Keperawatan Kritis Kelompok 3
Keperawatan Kritis Kelompok 3
04 Asuhan Keperawatan
Latar Belakang
Sistem endokrin meliputi sistem dan alat yang mengeluarkan
hormon atau alat yang merangsang keluarnya hormon yang
berupa mediator kimia. Sistem endokrin berkaitan dengan
sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh.
(Ningsih & Kusuma, 2017).
Salah satu penyakit degeneratif dan gangguan pada sistem endokrin yang
memerlukan penanganan secara tepat dan serius adalah diabetes mellitus
(Rostika, Hikayati, & Sigit, 2017).
2014 2045
2017 628,6 jt
1980 422 jt
108 jt 2014 424,9
jt
387 jt
Lanjutan..
Indonesia
Prevelensi DM yang terdiagnosis
dokter tertinggi terdapat di :
2045 Berdasarkan survey Dinas
2017 16,7 jt Kesehatan kota Makassar tahun
2016
10,3 jt
Kalimantan
Sulawesi
Yogyakarta
DKI Timur
Utara
sebanyak
Jakarta 2,6%
2,4%, 2,3%
2,5%, 2016
2015 4.555
2014 5.700
1.894
01. Sistem Endokrin
Sistem endokrin merupakan sistem kelenjar yang bekerja pada tubuh manusia yang
hasil sekresinya langsung ke dalam darah tanpa melewati duktus atau saluran dan
dari sekresi tersebut adalah hormon.
Menurut Sherwood 2010 Sistem Endokrin adalah sistem yang terdiri dari kelenjar
endokrin buntu atau tanpa saluran yang tersebar pada bagian tubuh (Utomo &
Hidayat, 2017).
Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin
Lanjutan..
Kelenjar terdiri dari dua tipe yaitu endokrin & eksokrin. Kelenjar endokrin
melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah. Dimana kelenjar endokrin
terdapat pada pulau Langerhans, kelenjar gonad (ovarium dan testis), kelenjar
adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid, sedangkan kelenjar eksokrin melepaskan
sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh seperti kulit dan organ
internal (lapisan traktus intestinal-sel APUD).(Ningsih & Kusuma, 2017)
Terdapat dua klasifikasi pembagian hormon yaitu hormon yang larut dalam
air dan lemak.
Lanjutan..
Dimana yang termasuk kelenjar endokrin adalah :
(Ningsih & Kusuma, 2017)
Pulau Langerhans
Hipotalamus
pada pangkreas
1. Genetik
2. Usia
3. Stres
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita diabetes melitus dapat bersifat
akut maupun kronik. (Kuswinarti & Kusumawati, 2020)
- Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
- Pemeriksaan vaskuler
a. Pemeriksaan radiologi
b. Pemeriksaan laboratorium
Lanjutan..
6. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
a. Diet
c. Pendidikan Kesehatan
d. Obat
Lanjutan..
7. Pencegahan Diabetes Melitus
Pencegahan penyakit diabetes melitus dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu :
(Firmansyah, 2018)
1. pencegahan primer
2. Pencegahan sekunder
3. Pencegahan tersier
03. Konsep Keperawatan Diabetes Melitus
2. Diagnosa Keperawatan Yang Biasanya Muncul
3. Intervensi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
1. Pengkajian biologis
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan 4. Implementasi
1) Identitas klien, tubuh b.d. ketidakmampuan menggunakan
glukose (tipe 1)
5. Evaluasi
2) Keluhan utama 3) Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan
imobilisasi
3) Riwayat kesehatan sekarang 4) Defisit Volume Cairan berhubungan dengan
Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan
4) Riwayat kesehatan dahulu mekanisme pengaturan
5) Defisit perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan fisik
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia
jaringan.
6) Pemeriksaan Fisik
04. Asuhan Keperawatan
Kasus :
Klien Ny.A (58 th) dengan diagnosa medis Diabetes Melitus datang ke RS dengan
keluhan badan lemas, pusing dan buang air besar cair 5 kali. Pada saat dilakukan
pengkajian Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, pasien hanya habis setengah
porsi dari diet RS, Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit DM sejak 3 tahun
yang lalu, Anak pasien mengatakan pasien kontrol rutin di puskesmas, namun pasien
terkadang lupa untuk meminum obat rutinnya, Pasien mengatakan untuk mandi, makan,
minum dan ke kamar mandi dibantu oleh anaknya, Pasien tampak lemas, Pasien tampak
lemah, Terpasang infus NaCl 0,9% di punggung tangan kiri pasien sejak tanggal 29 Juni
2021 dan dari pengkajian didapatkan hasil TD 100/70 mmHg, GDS 529 mg/dL.
Lanjutan..
a. Pasien
A. Pengkajian
Nama Pasien : Ny. A
1. Identitas
Tempat tanggal lahir : Makassar, 31 Desember 1960
Jenis Kelamin : Perempuan
b. Penanggung Jawab/ Keluarga
Agama : Islam Nama : Bp. R
Pendidikan : SD Umur : 69 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan : Buruh
Status Perkawinan : Kawin Alamat : Perintis KM 8
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia Hubungan dengan pasien : Suami
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Perintis KM 8
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
No.RM : 009973
Tanggal Masuk RS : 29 Juni 2021
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
- Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien mengeluhkan badan lemas, pusing dan buang air besar cair 5 kali
- Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan masuk RS : pasien mengatakan badan terasa lemas, pusing, buang air besar cair sudah 5
kali, pasien mempunyai riwayat DM 3 tahun yang lalu.
b) Riwayat kesehatan pasien : pasien mengatakan badan terasa lemas, pusing sejak 3 hari yang lalu,
buang air besar cair 5 kali dalam sehari. Pada tanggal 29 Juni 2021 pasien berobat di Poli Dalam
di RS Dy kemudian pasien menjalani rawat inap di bangsal Kirana.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Pasien mengatakan sakit DM sejak 3 tahun yang lalu, pasien berobat rutin di Puskesmas,
mendapatkan terapi metformin dan glimipirid
b) Anak pasien mengatakan terkadang pasien lupa meminum obat rutinnya
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Genogram
- Dari pihak keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit DM seperti pasien
3. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik-Biologis
- Nutrisi
a) Sebelum sakit
Pasien makan 3x sehari, 1 porsi habis. Makanan yang dikonsumsi pasien
berupa nasi sayur dan lauk.Kemudian pasien minum 8-10 gelas perhari(1500-
2000cc) berupa air putih.Pasien selalu minum teh manis setiap hari.
b) Selama sakit
Pasien mengatakan pasien makan 3x sehari, habis setengah porsi. Makanan
yang dikonsumsi pasien berupa nasi sayur dan lauk. Kemudian pasien minum
8-10 gelas perhari(1500-2000cc) berupa air putih.
- Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
BAB teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk dan warna feses lunak
berwarna kuning kecoklatan. Buang air kecil lancar kurang lebih sebanyak 5-6
kali.
b) Selama sakit
Selama dirumah sakit pasien buang air besar cair 5 kali dalam sehari sekali.
Terdapat ampas. Warna kuning bau khas feses. Untuk buang air kecil pasien
lancarr sehari 5-6 kali sehari. Urine berwarna kuning jernih.
Lanjutan..
- Pola Aktivitas
a) Sebelum sakit b) Selama sakit
1) Keadaan aktivitas sehari-hari 1) Keadaan aktivitas sehari-hari
Pasien setiap hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien setiap hari bekerja sebagai ibu rumah
Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, tangga. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari
makan, BAB/ BAK dan berpakaian pasien meliputi mandi, makan, BAB/ BAK dan
melakukannya secara mandiri dan tidak menggunakan berpakaian pasien dibantu oleh anaknya.
alat bantu. 2) Keadaan pernafasan
2) Keadaan pernafasa Pasien bernafas menggunakan hidung,
Pasien bernafas menggunakan hidung, pernafasan pernafasan teratur.
teratur. 3) Keadaan kardiovaskuler
3) Keadaan kardiovaskuler Pasien mengatakan tidak berdebar-debar setelah
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit jantung. melakukan aktivitas
Lanjutan.. b. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
- Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Pasien mengatakan apabila sakit pasien dan keluarga berobat di puskesmas terdekat.
- Kebutuhan Istirahat-tidur
Pasien belum mengerti tentang pengobatan rutin tentang penyakitnya.
a) Sebelum sakit
- Pola hubungan
Sebelum sakit kebutuhan
Pasien menikah satu kali, dan tinggal bersama suami
istirahat-tidur pasien tercukupi,
- Koping atau toleransi stres
pasien biasanya dalam sehari
Pengambilan keputusan dalam menjalankan tindakan dilakukan oleh pihak keluarga,
tidur 6-8 jam.
terutama suami pasien dan pasien.
b) Selama sakit
- Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya
Selama sakit pasien mengatakan
a) Keadaan mental : Pasien dalam keadaan compos mentis (sadar penuh)
tidak ada perubahan dalam pola
b) Berbicara : Pasien dapat berbicara dengan lancar
tidurnya di rumah sakit. Selama
c) Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa dan Indonesia
di Rumah Sakit pasien lebih
d) Kemampuan bicara : Tidak ada gangguan
banyak waktunya untuk
e) Pengetahuan pasien terhadap penyakit : Pasien mengatakan paham mengenai
istirahat.
penyakit yang dideritanya.
f) Persepsi tentang penyakit : Pasien menurut pada apa yang disarankan oleh
keluarganya.
Lanjutan..
- Konsep diri
a) Gambaran diri - Seksual
Pasien mengatakan lemas. Pasien sedikit terganggu dalam Pasien tidak memikirkan
menjalankan aktivitas karena merasa lemas. kebutuhan seksualnya
b) Harga diri - Nilai
Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai harapan Pasien memahami nilai-nilai
terhadap hidupnya yang berlaku dalam masyarakat,
c) Peran diri pasien memahami hal-hal yang
Pasien mengakui perannya sebagai seorang ibu rumah tangga, baik dan yang benar
pasien mengatakan bahwa ingin segera sembuh dan
berkumpul dengan keluarga. c. Aspek Lingkungan Fisik
d) Ideal diri Rumah pasien berada di
Pasien lebih menurut pada keluarganya pedesaan.
e) Identitas diri
Pasien mengenali siapa dirinya
4. Pemeriksaan Fisik
Tidak ada benjolan ( tidak terdapat pembesaran vena jugularis) Bentuk punggung simetris, tidak terdapat
a) Inspeksi : Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna kulit merata warna kulit merata, tidak terdapat
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada simetris bekas luka.
a) Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit merata, persebaran rambut merata ―tympani‖ di semua kuadran
B1 Breathing : Hidung normal dan terlihat simetris tidak terdapat lesi, tidak ada cekret atau cairan, fungsih penciuman
baik, serta dapat membedakan bau minyak angin dan parfum. Benduk dada Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna
kulit merata, tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada simetris, suara sonor, suara trakheal, bronkhial, bronko vesikuler.
B2 Bleading : Pada Kardivaskuler tidak ada lesi, warna kulit merata, persebaran rambut merata, Teraba iktus kordis pada
interkostalis ke 5, 2 cm dari midklavikularis kiri.Suara redup, suara jantung normal.
B3 Brain : Persyarafan, nilai GCS 15 (E:4, V:5, M:6), pasien tampak lemas, kepala dan wajah simetris, gerakan wajah
normal, mata simetris, fungsih pendengaran normal, fungsih penciuman normal, fungsih pengecapan normal, fungsih
penglihatan normal.
Lanjutan..
B4 Bladder : Pada perkemihan-eliminasi frekuensi minum klien 4-5 kali perhari, urine warna kuning bening
dengan bau khas. Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada pola eliminasi urine.
B5 Bowel : Pada pencernaan-eliminasin tidak terdapat peradangan, Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat
edema, tidak terdapat massa dan benjolan yang abnormal, BAB dengan konsistensi lunak
B6 Bone : pada pemeriksaan tulang-otot-integumen pergerakan sendi pasien baik. Ekstermitas atas Tangan
kanan dan kiri bisa digerakkan secara leluasa tidak ada fraktur dan nyeri otot. Kekuatan otot 5, Tangan kiri
terpasang infus NaCl 0,9 % 20 tpm. Ekstermitas Bawah Kedua telapak kaki kanan dan kiri tidak terjadi
kelemahan, anggota gerak lengkap, tidak terdapat edema dan fraktur, kekuatan otot 5, Kuku pada jari kaki
terlihat bersih.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Ceftriaxone 1 gram/12jam IV
6. Analisa Data
DATA MASALAH PENYEBAB
DS : Risiko gangguan Ketidakpatuhan
- Pasien mengatakan lemas dan pusing ketidakseimbangan dalam pengobatan
- Pasien mengatakan nafsumakan berkurang, pasien hanya habis setengah porsi dari diet RS kadar glukosa darah
- Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit DM sejak 3 tahun yang lalu
- Anak pasien mengatakan pasien kontrol rutin di puskesmas, namun pasien terkadang lupa untuk
meminum obat rutinnya
DO :
- GDS 529 mg/dL
- Pasien tampak lemas
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan a. Observasi tingkat a. Mengetahui keadekuatan pasien
diri berhubungan keperawatan selama 3x24 jam, kemandirian pasien dalam dalam melakukan personal hygiene
dengan nyeri, diharapkan kebutuhan personal melakukan personal b. Sebagai upaya menjaga kebersihan
kelemahan hygiene pasien dapat terpenuhi hygiene tubuh pasien
dengan kriteria hasil b. Berikan Air hangat c. Menekankan pentingnya kebersihan
- Kebersihan pasien terjagn c. Motivasi pasien untuk tubuh agar tidak terjadi komplikasi
- Pasien tidak bau personal hygiene 2 kali atau infeksii nosokomial
sehari pagi dan sore
d. Motivasi keluarga untuk
menjaga kebersihan diri
dan lingkungan ketika
membesuk
D. Implementasi Dan Evaluasi
1. Diagnosa keperawatan : Risiko gangguan ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan dengan
ketidakpatuhan dalam pengobata
Hari/Tanggal Pelaksanaan Evaluasi
Senin, 2 Juli Jam 10.00 Jam 14.00
2021 Menanyakan tingkat kepatuhan S :
pasien dalam pengobatan - Pasien mengatakan selalu kontrol rutin ke puskesmas Anak pasien
Jam 10.10 mengatakan terkadang pasien lupa meminum obat rutinnya Pasien
Mengajarkan pasien tentang mengatakan obat sudah disuntikan
pengobatan DM O:
Jam 11.30 - Obat rutin metformin dalam sebulan masih tersisa Pasien
Melakukan kolaborasi dengan memahami apabila harus berobat rutin Injeksi novorapid 12 unit/SC
dokter pemberian injeksi novorapid berhasil diberikan di lengan atas pasien
3x12 unit/sc A:
- Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi, Kelola pemberian injeksi novorapid 12 unit/SC
Lanjutan..
Jam 18.00 Jam 18.40
Melakukan kolaborasi dengan dokter S:
pemberian injeksi novorapid 3x12 unitb - Pasien mengatakan obat sudah disuntikan
O:
- Injeksi novorapid 12 unit/SC berhasil diberikan di lengan atas pasien
A:
- Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi, Kelola pemberian injeksi novorapid 12 unit/SC
Jam 16.20
S : Pasien belajar mandi sendiri Pasien mengatakan sudah mandi,
O : Pasien tampak bersih dan pakiannya rapi Pasien tampak lebih bugar
A : Defisit perawatan teratasi
P : Hentikan intervensi
Daftar Pustaka
Angriani, S., Hariani, H., & Dwianti, U. (2019). Efektifitas Perawatan Luka Modern Dressing Dengan Metode Moist Wound Healing Pada Ulkus Diabetik Di Klinik Perawatan Luka Etn Centre
Makassar. Politeknik Kesehatan Makassar, 10(01), 2087–2122.
Bhatt, H., Saklani, S., & Upadhayay, K. (2016). Anti-oxidant and anti-diabetic activities of ethanolic extract of Primula Denticulata Flowers. Indonesian Journal of Pharmacy, 27(2), 74–79.
https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74
Chrisanto, E. Y. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Perawat tentang Perawatan Ulkus Diabetik dengan Metode Moist Wound Healing di RSD Mayjend H. M. Ryacudu Kotabumi
Lampung Utara Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), 11(2), 123–131.
Dyah, E., & Faik, A. (2021). Kodefikasi Terkait Sistem Endokrin Dan Digestif (KKPMT 2). In Modul KKPMT 2 (2nd ed.). Semarang.
Firmansyah, M. R. (2018). Hubungan Efikasi Diri Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas 7 Ulu Palembang Tahun 2017. Aisyiyah Medika, 1, 1–7.
Kuswinarti, & Kusumawati, M. (2020). Gambaran Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan Obat Antidiabetik Oral. 61–75.
Ningsih, D. P., & Kusuma, Y. L. (2017). Diabetes Mellitus, Stres dan Manajemen Stres. In STIKes Majapahit Mojokerto (Vol. 1).
Octavia, R. D. (2020). Asuhan Keperawatan Klien Dengan DiabetesMellitus Di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2020. 1–109.
Rostika, F., Hikayati, & Sigit, P. (2017). Pelatihan Senam Kaki Pada Penderita Diabetes Mellitus Dalam Upaya Pencegahan Komplikasi Diabetes Pada Kaki (Diabetes Foot). Jurnal Pengabdian
Sriwijaya, 1(1), 7–15. https://doi.org/10.37061/jps.v1i1.1543
Srimiyati. (2018). Pengetahuan Pencegahan Kaki Diabetik Penderita Diabetes Melitus Berpengaruh terhadap Perawatan Kaki. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan: MEDISAINS, 16(2), 76–82.
https://doi.org/10.30595/medisains.v16i2.2721
Utomo, D. W., & Hidayat, N. (2017). Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit pada Sistem Endokrin Manusia dengan Metode Dempster-Shafer. Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu
Komputer, 1(9), 893–903. Retrieved from http://j-ptiik.ub.ac.id
THANK YOU
Semoga Bermanfaat