biaya penerbitan efek utang (obligasi) dan efek ekuitas
(saham).
Acquirer mencatat biaya terkait kombinasi bisnis sebagai
beban pada periode saat biaya tersebut terjadi, kecuali biaya
untuk menerbitkan efek utang dan efek ekuitas diakui sebagai
pengurang nilai wajar efek.
Ilustrasi-1 : Kombinasi Bisnis (Merjer)

Laporanposisi keuangan PT A dan PT B per 30 Desember 2012


sebelum keduanya melakukan kombinasi bisnis adalah sbb.:
PT A PT B
Nilai Buku Nilai Buku Nilai Wajar

Kas 475.000 125.000 125.000


Aset lainnya 2.600.000 850.000 1.000.000

Jumlah aset 3.075.000 975.000

Macam-macam liabilitas 500.000 300.000 350.000


Modal saham, Rp1.000 1.500.000 500.000
Tambahan modal disetor 200.000 40.000
Saldo laba 875.00 135.000
0
Jumlah liabilitasdan ekuitas 3.075.000 975.000
● Kombinasi bisnis dilakukan tanggal 31 Desember 2012, di
mana PT A mengambilalih aset dan liabilitasPT B.
● Sebagai imbalan, PT A membayar tunai Rp135.000 dan
menerbitkan 500 lembar saham biasa, nilai nominal
Rp1.000/lembar, nilai wajar Rp1.500/lembar, untuk
diserahkan kepada pemegang saham PT B.
● Biaya terkait kombinasi bisnis yang dibayar oleh PT
A adalah: biaya pencatatan saham Rp20.000; serta
biaya konsultan dan profesional Rp40.000.
Pencatatan olreh PT A (Acquirer)

(a) Mencatat penyerahan imbalan (uang tunai dan 500 lembar saham) dalam
rangka kombinasi bisnis
Investasi pada PT B .................................................... 885.000
Kas … … … … … … … … … … … … … … . . . . . . . . . . . . . . . . 135.000
Modal saham ........................................................ 500.000
Tambahan modal disetor .................................... 250.000

(b) Mencatat biaya-biaya kombinasi bisnis.


Biayakombinasibisnis … … … … … … … … … … … … 40.000
Tambahan modal disetor ............................................ 20.000
Kas .......................................................................... 60.00
0
(c) Mencatat pengambil-alihan aset neto PT B.

Kas ....................................................................
125.000
Aset lainnya
Goodwill ..................................................... 1.000.000
........................................................... 110.00
Macam-macam l ia bi li tas…………… ……. . . 0 350.000
Investasi pada PT B ……………................. 885.00
0
Perhitungan Goodwill :
Nilai wajar imbalan … … … … … … … … … … … … 885.000
Nilai wajar aset neto … … … … … … … … … … … . . . 775.000

Goodwill ................................................................. 110.000


Laporan Posisi Keuangan Setelah Kombinasi Bisnis

PT A
L A P O R AN POSISI K E UA N G A N
Per 31 Desember 2012

Kas … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … Rp 405.000
Aset lainnya … … … … … … … … … … … … … … … … … . 3.600.000
Goodwill……………………………………………….. 110.000

Jumlah aset Rp 4.115.000


Macam-macam liabilitas … … … … … … … … … … … … Rp 850.000
Modal saham … … … … … … … … … … … … … … … … … 2.000.000
Tambahan modal disetor … … … … … … … … … … … . . . 430.000
Saldo laba … … … … … … … … … … … … … … … … … … . 835.000

Jumlah liabilitas dan ekuitas … … … … … … … … … … … . . Rp 4.115.000


Kombinasi Bisnis melalui Akuisisi Saham
Kombinasi bisnis --- adalah suatu transaksi di mana
suatu perusahaan memperoleh pengendalian atas satu
atau lebih perusahaan lain.
Pengendalian suatu perusahaan dapat diperoleh melalui
pembelian >50% saham berhak suara (saham biasa).
Saham yang diperoleh/dibeli dicatat ke akun “investasi
saham” sebesar nilai wajar imbalan yang diserahkan
(consideration transferred).
Perusahaan pengakuisisi (acquirer) tidak perlu
mencatat masing-masing aset dan liabilitas dari
perusahaan yang diakuisisi (acquiree).
Ilustrasi-2 : Kombinasi Bisnis (Akuisisi Saham)

Laporanposisi keuangan PT A dan PT B per 30 Desember 2012


sebelum keduanya melakukan kombinasi bisnis adalah sbb.:
PT A PT B
Nilai Buku Nilai Buku Nilai Wajar

Kas 475.000 125.000 125.000


Aset lainnya 2.600.000 850.000 1.000.000

Jumlah aset 3.075.000 975.000

Macam-macam liabilitas 500.000 300.000 350.000


Modal saham, Rp1.000 1.500.000 500.000
Tambahan modal disetor 200.000 40.000
Saldo laba 875.00 135.000
0
Jumlah liabilitasdan ekuitas 3.075.000 975.000
● Pada tanggal 31 Desember 2012 PT A mengakuisisi 100
% saham beredar PT B, dan PT B tidak dibubarkan
● Sebagai imbalan, PT A membayar tunai Rp135.000 dan
menerbitkan 500 lembar saham biasa, nilai nominal
Rp1.000/lembar, nilai wajar Rp1.500/lembar, untuk
diserahkan kepada pemegang saham PT B.
● Biaya akuisisi saham yang dibayar oleh PT A
adalah: biaya pencatatan saham Rp20.000; serta biaya
konsultan dan profesional Rp40.000.
Pencatatan olreh PT A (Acquirer)

(a) Mencatat penyerahan imbalan (uang tunai dan 500 lembar saham) dalam
rangka akuisisi 100% saham PT B
Investasi pada PT B .................................................... 885.000
Kas … … … … … … … … … … … … … … . . . . . . . . . . . . . . . . 135.000
Modal saham ........................................................ 500.000
Tambahan modal disetor .................................... 250.000

(b) Mencatat biaya-biaya akuisisi saham :


Biaya akuisisi saham . … … … … … … … … … … … …
40.000 Tambahan modal disetor ............................................
20.000 60.00
Kas .......................................................................... 0
<> PT A tidak perlu mencatat aset dan liabilitas dari PT B, karena yang
dialuisisi adalah saham PT B, dan PT B tidak dibubarkan
<> PTA menjadi induk perusahaan dari PT B, karena memiliki saham
PT B lebih dari 50% (dalam hal ini 100%).
<> Pada kasus ini, tidak ada kepentingan non-pengendali (pemegang
saham minoritas) karena 100% saham PT B dimiliki oleh PT A .
Kepentingan non-pengendali = 0%.

<> Goodwill yang timbul dari akuisisi saham 100%:


Nilai wajar imbalan yang diserahkan … … … … … … … … … … . . 885.000
Nilai wajar kepentingan non-pengendali : 0% x Rp775.000 ....... 0

Nilai agregat … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . 885.000


Nilai wajar aset neto : Rp 1.125.000 – Rp 350.0000 … … … … … . . 775.000

Goodwill dari akuisisi saham … … … … … … … … … … … … … .. 110.000


<> Goodwill dapat juga dihitung sebagai berikut:
Nilai wajar imbalan yang diserahkan … … … … … … … … … . 885.000
Nilai wajar aset neto yang diperoleh: 100% x Rp775.000 .....775.000
Goodwill dari akuisisi saham … … … … … … … … … … … … … 1 1 0 . 0 0 0
 Goodwill dari akuisisi saham (Rp110.000) tidak perlu dicatat
dalam
akun tersendiri, karena sudah termasuk dalam nilai
tercatat investasi.
 Goodwill Rp110.000 akan dilaporkan dalam akun
tersendiri ketika
laporan keuangan PT A dikonsolidasikan dengan
PT B.
Ilustrasi – 43: Kombinasi Bisnis (Akuisisi
Saham)
● Sama dengan Ilustrasi-3, tetapi pada tanggal 31 Desember 2012 PT
A mengakuisisi 80% saham beredar PT B (bukan 100%).
● Pada kasus ini, ada kepentingan non-pengendali (pemegang saham
minoritas), yaitu 20% (100% - 80%).
● Goodwillyang timbul dari akuisisi saham 80%:

Nilai wajar imbalan yang diserahkan … … … … … … … … … … . 885.000


Nilai wajar kepentingan non-pengendali: 20% x Rp775.000… 155.000
Nilai agregat … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 1.040.00
0
Nilai wajar aset neto: Rp1.125.000– Rp350.000………………. .. 775.000
Goodwill dari akuisisi saham … … … … … … … … … … … … … … 265.000
<> Goodwilldapat juga dihitung sebagai berikut:
Nilai wajar imbalan yang diserahkan … . . … … … … … … … 885.000
Nilai wajar aset neto yang diperoleh: 80% x Rp775.000 …
620.000

Goodwill dari akuisisi saham … … … … … … … … … … … …


265.000

Anda mungkin juga menyukai