Anda di halaman 1dari 28

BENTUK SEDIAAN

SEMIPADAT
SALEP (OITMENT)

Tamsila S.Farm
Referensi....
Anief, Moh, 2002, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan


RI, Jakarta.

Anonim, 1978, Formularium Nasional, Edisi Kedua, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerbit


Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Lachman, dkk,. 2007. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Penerbit


Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC


Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Pendahuluan
Sedian farmasi semipadat adalah produk topikal yang
dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran
mukosa untuk memberikan efek lokal dan kadang-kadang
sistemik.
Bentuk-bentuk sedian farmasi semipadat yaitu:
1. Salep
2. Pasta
3. Krim
4. Gel
5. Cerata
Sifat umum sediaan semipadat adalah mampu melekat
pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang
cukup lama sebelum sediaan ini di cuci atau
di hilangkan.
Lanjutan.........
Sediaan semipadat digunakan pada kulit, dimana secara
umum sediaan ini berfungsi sebagai pembawa pada obat-
obat topikal, sebagai pelunak kulit, sebagai pembalut
pelindung atau pembalut penyumbat.
Dengan sifat tersebut maka diperlukan suatu pengetahuan
tentang kulit manusia. Kulit merupakan suatu organ besar
yang belapis-lapis, dimana pada orang beratnya kira-kira
delapan pon, tidak termaksud lemak. Kulit menutupi
permukaan lebih dari 20000 cm2 dan mempunyai bermacam-
macam fungsi dan kegunaan. Kulit manusia terdiri dari tiga
lapisan jaringan: epidermis, dermis dan lapisan lemak
dibawah kulit. Pada kulit terdapat kelenjar-kelenjar,
kantung rambut, saraf, pembuluh darah dan pelengkap-
pelengkap kulit lainnya.
Gambar Struktur Kulit Manusia
Lanjutan.........
1. Epidermis
a. Stratum corneum (lapisan tanduk)
b. Stratum lucidum
c. Stratum granulosum
d. Stratum spinosum
e. Stratum germinativum
2. Dermis
3. Jaringan dibawah kulit
Kulit yang utuh merupakan sawar yang efektif terhadap
penetrasi. Absorpsi obat terutama tergantung pada
keadaan fisiologis kulit dan sifat fisika kimia obat.
Absorpsi melalui kulit dapat terjadi menembus anatomi
yaitu:
1. Langsung ke epidermis utuh
2. Masuk diantara atau menembus sel straturm corneum
3. Menembus kulit tambahan yakni kelenjar keringat, k.
lemak, jaringan rambut.
Lanjutan.........

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi oleh kulit


yaitu:
1. Penetrasi dan cara pakai
2. Temperatur kulit
3. Sifat-sifat dari obat
4. Pengaruh dari sifat dasar salep
5. Lama pemakaian
6. Kondisi atau keadaan kulit
SALEP
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut
atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
Fungsi salep yaitu:
1. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk
pengobatan kulit,
2. Sebagai bahan pelumas pada kulit
3. Sebagain pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak
permukaan kulit dengan larutan berair dan ransangan
kulit.
Komponen sediaan salep yaitu:
4. Zat aktif
5. Basis salep
Lanjutan.........

Persyaratan salep menurut FI edisi III yaitu;


a. Pemerian tidak boleh berbau tengik.
b. Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang
mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan
obat adalah 10 %.
c. Dasar salep
d. Homogenitas, Jika salep dioleskan pada sekeping kaca
atau bahan transparan lain yang cocok, harus
menunjukkan susunan yang homogen.
e. Penandaan,pada etiket harus tertera “obat luar”
(Syamsuni, 2005)
Lanjutan.........
Basis Salep
Basis salep adalah bahan atau bagian dari salep yang
berperan sebagai carrier atau pembawa untuk obat.
Basis salep yang baik (ideal) yaitu:
a. Tidak iritasi
b. Mudah dibersihkan
c. Tidak meninggalkan bekas
d. Stabil
e. Tidak tergantung pH
f. Dapat bercampur dengan banyak obat
g. Secara terapi netral
h. Memiliki daya sebar yang baik/mudah dioles1an
Lanjutan.........
Kualitas dasar salep yakni:
a. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas
dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang
ada dalam kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk
menjadi lunak dan homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit yang
teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit.
d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara
fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak
boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu
melepas obatnya pada daerah yang diobati.
e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui
dasar salep padat atau cair pada pengobatan (Anief, 2005)
Lanjutan.........
Dasar Saleb Berdasarkan Konsistensinya
1. Basis salep Hidrokarbon (d.s berminyak) yakni dasar salep yang tidak
berair, hidrofob, tdak larut dalam air, tidak tercuci dengan air
a. Vaselin kuning c. Vaselin putih
b. Parafin d. Jelene
e. Silikat
f. Minyak tumbuhan; oleum sesami, oleum olivarum
2. Basis salep absorbsi yakni tdak berair, hidrofil, tdak larut dlam air,
tdak tercuci dengn air
a. Adeps lanae b. Unguentum simplex
3. Basis salep emulsi (dpt d cuci dgn air) yakni (A/M) berair, hidrofil,
tdk larut dalam air, tdk tercuci dgn air; (M/A) berair, dpt mnyerap air,
tdk larut dlm air, trcuci
a. Minyak mineral b. Stearyl alkohol
c. Cetyl alkohol d. Lanolin
4. Basis salep larut air yaitu tdak berair, dapat menyerap air, tak larut
dalam air, tercuci dan tdk berminyak
a. PEG b. Tragacanth
Lanjutan.........
Saleb Berdasarkan Sifat Farmakologinya/Terapeutik
Dan Penetrasinya
1. Salep epidermis (epidermic ointhment; salep penutup)
guna melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal,
tidak diabsorpsi, kadang-kadang ditambahkan antiseptik,
astringen untuk meredahkan rangsangan atau anestesi
lokal. Ds yang baik adalah ds. Senyawa hidrokarbon.
2. Salep endodermis: salep yang bahan obatnya menembus
kedalam kulit, tetapi tidak melalui kulit, terabsorbsi
sebagian, digunakan untuk melunakan kulit atau selaput
lendir. Ds yang baik adalah minyak lemak.
3. Salep diadermis: salep yang bahan obatnya menembus
kedalam tubuh melalui kulit dan mencapai efek yang
diinginkan, misalnya salep yang mengandung senyawa
merkuri iodida, beladona.
Lanjutan.........
Saleb Berdasarkan Dasar Salebnya
1. Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep dengan
dasar salep berlemak (greasy bases) tidak dapat dicuci dengan air,
misalnya: campuran lemak-lemak, minyak lemak, malam.
2. Salep hidrofilik yaitu salep yang sukar air; biasanya ds. Tipe M/A.

Saleb Berdasarkan Konsistensinya


a. Unguenta: Salep yg memiliki konsistensi spt mentega, tdk mencair pd
suhu biasa, tetapi mudah dioleskan
b. Krim (cream): Salep yg banyak mengandung air, mudah diserap kulit,
suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
c. Pasta: Salep yg mengandung lebih dr 50% zat padat (serbuk) brp
suatu salep tebal krn merupakn penutup/pelindung bgian kulit yg diolesi.
d. Cerata Salep berlemak yang mengandung persentase lilin (wax) yang
tinggi sehingga konsistensinya lebih keras ( ceratum labiale ).
e. Gelones/spumae/jelly: Salep yg lebih halus, umumnya cair, dan sdikit
mengandung atau tdk mengandung mukosa; sebagai pelicin atau basis,
biasanya berupa campuran sederhana yg trdr dr minyak d lemak dgn
titik lebur rendah. Contoh : starch jelly ( amilum 10% dengan air
mendidih).
Lanjutan.........
Metode Pembuatan Saleb
1. Metode Pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat
dilelehkan bersama dan diaduk sampai membentuk fasa
yang  homogeny.
2. Metode Triturasi : zat yang tidak larut dicampur
dengan sedikit basis yang akan dipakai atau dengan
salah satu  zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan
penambahan sisa basis
Lanjutan.........
Aturan Umum Pembuatan Salep

1. Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila


perluh dengan pemanasan rendah.
2. Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih
dahulu diserbuk dan diayak dengan derajat ayakan
no.100.
3. Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar
salep mampu mendukung atau menyerap air tersebut,
dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu
ditambahkan sebagian dasar salep yang lain.
4. Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka
campuran tersebut harus diaduk sampai dingin.
Lanjutan.........
Bahan-bahan Yang Perlu Penenganan Khusus
1. Camphorae
- Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. Sesame), camphorae
dilarutkan lebih dahulu dalam minyak tersebut.
-Jika camphorae brp zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahulu dgn
eter atau alcohol 95%, kemudian digerus dgn dasar salepnya.
2. Lodium
Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar
salepnya.
3. Argentums nitrat (AgNO3)
Zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karna akan meninggalkan bekas
noda hitam pada kulit yang disebabkan oleh terbentuknya Ag2O, kecuali
pada resep obat wasir.
4. Fenol/fenol
Fenol dalam salep tdak dilarutkan karna akan menimbulkan rangsangan
atau mengiritasi kulit dan juga tidak boleh diganti dengan penol
liquidfactum.
Lanjutan.........
Contoh Resep dan Cara Penanganannya
Resep 1
R/ Zinci Oxydi1
Vaseline albi 9
m.d.s.ad us.ext
Cara penanganannya: ayak ZnO dgn pengayak No 100 dn
ditimbang serbuk yg tlah d ayak tersbut sbanyak 1 gram. Lalu
pnaskan mortir dn stamfer dgn dituangi air panas. Dimasukan vaselin
dalm mortir panas, diaduk dan di gerus smpai homogen
Resep 2
R/ Kalii Iodidi 2
Cera flavi 3
Ol. Sesami 3
Lanolin 10
S. ad us.ext
Cara: Lanolin diambilk airx untuk melarutkan KI
Cera flava, Ol. Sesamim, lanolin dilebur, diaduk sampai
dingin.
Dicampur keduanya.
Lanjutan.........
Evaluasi Sediaan Salep
1. Homogenitas
Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
2. Konsistensi
Konsistensi bukanlah istilah yang dirumuskan dengan pasti, melainkan
hanya sebuah cara, untuk mengkarakterisasikan sifat berulang, seperti
sifat lunak dari sediaan sejenis salep atau mentega, melalui sebuah
angka ukur. Untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan metode
berikut, penetrometer
3. Penyebaran
Penyebaran salep diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada
kulit. Penentuanya dilakukan dengan extensometer.
KRIM
Krim menurut FI IV adalah bentuk sediaan setengah padat ,
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai.
Krim adalah sediaan setengah padat yang berupa emulsi kental yang
mengandung tidak kurang 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Komponen sediaan krim yaitu:


1. Zat aktif
2. Bahan pengemulsi
3. Bahan pengawet
4. Bahan penstabil
5. Bahan pewarna
6. Bahan pembawa
Lanjutan.........
Tipe-tipe Krim

1. Krim tipe minyak dalam air (M/A)


zat pengemulsi; sabun monovalen (TEA, Na stearat, K stearat,
Amonium Stearat), Twen, NLS, Kuning telur, gelatin, caseinum,
CMC dan Emulginum
2. Krim tipe air dalam mimyak (A/M)
zat pengemulsi: sabun polivalen, span, adeps lanae, kolesterol dan
cera

Pengawet yang sering digunakan dalam krim yaitu metil paraben dan
pripil paraben

Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube


ditempat sejuk dan kering dengan penandaan pada etiket sebagai
obat luar.
Lanjutan.........
Contoh Resep

R/ Acid stearas 15
Cera alba 2
Vaselin alba 8
TEA 1,5
PG 8
m.f ungt.

Cara pembuatannya:
1. Lebur cera bersama vaselin dan asam stearat
2. TEA dan PG dilarutkan dalam air hangat dan dicampurkan pada
leburan
3. Encerkan dengan air hangat sedikit demi sedikit
Lanjutan.........
PASTA
Pasta adalah sediaan salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
atau serbuk. Sedian ini bersifat berupa salep yang tebal, kaku, keras dan
tidak meleleh pada suhu badan dan biasanya digunakan sebagai salep
penutup atau pelindung.
Jenis-jenis pasta:
1. Pasta berlemak, menggunakan bahan dasar lemak sperti vaselin dan
parafin cair
R/ Vaselin flavi 2 Cara pembuatan: Ayak dlu ZnO
ZnO 25 Lelehkan vaselin
Amyli tritici 25 Campur keduanya.
2. Pasta kering, suatu pasta bebas lemak mengandung 60% zat padat
serbuk.
R/ Bentonit 1
Sulfur praecip 2
ZnO 10
Ichtamoli 10
Glicerin
Aquae aa 5
S ad us ext.
Lanjutan.........

3. Pasta pendingin, merupakan campuran serbuk minyak


lemak dan cairan berair
R/ ZnO
Olei Olivei
Calcii Hydroxidi Solutio aa 10
4. Pasta dentifriciae (pasta gigi), suatu campuran kental
terdiri dari serbuk dan glycerinum yang digunakan untuk
pembersih gigi.
CERATA
Cerata adalah suatu salep berlemak yang mengandung kadar tinggi
lilin (wax), hinggga konsistensinya jadi lebih keras.
Contoh; ceratum labiale

GEL
Gel adalah suatu salep yang halus, umumnyya cair, mengandung
sedikit atau tampa lilin, dipergunkan terutama pada membran
mukosa, sebagai pelicin atau dasar salep terdiri dari campuran
sederhana minyak dan lemak dengan titik lebur rendah
Trima kasih...
Lanjutan.........
Lanjutan.........

Anda mungkin juga menyukai