Anda di halaman 1dari 20

Modul 6

Cerita Anak-
anak
Disusun oleh :

1.Devi Setia Asih

2.Wilda Annisa

3. Yuli Isnaeni
Peta Konsep
Pengertian

Ciri-ciri Cerita Anak


KB 1
Hakikat Cerita Anak-anak
Manfaat Cerita Anak-anak

Jenis-jenis Cerita Anak-


anak

Tema Cerita

Amanat
Cerita Anak-anak
Tokoh

KB 2 Latar
Unsur-unsur Pembangun
Cerita Anak-anak Alur

Sudut Pandang

KB 3 Gaya
Analisis Cerita Anak-anak
KB 1
Hakikat Cerita
Anak-anak
A.Pengertian
Titik W.S. ,dkk.,(2003 : 89) menjelaskan bahwa cerita anak-anak adalah cerita sederhana yang kompleks.
Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak ruwet
sehingga komunikatif. Cerita anak-anak harus berbicara tentang kehidupan anak-anak dengan segala
aspek yang berada dan mempengaruhi mereka.
Cerita anak-anak juga dikatakan sebagai sesuatu yang kompleks, artinya cerita anak-anak dibangun oleh
struktur yang tidak berbeda dengan cerita orang dewasa, sebab cerita anak-anak yang sederhana itu tetap
harus disusun dengan memperhatikan unsur keindahan atau kemenarikan. Sebuah cerita akan menjadi
menarik jika semua elemen kisah atau cerita dibina secara seimbang di dalam struktur yang dapat saling
mengisi sehingga tidak terjadi ketimpangan.
1. Ciri-ciri Cerita Anak
Secara khusus Riris K. Toha-Sarumpaet (1976 : 29-32) menuliskan adanya 3 ciri yang dapat
membedakan cerita anak-anak dengan cerita orang dewasa. Ciri-ciri tersebut berupa (a) unsur
pantangan, (b) penyajian, (c) fungsi terapan.
1. Unsur Pantangan
Unsur pantangan merupakan unsur-unsur yang berhubungan dengan segi isi cerita
yang bersifat negatif yang tidak pantas diketahui anak karena unsur-unsur tersebut
dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak ke arah yang tidak baik.

2. Penyajian
Cerita anak-anak harus disajikan secara langsung, tidak berbelit-belit. Dialog dalam
cerita anak-anak sangat diperlukan karena dapat membantu pemahaman anak
terhadap cerita yang disajikan.

c. Fungsi Terapan
Artinya, cerita anak-anak disusun dengan mengemban misi pendidikan, pengetahuan,
pertumbuhan anak, dan pengalaman tentang kehidupan. Dengan banyak membaca cerita anak-
anak, seorang anak akan memperoleh kematangan emosi, intelektual, dan pengalaman-
pengalaman tentang kehidupan.
2. Manfaat Cerita Anak-anak
Cerita anak dapat menanamkan rasa peka dalam batinnya untuk bisa membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk, dapat menanamkan kesadaran tentang kebenaran dan keadilan, keberanian, kejujuran,
kesetiaan, pengorbanan, dan kehormatan. Cerita anak-anak dapat membuka mata hati anak lebih jauh ke
depan untuk melihat tujuan dan hakikat hidup yang sebenarnya. Nilai edukatif bisa mendidik anak akan
rasa cinta tanah air dan bangsa, cinta seni, profesi, dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Ditinjau dari segi bahasa, cerita anak-anak dapat memperkaya perbendaharaan kata anak-anak.
Menjadikan anak terampil berbahasa secara lisan dan tulis.
Dari sebuah cerita anak bukan saja dapat mengetahui perkara-perkara baru, tetapi juga dapat
meningkatkan minatnya terhadap hal-hal yang baru.
3. Jenis-jenis Cerita Anak-anak
a. Cerita Jenaka
Cerita jenaka merupakan cerita yang mengungkapkan hal ihwal atau tingkah laku seorang tokoh yang
lucu. Kelucuan yang diungkapkan dapat berupa karena kebodohan sang tokoh dapat pula karena
kecerdikannya. Kelucuan yang disebabkan karena kebodohan sang tokoh dapat kita temukan pada cerita “
Pak Belalang “, “ Pak Kodok “, dan cerita-cerita sejenisnya. Kelucuan yang disebabkan karena sang tokoh
dapat kita temukan pada cerita “ Abu Nawas “, “ Nasaruddin”, “ Kabayan “.

b. Dongeng
Dongeng adalah cerita yang didasari atas angan-angan atau khayalan. Di dalam dongeng terkandung
cerita yang menggambarkan sesuatu diluar dunia nyata,seperti bebek bertelur emas,peri yang baik hati,
dan sebagainya. Kisah-kisah seperrti ini dapat kita temukan pada cerita “Ketimun Emas”, Tongkat Ajaib”,
Cinderella”.

c.Fabel
Fabel adalah cerita yang menanmpilkan hewan-hewan sebagai tokoh-tokohnya. Di dalam fabel,para
hewan atau binatang digambarkan sebagaimana manusia yang dapat berfikir, beraksi, dan berbicara. Fabel
mengandung unsur mendidik karena diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengandung ajaran moral.
Contoh fable, anatara lain cerita “Kancil dan Kera”,Kancil dan Buaya”.
d. Legenda
Legenda adalah cerita yang berasal dari zaman dahulu. Cerita legenda bertalian dengan sejarah
yang sesuai dengan kenyataan yang ada dalam alam atau cerita tentang terjadinya suatu negri,
danau atau gunung. Contoh cerita “Malin Kundang”, “Batu Menangis”, “Sangkuriang”, “Asal
Usul Kota Surabaya”.

E. Mite atau Mitos


Mite atau mitos merupakan cerita yang berkaitan dengan kepercayaan kuno, menyangkut
kehidupan dewa-dewa atau mahluk halus. Mitos adalah cerita yang mengandung unsur-unsur
misteri, dunia gaib, dan alam dewa. Tokoh-tokoh mitos mengandung kekuatan yang hebat dan
memiliki kekuatan gaib. Tokoh-tokoh ini bukan saja terdiri atas manusia, tetapi juga dewa-dewa
dan mahluk gaib, seperti “Nyi Roto Kidul”.
KB 2
Unsur-unsur Pembangun
Cerita Anak-anak
A. TEMA CERITA
Tema dalam sebuah cerita ibarat fondasi pada sebuah bangunan. Ini artinya elemen atau unsur yang pertama
harus ada dalam sebuah cerita adalah tema.
Cerita anak-anak umumnya bersifat didaktis. Oleh karena itu, tema atau amanat yang terkandung dalam
cerita anak-anak berisi pertentangan antara baik dan buruk. Secara lebih konkret tema pertentangan baik dan
buruk ini dinyatakan dalam bentuk kejujuran melawan kebohongan, keadilan melawan kezaliman,
kelembutan melawan kekerasan.

B. AMANAT
Cerita anak-anak yang bersifat didaktis pada umumnya mengandung ajaran moral, pengetahuan, dan
keterampilan. Hal-hal yang menjadi tujuan pengarang seperti itulah yang disebut amanat. Amanat pada
sebuah cerita dapat disampaikan secara implisit maupun secara eksplisit. Implisit, jika jalan keluar atau
ajaran moral itu tersirat dalam tingkah laku tokoh. Eksplisit jika pengarang pada tengah atau akhir cerita
menyampaikan seruan, saran, peringatan, anjuran, larangan, berkenaan dengan gagasan yang mendasari
cerita itu.

C.TOKOH
Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan didalam berbagai peristiwa cerita.
Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan
atau diserupai sebagai manusia.
1. Tokoh Sentral dan Tokoh Bawahan
Berdasarkan fungsinya, tokoh didalam cerita dibedakan atas tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral atau
tokoh utama adalah tokoh yang memegang peran penting dalam cerita. Tokoh sentral yang berperan baik disebutnya
dengan istilah protagonis, sedang lawannya disebut antagonis. Adapun yang dimaksud dengan tokoh bawahan adalah
tokoh yang kedudukannya tidak sentral tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung
tokoh utama

2. Tokoh Datar dan Tokoh Bulat


Di dalam cerita rekaan, tokoh dasar diungkapkan atau disoroti dari satu segi wataknya saja. Tokoh datar bersifat
statis, di dalam perkembangannya lakuan atau watak tokoh itu sedikit sekali berubah, bahkan adakalanya tidak
berubah sama sekali. Dengan demikian, tokoh datar mudah dikenali dan mudah diingat.
Jika lebih dari satu ciri segi wataknya yang ditampilkan di dalam cerita sehingga tokoh itu dapat dibedakan dari
tokoh-tokoh yang lain maka tokoh itu disebut tokoh bulat.
Disebut tokoh bulat karena pengarang menampilkan tokoh ini dengan berbagai watak yang dimilikinya baik
kelemahan maupun kekuatannya sehingga tidak menimbulkan kesan “hitam-putih”. Watak tokoh ini tidak
ditampilkan sekaligus, tetapi berangsur-angsur atau berganti-ganti. Dengan demikian, tokoh bulat mampu
memberikan kejutan karena dapat secara tiba-tiba muncul segi wataknya yang tidak terduga.
D. LATAR
Latar atau setting diartikan juga sebagai landas tumpu sebuah cerita. Secara kasat mata, latar
dalam cerita berkenaan dengan tempat atau ruang dan waktu yang tergambar dalam sebuah cerita.
Secara terperinci latar meliputi penggambaran lokasi geografis, termasuk topografi, pemandangan,
sampai kepada perincian perlengkapan sebuah ruangan, pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para
tokoh, waktu berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya; lingkungan agama, moral,
intlektual, dan sosial para tokoh.

E. ALUR
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan makna kata alur yang berhubungan dengan
sastra sebagai rangkaian peristiwa yang di reka dan di jalin dengan saksama dan menggerakkan jalan
cerita melalui kerumitan kearah klimaks dan penyelesaian, jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk
mencapai efek tertentu (pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan oleh
hubungan kausal atau sebab akibat).
Makna tentang alur diatas sejalan dengan yang disampaikan Sudjiman (1991 : 29), yaitu alur
adalah jalinan cerita yang disajikan dengan waktu urutan tertentu. Peristiwa yang dialami oleh tokoh
cerita dapat disusun menurut urutan waktu terjadinya. Alur dengan susunan peristiwa yang
kronologis disebut alur linier. Namun, penyajian rentetan peristiwa di dalam urutan waktu bukanlah
satu-satunya cara dan bukan cara yang utama di dalam penyusunan cerita rekaan. Sesungguhnya
pengaluran adalah pengaturan waktu penampilan peristiwa untuk memenuhi beberapa tuntutan.
Dengan demikian, peristiwa-peristiwa dapat juga disusun dengan memperhatikan hubungan
kausalnya (sebab akibat).
F. SUDUT PANDANG
Sudut pandang atau pusat pengisahan (point of views) digunakan pengarang dalam menciptakan cerita agar
memiliki suatu kesatuan. Oleh karena itu, sudut pandang pada dasarnya adalah visi seorang pengarang. Artinya, apa
yang tergambar dalam cerita merupakan tafsiran si pengarang. Disinilah letak kesulitan mengarang cerita anak-
anak, sebab pengarang harus mampu mengubah cara pandangnya sebagai orang dewasa menjadi cara pandang
seorang anak terhadap suatu hal.
Secara garis besar, sudut pandanf dibedakan menjadi dua, yakni sudut pandang orang pertama yang disebut dengan
akuan dan sudut pandang orang ketiga yang disebut dengan diaan atau disebut dengan insider atau outsider.
Namun, ada juga cerita yang menggunakan sudut pandang campuran, yaitu kedua sudut pandang tersebut (akuan
dan diaan) digunakan di dalam sebuah cerita.
G. GAYA
Suatu hal yang penting dan tidak dihindari adalah bahwa gaya bercerita sangat berkaitan dengan unsur-
unsur cerita, seperti tema, latar, tokoh, dan sudut pandang. Misalnya, cerita yang menggunakan latar
daerah Jawa tidak menutup kemungkinan digunanak beberapa kosakata bahasa Jawa sesuai dengan
budaya yang ada di daerah yang dijadikan latar tempat oleh si pengarang. Tokoh terpelajar akan memilih
kata-kata yang sesuai dengan wawasan keilmuan yang dimiliki si tokoh, demikian pula hubungan unsur-
unsur cerita yang lain. Gaya akan selalu disesuaikan dengan semua aspek yang ada dalam cerita
sehingga cerita benar-benar menyatu atau tidak terjadi ketimpangan atau keanehan yang membuat
pembaca merasa bingung atau cerita menjadi tidak menarik perhatian.
Gaya dalam bercerita juga berkaitan dengan sasaran cerita, artinya cerita yang disusun ditujukan untuk
siapa. Cerita untuk siswa SD menggunakan bahasa dan gaya yang berbeda dengan cerita yang ditujukan
untuk remaja, orang dewasa, atau orang yang sudah usia lanjut.
KB 3
Analisis Cerita
Anak-anak
 Kata analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna penyelidikan terhadap
sesuatu. Penyelidikan ini berhubungan dengan segala hal yang dapat diselidiki tentang
sesuatu tersebut. Jadi, analisis cerita anak-anak merupakan suatu kegiatan menyelidiki atau
mempelajari secara cermat tentang segala yang ada dalam cerita anak-anak.

 Penyelidikan atau analisis tentang tema bertujuan untuk mengetahui tema atau gagasan dasar
yang disampaikan oleh pengarang. Seperti yang telah kita ketahui bahwa tema berkaitan erat
dengan amanat yang akan disampaikan. Amanat atau isi kandungan sebuah cerita anak-anak
dapat berisi pesan moral, nasihat atau pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman tentang
kehidupan yang dibungkus oleh unsur-unsur cerita.

 Analisis unsur berikutnya adalah analisis tentang tokoh. Dengan menganalisis tokoh
sekaligus penokohannya, kita harus mencermati karakter para tokoh dan perannya dalam
cerita tersebut. Dari gaya bahasa yang digunakan para tokoh, kita akan menemukan siapa
sebenarnya para tokoh yang ada dalam cerita.
 Latar atau setting dapat kita analisis melalui tempat kejadian setiap peristiwa yang
digambarkan dalam cerita tersebut. Latar cerita dapat berupa suatu tempat yang memiliki
lokasi sangat luas, seperti negara, provinsi, kota, dan desa, atau lokasi yang lebih kecil,
seperti sekolah, tempat umum, rumah, atau bahkan hanya sebuah ruang tamu, dapur atau
ruang tidur. Di dalam latar jiga sering digambarkan latar waktu, seperti beberapa ratus atau
beberapa puluhan tahun, bulan, minggu yang lalu, kemarin, malam, siang, pagi. Latar akan
membawa kita pada situasi dan suasana dalam cerita.

 Alur, seperti yang telah kita ketahui adalah jalinan peristiwa yang diuntai oleh pengarang
menjadi cerita yang utuh. Melalui alur dan gaya cerita yang digunakan pengarang, akan
tampak jelas bagaimana kepandaian pengarang dalam menuangkan ide atau gagasannya
melalui cerita.

 Unsur gaya dapat menentukan karakter para tokoh yang digambarkan melalui penggunaan
bahasa, juga dapat menggambarkan suasana latar cerita dengan tepat. Suasana dalam cerita
dapat dirasakan oleh pembaca karena gaya pengaraang dalam memilih kata-kata dalam
mendeskripsikan suasana cerita. Misal, suasana malam hari yang dingin, siang hari di sebuah
padang yang tandus, suasana hening karena ketakutan.
 Sudut pandang diaan atau akuan dipilih pengarang berdasarkan tujuan pengarang dalam bercerita. Bila
pengarang menginginkan agar pembaca seolah-olah menjadi tokoh utama cerita maka pengarang menggunakan
sudut pandang akuan, sedangkan apabila pembaca diminta untuk menghayati pengalaman hidup tokoh-tokoh
cerita maka pengarang akan menggunakan sudut pandang diaan.

 Pada hakikatnya unsur-unsur cerita tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Tidak ada salah satu unsur
cerita yang lebih penting dari unsur lainnya. Semuanya saling mendukung untuk mencapai keutuhan sebuah
cerita.
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai