Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN


DIABETE MELITUS
KELOMPOK 3 / A1 2018
KELOMPOK 3
A1 2018

ADI HERMAWAN NH0118003


ANIS ILAHI SARASWATI NH0118009
FITRI RAMADHANI NH0118021
FIZRIANI PANDIALI NH0118022
FRANSISKA SISILIA NH0118023
KRISTINA YOU NH0118040
MATHILDA SANDY NH0118044

Mata Kuliah : Keperawatan Kritis


Dosen Pengampu : Hasriana, S.Kep., Ns., M.Kes
Agenda Discussion
01 Sistem Endokrin

02 Konsep Medis Diabetes Melitus

03 Konsep Keperawatan Diabetes melitus

04 Asuhan Keperawatan
Latar Belakang
Sistem endokrin meliputi sistem dan alat yang mengeluarkan
hormon atau alat yang merangsang keluarnya hormon yang
berupa mediator kimia. Sistem endokrin berkaitan dengan
sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh.
(Ningsih & Kusuma, 2017).
Salah satu penyakit degeneratif dan gangguan pada sistem endokrin yang
memerlukan penanganan secara tepat dan serius adalah diabetes mellitus
(Rostika, Hikayati, & Sigit, 2017).

WHO 2014 IDF 2017

2014 2045
2017 628,6 jt
1980 422 jt
108 jt 2014 424,9
jt
387 jt
Lanjutan..
Indonesia
Prevelensi DM yang terdiagnosis
dokter tertinggi terdapat di :
2045 Berdasarkan survey Dinas
2017 16,7 jt Kesehatan kota Makassar tahun
2016
10,3 jt

Kalimantan
Sulawesi
Yogyakarta
DKI Timur
Utara
sebanyak
Jakarta 2,6%
2,4%, 2,3%
2,5%, 2016
2015 4.555
2014 5.700
1.894
01. Sistem Endokrin
Sistem endokrin merupakan sistem kelenjar yang bekerja pada tubuh manusia yang
hasil sekresinya langsung ke dalam darah tanpa melewati duktus atau saluran dan
dari sekresi tersebut adalah hormon.
Menurut Sherwood 2010 Sistem Endokrin adalah sistem yang terdiri dari kelenjar
endokrin buntu atau tanpa saluran yang tersebar pada bagian tubuh (Utomo &
Hidayat, 2017).
Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin
Lanjutan..
Kelenjar terdiri dari dua tipe yaitu endokrin & eksokrin. Kelenjar endokrin
melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah. Dimana kelenjar endokrin
terdapat pada pulau Langerhans, kelenjar gonad (ovarium dan testis), kelenjar
adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid, sedangkan kelenjar eksokrin melepaskan
sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh seperti kulit dan organ
internal (lapisan traktus intestinal-sel APUD).(Ningsih & Kusuma, 2017)

Terdapat dua klasifikasi pembagian hormon yaitu hormon yang larut dalam
air dan lemak.
Lanjutan..
Dimana yang termasuk kelenjar endokrin adalah :
(Ningsih & Kusuma, 2017)
Pulau Langerhans
Hipotalamus
pada pangkreas

Hipofisis anterior dan Anak ginjal, kortex


posterior dan medula

Gonad (ovarium dan


Kelenjar Tiroid
testis)

Sel APUD di lambung,


Kelenjar Paratiroid
usus dan pankreas
Kelenjar Gonad
Sel APUD
Lanjutan..
Fungsi Sistem Endokrin
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif Penyakit Pada Sistem Endokrin
pada janin yang sedang berkembang 1. Diabetes Mellitus
2. Menstimulasi urutan perkembangan
3. Mengkoordinasi sistem reproduktif
2. Diabetes Insipidus

4. Memelihara lingkungan internal optimal 3. Hipotiroid


4. Hipertiroid
5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika
5. Penyakit Addison
terjadi situasi darurat
6. Sindrom Cushing
7. Sindrom Adrenogenital
02. Konsep Medis Diabetes Melitus
1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit


metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Chrisanto,
2017).

WHO mengemukakan bahwa Diabetes Melitus merupakan penyakit


kronis yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan insulin yang
cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
insulin yang dihasilkan (Srimiyati, 2018).
Lanjutan..
2. Etiologi Diabetes Melitus

Faktor risiko dapat menyebabkan terjadinya penyakit diabetes


melitus biasanya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
(Kuswinarti & Kusumawati, 2020)

1. Genetik

2. Usia

3. Stres

4. Pola makan yang salah


Lanjutan..
3. Patofisiologi Diabetes Melitus

Sebagian besar gambaran patologi dari DM dapat dihubungkan dengan salah


satu efek utama akibat kurangnya insulin. Dimana berkurangnya pemakaian
glukosa pada sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa
darah setinggi 300 – 1200 mg/dL.
Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolism lemak yang abnormal disertai dengan
endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah dan akibat dari berkurangnya
protein dalam jaringan tubuh. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan
timbul polidipsi. (Manurung, 2018)
Lanjutan..
4. Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita diabetes melitus dapat bersifat
akut maupun kronik. (Kuswinarti & Kusumawati, 2020)

Komplikasi kronik diantaranya dapat menyebabkan kerusakan


pada beberapa organ, yaitu
Komplikasi akut diantaranya yaitu
1. mata (retinopati)
1. hiperglikemia dengan ketoasidosis
2. Diabetic Kidney Disease (DKD
2. hiperosmolar non ketogenik.
3. syaraf (neuropati)
4. pembuluh darah (aterosklerosis)
5. Jantung
Lanjutan..
5. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus

Menurut Smelzer dan Bare, pemeriksaan penunjang yang dapat


dilakukan pada penderita diabetes melitus adalah : (Octavia, 2020)

- Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

b. Palpasi

- Pemeriksaan vaskuler

a. Pemeriksaan radiologi

b. Pemeriksaan laboratorium
Lanjutan..
6. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Adapun komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu

a. Diet

b. Exercise (latihan fisik/olahraga)

c. Pendidikan Kesehatan

d. Obat
Lanjutan..
7. Pencegahan Diabetes Melitus

Pencegahan penyakit diabetes melitus dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu :
(Firmansyah, 2018)

1. pencegahan primer

2. Pencegahan sekunder

3. Pencegahan tersier
03. Konsep Keperawatan Diabetes Melitus
2. Diagnosa Keperawatan Yang Biasanya Muncul
3. Intervensi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
1. Pengkajian biologis
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan 4. Implementasi
1) Identitas klien, tubuh b.d. ketidakmampuan menggunakan
glukose (tipe 1)
5. Evaluasi
2) Keluhan utama 3) Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan
imobilisasi
3) Riwayat kesehatan sekarang 4) Defisit Volume Cairan berhubungan dengan
Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan
4) Riwayat kesehatan dahulu mekanisme pengaturan
5) Defisit perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan fisik
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia
jaringan.
6) Pemeriksaan Fisik
04. Asuhan Keperawatan
Kasus :
Klien Ny.A (58 th) dengan diagnosa medis Diabetes Melitus datang ke RS dengan
keluhan badan lemas, pusing dan buang air besar cair 5 kali. Pada saat dilakukan
pengkajian Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, pasien hanya habis setengah
porsi dari diet RS, Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit DM sejak 3 tahun
yang lalu, Anak pasien mengatakan pasien kontrol rutin di puskesmas, namun pasien
terkadang lupa untuk meminum obat rutinnya, Pasien mengatakan untuk mandi, makan,
minum dan ke kamar mandi dibantu oleh anaknya, Pasien tampak lemas, Pasien tampak
lemah, Terpasang infus NaCl 0,9% di punggung tangan kiri pasien sejak tanggal 29 Juni
2021 dan dari pengkajian didapatkan hasil TD 100/70 mmHg, GDS 529 mg/dL.
Lanjutan..
a. Pasien
A. Pengkajian
Nama Pasien : Ny. A
1. Identitas
Tempat tanggal lahir : Makassar, 31 Desember 1960
Jenis Kelamin : Perempuan
b. Penanggung Jawab/ Keluarga
Agama : Islam Nama : Bp. R
Pendidikan : SD Umur : 69 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan : Buruh
Status Perkawinan : Kawin Alamat : Perintis KM 8
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia Hubungan dengan pasien : Suami
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Perintis KM 8
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
No.RM : 009973
Tanggal Masuk RS : 29 Juni 2021 
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
- Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien mengeluhkan badan lemas, pusing dan buang air besar cair 5 kali
- Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan masuk RS : pasien mengatakan badan terasa lemas, pusing, buang air besar cair sudah 5
kali, pasien mempunyai riwayat DM 3 tahun yang lalu.
b) Riwayat kesehatan pasien : pasien mengatakan badan terasa lemas, pusing sejak 3 hari yang lalu,
buang air besar cair 5 kali dalam sehari. Pada tanggal 29 Juni 2021 pasien berobat di Poli Dalam
di RS Dy kemudian pasien menjalani rawat inap di bangsal Kirana.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Pasien mengatakan sakit DM sejak 3 tahun yang lalu, pasien berobat rutin di Puskesmas,
mendapatkan terapi metformin dan glimipirid
b) Anak pasien mengatakan terkadang pasien lupa meminum obat rutinnya
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Genogram

- Dari pihak keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit DM seperti pasien
3. Kesehatan Fungsional

a. Aspek Fisik-Biologis
- Nutrisi
a) Sebelum sakit
Pasien makan 3x sehari, 1 porsi habis. Makanan yang dikonsumsi pasien
berupa nasi sayur dan lauk.Kemudian pasien minum 8-10 gelas perhari(1500-
2000cc) berupa air putih.Pasien selalu minum teh manis setiap hari.
b) Selama sakit
Pasien mengatakan pasien makan 3x sehari, habis setengah porsi. Makanan
yang dikonsumsi pasien berupa nasi sayur dan lauk. Kemudian pasien minum
8-10 gelas perhari(1500-2000cc) berupa air putih.
- Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
BAB teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk dan warna feses lunak
berwarna kuning kecoklatan. Buang air kecil lancar kurang lebih sebanyak 5-6
kali.
b) Selama sakit
Selama dirumah sakit pasien buang air besar cair 5 kali dalam sehari sekali.
Terdapat ampas. Warna kuning bau khas feses. Untuk buang air kecil pasien
lancarr sehari 5-6 kali sehari. Urine berwarna kuning jernih.
Lanjutan..
- Pola Aktivitas
a) Sebelum sakit b) Selama sakit
1) Keadaan aktivitas sehari-hari 1) Keadaan aktivitas sehari-hari
Pasien setiap hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien setiap hari bekerja sebagai ibu rumah
Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, tangga. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari
makan, BAB/ BAK dan berpakaian pasien meliputi mandi, makan, BAB/ BAK dan
melakukannya secara mandiri dan tidak menggunakan berpakaian pasien dibantu oleh anaknya.
alat bantu. 2) Keadaan pernafasan
2) Keadaan pernafasa Pasien bernafas menggunakan hidung,
Pasien bernafas menggunakan hidung, pernafasan pernafasan teratur.
teratur. 3) Keadaan kardiovaskuler
3) Keadaan kardiovaskuler Pasien mengatakan tidak berdebar-debar setelah
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit jantung. melakukan aktivitas
Lanjutan.. b. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
- Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Pasien mengatakan apabila sakit pasien dan keluarga berobat di puskesmas terdekat.
- Kebutuhan Istirahat-tidur
Pasien belum mengerti tentang pengobatan rutin tentang penyakitnya.
a) Sebelum sakit
- Pola hubungan
Sebelum sakit kebutuhan
Pasien menikah satu kali, dan tinggal bersama suami
istirahat-tidur pasien tercukupi,
- Koping atau toleransi stres
pasien biasanya dalam sehari
Pengambilan keputusan dalam menjalankan tindakan dilakukan oleh pihak keluarga,
tidur 6-8 jam.
terutama suami pasien dan pasien.
b) Selama sakit
- Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya
Selama sakit pasien mengatakan
a) Keadaan mental : Pasien dalam keadaan compos mentis (sadar penuh)
tidak ada perubahan dalam pola
b) Berbicara : Pasien dapat berbicara dengan lancar
tidurnya di rumah sakit. Selama
c) Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa dan Indonesia
di Rumah Sakit pasien lebih
d) Kemampuan bicara : Tidak ada gangguan
banyak waktunya untuk
e) Pengetahuan pasien terhadap penyakit : Pasien mengatakan paham mengenai
istirahat.
penyakit yang dideritanya.
f) Persepsi tentang penyakit : Pasien menurut pada apa yang disarankan oleh
keluarganya.
Lanjutan..
- Konsep diri
a) Gambaran diri - Seksual
Pasien mengatakan lemas. Pasien sedikit terganggu dalam Pasien tidak memikirkan
menjalankan aktivitas karena merasa lemas. kebutuhan seksualnya
b) Harga diri - Nilai
Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai harapan Pasien memahami nilai-nilai
terhadap hidupnya yang berlaku dalam masyarakat,
c) Peran diri pasien memahami hal-hal yang
Pasien mengakui perannya sebagai seorang ibu rumah tangga, baik dan yang benar
pasien mengatakan bahwa ingin segera sembuh dan
berkumpul dengan keluarga. c. Aspek Lingkungan Fisik
d) Ideal diri Rumah pasien berada di
Pasien lebih menurut pada keluarganya pedesaan.
e) Identitas diri
Pasien mengenali siapa dirinya
4. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo-Caudal)


a. Keadaan Umum
- Kulit
- Kesadaran : Composmentis
Kulit lembab berwarna sawo matang, tidak terdapat lesi,
- Status Gizi :
pertumbuhan rambut merata. Turgor kulit baik.
TB = 155cm
- Kepala
BB = 60 kg
a) Rambut : Rambut lurus, rambut hitam terdapat uban, dan
IMT = 24,97 kg/m2
berambut tebal.Rambut tertata rapi.
- Tanda Vital
b) Mata : Konjungtiva tidak anemis, dilatasi pupil normal, reflek
TD = 100/70 mmHg
pupil baik, sklera baik
Nadi = 88 x/menit
c) Hidung : Normal dan simetris tidak terdapat lesi.
Suhu = 36,2 oC
d) Telinga : Kedua lubang telinga bersih tidak mengeluarkan
RR = 22 x/menit
cairan
- Skala Nyeri
e) Mulut : Mulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat berwarna
Pasien mengatakan tidak
putih kekuningan, mukosa bibir lembab, tidak berbau mulut
merasakan nyeri pada tubuhnya.
Lanjutan..
- Leher - Punggung

Tidak ada benjolan ( tidak terdapat pembesaran vena jugularis) Bentuk punggung simetris, tidak terdapat

- Tengkuk luka, kulit berwarna sawo matang..

Pada tengkuk tidak terdapat benjolan yang abnormal. - Abdomen

- Thorax a) Inspeksi : Warna kulit sawo matang,

a) Inspeksi : Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna kulit merata warna kulit merata, tidak terdapat

b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada simetris bekas luka.

c) Perkusi : suara sonor b) Auskultasi : Peristaltik usus 38 kali

d) Auskultasi : suara trakheal, bronkhial, bronko vesikuler permenit, terdengar jelas

- Kardivaskuler c) Perkusi : Terdengar hasil ketukan

a) Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit merata, persebaran rambut merata ―tympani‖ di semua kuadran

b) Palpasi : Teraba iktus kordis pada interkostalis ke 5, 2 cm dari abdomen

midklavikularis kiri. d) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,, tidak

c) Perkusi : Suara redup terdapat edema, tidak terdapat massa

d) Auskultasi : Suara S1 dan S2 normal dan benjolan yang abnormal


Lanjutan..
- Panggul
Bentuk panggul normal, warna kulit panggul merata kecoklatan, tidak terdapat lesi,
pertumbuhan rambut tipis merata
- Anus dan rectum
Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat pembengkakan. Warna merah
tua.
- Genetalia
Pada Genetalia pasien normal, tidak ada luka.
- Ekstremitas
a) Atas
Tangan kanan dan kiri bisa digerakkan secara leluasa. Kekuatan otot 5, Tangan kiri
terpasang infus NaCl 0,9 % 20 tpm.
b) Bawah
Kedua telapak kaki kanan dan kiri tidak terjadi kelemahan, anggota gerak lengkap,
tidak terdapat edema, kekuatan otot 5, Kuku pada jari kaki terlihat bersih
Pemeriksaan body sistem dalam 6B

B1 Breathing : Hidung normal dan terlihat simetris tidak terdapat lesi, tidak ada cekret atau cairan, fungsih penciuman
baik, serta dapat membedakan bau minyak angin dan parfum. Benduk dada Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna
kulit merata, tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada simetris, suara sonor, suara trakheal, bronkhial, bronko vesikuler.

B2 Bleading : Pada Kardivaskuler tidak ada lesi, warna kulit merata, persebaran rambut merata, Teraba iktus kordis pada
interkostalis ke 5, 2 cm dari midklavikularis kiri.Suara redup, suara jantung normal.

B3 Brain : Persyarafan, nilai GCS 15 (E:4, V:5, M:6), pasien tampak lemas, kepala dan wajah simetris, gerakan wajah
normal, mata simetris, fungsih pendengaran normal, fungsih penciuman normal, fungsih pengecapan normal, fungsih
penglihatan normal.
Lanjutan..

B4 Bladder : Pada perkemihan-eliminasi frekuensi minum klien 4-5 kali perhari, urine warna kuning bening
dengan bau khas. Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada pola eliminasi urine.

B5 Bowel : Pada pencernaan-eliminasin tidak terdapat peradangan, Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat
edema, tidak terdapat massa dan benjolan yang abnormal, BAB dengan konsistensi lunak

B6 Bone : pada pemeriksaan tulang-otot-integumen pergerakan sendi pasien baik. Ekstermitas atas Tangan
kanan dan kiri bisa digerakkan secara leluasa tidak ada fraktur dan nyeri otot. Kekuatan otot 5, Tangan kiri
terpasang infus NaCl 0,9 % 20 tpm. Ekstermitas Bawah Kedua telapak kaki kanan dan kiri tidak terjadi
kelemahan, anggota gerak lengkap, tidak terdapat edema dan fraktur, kekuatan otot 5, Kuku pada jari kaki
terlihat bersih.
5. Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan Patologi Klinik

Ny. A dari Ruang Kirana RS Dy , Senin, 2 Juli 2021


2. Terapi Pengobatan

No Jenis Pemeriksaan Hasil (Satuan) Satuan Nilai Rujukan


Ny. A dari Ruang Kirana RS Dy , Senin, 2 Juli 2021
1 Hemoglobin 12,5 Mg/dL 75-140
Hari/Tanggal Obat Dosis dan satuan Rute
2 Eritrosit 3,79 M/uL 3,9 – 5,5
Senin, 2 Juli 2021 NaCl 0,9% 20 tpm IV
3 GDS 529 Mg/dL <200
  Novorapid 3 x 12 ui SC
4 Leukosit 14.600 K/uL 4.000 – 10.000
Selasa, 3 Juli 2021 Ceftriaxone 1 gram/12jam IV

  NaCl 0,9% 20 tpm IV

Rabu, 4 Juli 2021 Novorapid 3 x 16 ui SC

  Ceftriaxone 1 gram/12jam IV
6. Analisa Data
DATA MASALAH PENYEBAB
DS : Risiko gangguan Ketidakpatuhan
- Pasien mengatakan lemas dan pusing ketidakseimbangan dalam pengobatan
- Pasien mengatakan nafsumakan berkurang, pasien hanya habis setengah porsi dari diet RS kadar glukosa darah
- Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit DM sejak 3 tahun yang lalu
- Anak pasien mengatakan pasien kontrol rutin di puskesmas, namun pasien terkadang lupa untuk
meminum obat rutinnya
DO :
- GDS 529 mg/dL
- Pasien tampak lemas
 
 

DS : Defisit perawatan diri Kelemahan fisik


- Pasien mengatakan lemas dan pusing Pasien mengatakan, untuk mandi, makan, minum dan ke kamar
mandi dibantu oleh anaknya
DO :
- Pasien tampak lemah
- TD 100/70 mmHg

DS : - Risiko infeksi Prosedure invasif


DO :
- Terpasang infus NaCl 0,9% di punggung tangan kiri pasien sejak tanggal 29 Juni 2021
B. Diagnosa
- Pasien mengatakan mempunyai riwayat
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik,
penyakit DM sejak 3 tahun yang lalu
ditandai dengan :
- Anak pasien mengatakan pasien kontrol
DS :
rutin di puskesmas, namun pasien
- Pasien mengatakan lemas dan pusing
terkadang lupa untuk meminum obat
- Pasien mengatakan, untuk mandi, makan,
rutinnya
minum danke kamar mandi dibantu oleh
DO :
anaknya
- GDS 529 mg/dL
DO :
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak lemah TD 100/70 mmHg
3. Risiko infeksi dengan factor risiko procedure
2. Risiko gangguan ketidakseimbangan kadar glukosa dalam
invasive
darah dengan factor risiko ketidakpatuhan dalam pengobatan,
DS :
ditandai dengan :
-  
DS :
DO :
- Pasien mengatakan lemas dan pusing
- Terpasang infus NaCl 0,9% dipunggung
- Pasien mengatakan nafsumakan berkurang,
tangan kiri pasien sejak tanggal 29 Juni
pasien hanya habis setengah porsi dari diet RS
2021
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Risiko gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan a. Monitor tingkat kepatuhan a. Pasien patuh dalam
ketidakseimbangan selama 3 x 24 jam, risiko pasien dalam pengobatan pengobatan.
kadar glukosa darah ketidakstabilan kadar glukosa darah
b. Pendidikan Kesehatan b. Pasien mengetahui pengobatan
dengan factor risiko teratasi dengan kriteria :
tentang pengobatan DM DM
ketidakpatuhan dalam
a. Pasien mengatakan bersedia patuh
pengobatan c. Ajarkan pasien dan c. Pasien dan keluarga dapat
dalam pengobatan
keluarga cara penggunaan mengelola pengobatan DM
b. GDS <200 injeksi novorapid selama selama di rumah
dirumah
c. Pasien dapat merubah pola hidup DM d. Novorapid injeksi sebagai
d. Kolaborasi dengan dokter pengganti fungsi insulin dalam
d. Pasien dan keluarga dapat mengelola
pemberian injeksi tubuh untuk menstabilkan
terapi pengobatan DM selama
novorapid 3x12 unit/SC kadar glukosa dalam darah
dirumah
Lanjutan..

2 Risiko Setelah dilakukan asuhan a. Pantau tanda-tanda a. Mengidentifikasi tanda-tanda


Infeksi keperawatan selama 3 x 24 jam vital. peradangan terutama bila suhu
berhubunga infeksi tidak terjadi dengan b. Lakukan perawatan tubuh meningkat
n dengan kriteria: terhadap prosedur b. Mengendalikan penyebaran
procedure a. Tidak ada tanda-tanda invasif seperti infus, mikroorganisme patogen.
invasive infeksi (dolor, kalor, rubor, kateter, drainase luka c. Untuk mengurangi risiko infeksi
tumor, fungtio laesa) c. Jika ditemukan tanda nosokomial.
b. Luka bersih, tidak lembab infeksi kolaborasi untuk d. Penurunan Hb dan peningkatan
dan tidak kotor. pemeriksaan darah, jumlah leukosit dari normal bisa
c. Balutan infus bersih, tidak, seperti Hb dan leukosit terjadi akibat terjadinya proses
lembab, dan tidak kotor d. Kolaborasi untuk infeksi
d. Tanda-tanda vital dalam pemberian antibiotik e. Antibiotik mencegah
batas normal. ceftriaxone 1gr/24 jam perkembangan mikroorganisme
(TD: 110-120/60-80 mmHg, N: patogen.
60-100 x/mnt, RR: 16- 20x/mnt,
S :36- 36,5°C).
Lanjutan..

3 Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan a. Observasi tingkat a. Mengetahui keadekuatan pasien
diri berhubungan keperawatan selama 3x24 jam, kemandirian pasien dalam dalam melakukan personal hygiene
dengan nyeri, diharapkan kebutuhan personal melakukan personal b. Sebagai upaya menjaga kebersihan
kelemahan hygiene pasien dapat terpenuhi hygiene tubuh pasien
dengan kriteria hasil b. Berikan Air hangat c. Menekankan pentingnya kebersihan
- Kebersihan pasien terjagn c. Motivasi pasien untuk tubuh agar tidak terjadi komplikasi
- Pasien tidak bau personal hygiene 2 kali atau infeksii nosokomial
sehari pagi dan sore
d. Motivasi keluarga untuk
menjaga kebersihan diri
dan lingkungan ketika
membesuk
D. Implementasi Dan Evaluasi

1. Diagnosa keperawatan : Risiko gangguan ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan dengan
ketidakpatuhan dalam pengobata
Hari/Tanggal Pelaksanaan Evaluasi
Senin, 2 Juli Jam 10.00 Jam 14.00
2021 Menanyakan tingkat kepatuhan S :
pasien dalam pengobatan - Pasien mengatakan selalu kontrol rutin ke puskesmas Anak pasien
Jam 10.10 mengatakan terkadang pasien lupa meminum obat rutinnya Pasien
Mengajarkan pasien tentang mengatakan obat sudah disuntikan
pengobatan DM O:
Jam 11.30 - Obat rutin metformin dalam sebulan masih tersisa Pasien
Melakukan kolaborasi dengan memahami apabila harus berobat rutin Injeksi novorapid 12 unit/SC
dokter pemberian injeksi novorapid berhasil diberikan di lengan atas pasien
3x12 unit/sc A:
- Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi, Kelola pemberian injeksi novorapid 12 unit/SC
Lanjutan..
  Jam 18.00 Jam 18.40
Melakukan kolaborasi dengan dokter S:
pemberian injeksi novorapid 3x12 unitb - Pasien mengatakan obat sudah disuntikan
O:
- Injeksi novorapid 12 unit/SC berhasil diberikan di lengan atas pasien
A:
- Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi, Kelola pemberian injeksi novorapid 12 unit/SC

Selasa, Jam 06.00 Jam 06.10


3 Juli Melakukan kolaborasi dengan dokter S:
2021 pemberian injeksi novorapid 3x12 unit dan - Pasien mengatakan obat sudah disuntikan Keluarga pasien mengatakan belum berani
mengajarkan pasien dan keluarga untuk menyuntikkan obatnya
memberikan novorapid 12unit/ SC O:
- Injeksi novorapid 12 unit/SC berhasil diberikan di lengan atas pasien
A:
- Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi Kolaborasi dengan dokter pemberian injeksi novorapid 12 unit/SC
Lanjutan..

  Jam 11.30 Jam 11.40


Melakukan kolaborasi dengan dokter pemberian injeksi S :
novorapid 3x16 unit dan mengajarkan pasien dan - Pasien mengatakan lemas berkurang
keluarga untuk memberikan novorapid 16unit/ SC - Pasien mengatakan obat sudah disuntikan
Keluarga
- Pasien mengatakan mau belajar menyuntikkan
obatnya
O:
- Injeksi novorapid 12 unit/SC berhasil diberikan
di lengan atas pasien
A:
- Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam
darah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi Kolaborasi dengan dokter
pemberian injeksi novorapid 12 unit/SC
Lanjutan..

Jam 18.00 Jam 18.10


Melakukan kolaborasi dengan dokter pemberian injeksi S :
novorapid 3x16 unit dan mengajarkan pasien dan Pasien mengatakan badan sudah enakan Pasien
keluarga untuk memberikan novorapid 16unit/ SC mengatakan obat sudah disuntikan Keluarga pasien
mengatakan mau belajar menyuntikkan obatnya
O:
Injeksi novorapid 12 unit/SC berhasil diberikan di
lengan atas pasien
A:
Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah
teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi Kolaborasi dengan dokter
pemberian injeksi novorapid 12 unit/SC
Lanjutan..
Jam 11.30 Jam 11.40
Rabu, 4 Juli
Melakukan kolaborasi dengan dokter pemberian S:
2021 injeksi novorapid 3x16 unit dan mengajarkan Pasien mengatakan lemas berkurang
pasien dan keluarga untuk memberikan Pasien mengatakan obat sudah disuntikan
novorapid 16unit/ SC Keluarga pasien mengatakan sudah bisa
menyuntikkan obatnya.
O:
Injeksi novorapid 12 unit/SC berhasil
diberikan di lengan atas pasien
Keluarga mampu mengelola novorapid injeksi
dengan benar
A:
Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam
darah teratasi
P:
Intervensi Dihentikan
2. Diagnosa keperawatan : Risiko infeksi dengan factor risiko prosedure invasive
Hari/Tanggal Pelaksanaan Evaluasi
Senin, 2 Juli Jam 09.00 Jam 12.00
2021 Memantau tanda-tanda vital S:
pasien Pasien mengatakan masi lemas dan pusing
Jam 11.00 Pasien mengatakan tidak sakit saat obat disuntikkan
Melakukan Kolaborasi untuk O:
pemberian antibiotik TD = 100/70 mmHg
ceftriaxone 1gr/24 jam Nadi = 88 x/menit
Suhu = 36,2 oC
RR = 22 x/menit
Injeksi ceftriaxone 1 gram berhasil disuntikkan melalui kateter infus pasien
ditangan kiri
A:
Risiko infeksi teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Lanjutan..

Selasa, 3 Jam 08.00 Jam 14.00


Juli 2021 Melakukan dressing infus S:
Pasien mengatakan infusnya tidak terasa gatal
O:
Tidak Nampak tanda-tanda infeksi pada pemasangan infus ditangan
kiri pasien, Injeksi ceftriaxone 1 gram berhasil disuntikkan melalui
kateter infus pasien ditangan kiri
A:
Risiko infeksi teratasi sebagian
 
P:
Lanjutkan intervensi
Lanjutan..

Rabu, 4 Juli Jam 09.00 Jam 14.00


2021 Melakukan kolaborasi S : Pasien mengatakan tidak sakit saat obat disuntikkan, Pasien
dengan dokter pemberian mengatakan terasa lega setelah infus dan kateter dilepas
antibiotic ceftriaxone 1 O : Injeksi ceftriaxone 1 gram berhasil disuntikkan melalui kateter
gram/24jam/ IV infus pasien ditangan kiri, Kateter infus berhasil diaff
Jam 13.00 A : Risiko infeksi teratasi
Melakukan ap infus P : Hentikan intervensi, pasien BLPL
3. Diagnosa keperawatan : Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
Hari/Tanggal Pelaksanaan Evaluasi
Senin, 2 Juli Jam 16.00 Jam 16.20
2021 Mengobservasi tingkat S:
kemandirian pasien dalam - Pasien mengatakan mandi dibantu oleh anaknya karena masih
melakukan personal terasa pusing Pasien mengatakan mandi sehari sekali pada pagi
hygiene hari, karena pasien tidak bisa mandi sendiri, harus dibantu oleh
Jam 16.10 anaknya
Memotivasi pasien untuk O:
personal hygiene 2 kali - Pasien tampak lemah dan pucat Wajah pasien nampak
sehari, pagi dan sore berminnyak dan kulitnya terasa lengket
A:
- Defisit perawatan diri belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
Lanjutan..
Selasa, 3 Juli Jam 07.00 Jam 07.10
2021 Mengobservasi tingkat S : Pasien mengatakan masih agak lemas
kemandirian pasien dalam O : TTD 110/70 mmHg
melakukan personal hygiene

  Jam 07.10 Memotivasi pasien Jam 07.20


untuk personal hygiene 2 kali S : Pasien mengatakan sudah mandi, dan bersedia mandi 2 kali sehari pagi
sehari, pagi dan sore ini sama nanti sore
O : Pasien tampak bersih dan pakiannya rapi

  Jam 16.00 Jam 16.10


Mengobservasi tingkat S : Pasien belajar mandi sendiri
kemandirian pasien dalam O : Pasien tampak lebih bugar
melakukan personal hygiene

Jam 16.20
S : Pasien belajar mandi sendiri Pasien mengatakan sudah mandi,
O : Pasien tampak bersih dan pakiannya rapi Pasien tampak lebih bugar
A : Defisit perawatan teratasi
P : Hentikan intervensi
Daftar Pustaka
Angriani, S., Hariani, H., & Dwianti, U. (2019). Efektifitas Perawatan Luka Modern Dressing Dengan Metode Moist Wound Healing Pada Ulkus Diabetik Di Klinik Perawatan Luka Etn Centre
Makassar. Politeknik Kesehatan Makassar, 10(01), 2087–2122.

Bhatt, H., Saklani, S., & Upadhayay, K. (2016). Anti-oxidant and anti-diabetic activities of ethanolic extract of Primula Denticulata Flowers. Indonesian Journal of Pharmacy, 27(2), 74–79.
https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74

Chrisanto, E. Y. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Perawat tentang Perawatan Ulkus Diabetik dengan Metode Moist Wound Healing di RSD Mayjend H. M. Ryacudu Kotabumi
Lampung Utara Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), 11(2), 123–131.

Dyah, E., & Faik, A. (2021). Kodefikasi Terkait Sistem Endokrin Dan Digestif (KKPMT 2). In Modul KKPMT 2 (2nd ed.). Semarang.

Firmansyah, M. R. (2018). Hubungan Efikasi Diri Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas 7 Ulu Palembang Tahun 2017. Aisyiyah Medika, 1, 1–7.

Kuswinarti, & Kusumawati, M. (2020). Gambaran Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan Obat Antidiabetik Oral. 61–75.

Ningsih, D. P., & Kusuma, Y. L. (2017). Diabetes Mellitus, Stres dan Manajemen Stres. In STIKes Majapahit Mojokerto (Vol. 1).

Octavia, R. D. (2020). Asuhan Keperawatan Klien Dengan DiabetesMellitus Di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2020. 1–109.

Rostika, F., Hikayati, & Sigit, P. (2017). Pelatihan Senam Kaki Pada Penderita Diabetes Mellitus Dalam Upaya Pencegahan Komplikasi Diabetes Pada Kaki (Diabetes Foot). Jurnal Pengabdian
Sriwijaya, 1(1), 7–15. https://doi.org/10.37061/jps.v1i1.1543

Srimiyati. (2018). Pengetahuan Pencegahan Kaki Diabetik Penderita Diabetes Melitus Berpengaruh terhadap Perawatan Kaki. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan: MEDISAINS, 16(2), 76–82.
https://doi.org/10.30595/medisains.v16i2.2721

Utomo, D. W., & Hidayat, N. (2017). Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit pada Sistem Endokrin Manusia dengan Metode Dempster-Shafer. Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu
Komputer, 1(9), 893–903. Retrieved from http://j-ptiik.ub.ac.id
THANK YOU
Semoga Bermanfaat

Anis Ilahi Saraswati

Anda mungkin juga menyukai