Genesa
Pasir besi Sand (pasir) merupakan Pecahan batuan
yang berukuran antara kerikil dan lanau, atau 1/16 – 2
mm pada skala Wentworth-Udden.
Ketersediaannya dapat dijumpai di daerah pesisir
seperti di Sumatera, Lombok, Sumbawa, Sumba,
Flores, dan Timor
Material Penyusun Pasir Besi
Pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur
dengan butiran-butiran dari mineral non logam
seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen,
biotit, dan tourmalin
Explorasi
• Metode pemetaan endapan di permukaan
• Pengukuran topografi
• Pemboran
• Sumur uji
• Magnetometer
Pemetaan Endapan
Pemetaan ini dimulai dengan orientasi
lapangan dan pengeplotan lokasi obyek
pengamatan ke dalam peta.
Pengamatan singkapan batuan untuk
mengetahui kondisi geologi daerah
tersebut dari segala aspek termasuk
genetiknya.
Pemboran
Untuk pengambilan contoh pasir besi menggunakan alat bor (hand auger) dengan
interval baseline (garis sejajar pantai) 400 m – 800 m dan “cross line” sekitar
25m - 50 m. Contho-contoh pasir besi di atas permukaan air tanah diambil dengan
sendok pasir (sand auger) jenis Ivan berdiameter 2,5 inchi, sedangkan conto pasir
yang terletak di bawah permukaan air tanah diambil dengan bailer.
Contoh-contoh diambil untuk setiap kedalaman satu meter atau lebih dan dibedakan
antara contoh dari horizon A (diatas permukaan air tanah), conto horizon B (antara
permukaan air tanah dan air laut) dan contoh dari horizon C (yang terletak di bawah
permukaan air laut).Pengurangan berat contoh dikerjakan di lapangan dengan cara
“increment” berdasarkan J.I.S. (Japanese Industrial Standard), yaitu dengan
jalan menampung contoh asli ke dalam baki kayu berukuran 90 cm x 60 cm x 2 cm.
Mula-mula contoh dari kedalaman tiap 1,5 m atau kurang diaduk-aduk sampai
homogen, kemudian diratakan sampai setinggi permukaan baki, setelah itu contoh
dibagi-bagi menjadi 20 sampai 30 bagian yang sama dan dari tiap bagian tersebut
masing-masing diambil sebanyak setengahnya dengan sendok increment berukuran
3 cm x 3 cm x 2 cm. Proses increment ini dilakukan beberapa kali, sehingga
diperoleh contoh seberat lebih kurang 2 kg.
Auger Drill
Pengukuran Topografi
Pengukuran topografi dengan menggunakan T0,
dilakukan di sepanjang pantai.
Pengukuran topografi untuk menentukan titik ikat
pemboran berkaitan dengan pengambilan conto pasir
besinya secara kuantitatif.
Sedangkan untuk titik ikat global mengunakan
koordinat GPS.
Sumur Uji
Pembuatan sumur uji sangat diperlukan untuk
pengecekan awal penyebaran endapan pasir besi, pada
jarak tertentu dari pantai aktif apakah masih terdapat
pasir besinya.
Pemisahan fraksi magnetit dari non magnetit
menggunakan magnet batang 300 gaus secara
berulang-ulang sebanyak 7 kali untuk mendapatkan
conto konsentrat yang cukup bersih.
Exploitasi
Pasir besi biasanya dilakukan dengan tambang terbuka
dengan cara berkelompok
Kegiatan penambangan pasir besi biasanya dimulai dari
menggali pasir, kemudian dimuat ke dalam truk lalu
kemudian dipindahkan ke tempat penampungan
sementara atau (pool).
Setiap kelompok menghasilkan pasir besi yang berbeda-
beda tergantung kemampuan kelompoknya masing-
masing, mulai dari 3 truk sampai 10 truk (berisi 3 meter
kubik atau lebih, tergantung dari jenis truknya).
Alat yang digunakan
Modern:
Excavator
Tradisional:
Cangkul dan Sekop
Proses Pengolahan
Bahan Baku utama adalah Bijih Besi (Iron Ore) atau Pasir Besi (Iron Sand)
Umumnya terdapat di alam Indonesia dengan kadar besi sekitar 35% – 40% berbentuk
besi oksida hematit (Fe2O3) dan bercampur dengan material ikutan seperti SIO2,
Al2O3, CaO, MgO, NiO2, P, S dan H2O.
Untuk meningkatkan kadar besi (Fe) hingga 60-65% diperoleh melalui tahapan
proses:
1. Penghancuran (Crushing)
Bahan baku dalam bentuk batuan atau pasir dihancurkan sampai ukuran 10 mesh.
mesh 10 – 2mm
mesh 120-- 0.125mm
2. Penghalusan (Grinding)
Proses ini menghasilkan ukuran sampaı dengan 120 mesh.
Dengan temperatur 1700ºC akibat dari proses ini material oksida besi akan terpisah
membentuk besi murni (Fe 92%) dan oksidanya membentuk gas CO2.
Kemudian material tersebut didinginkan di pendingin cooler sampai temperatur 60ºC dan siap
untuk curah.
Hasil yang keluar dari alat ini sudah merupakan produk sponge iron yang berupa pellet
dengan qualitas sesuai produk standart ASTM, JIS, DIN dan mempunyai kekuatan
tekan 250mpa dengan diameter 12-15 mm.
Produksi “Pig Iron”
Hasil pellet (green pellet) yang dihasilkan dari proses pelletizer dimasukkan
dalam tungku (blast furnace).
Dimasukkan larutan kapur, gas CO sebagai zat pereduksi dengan suhu tertentu.
Terjadi pelelehan (melting), dimana kandungan yang banyak mengandung
logam besi (Fe) akan terpisah dari slagnya karena perbedaan berat jenis.
Kandungan besinya akan masuk ke mesin casting (cetak) sesuai kebutuhan
dengan kandungan Fe total 95% dalam produk jadi Pig Iron.
6. Proses Pembuatan Pellet (Pan Palletizer)
Sebelum masuk ke alat ini material bijih besi dicampur dalam alat mixer
agitator dengan batubara dan binder bentonit.
Prinsip kerja dari alat ini adalah proses aglomerisasi konsentrat bijih besi yang
telah bercampur batubara dan binder bentonit dimasukkan secara kontinyu
kedalam mesin pelletizing yang berbentuk setengah drum/bejana yang
berputar dengan kecepatan dan sudut kemiringan tertentu sambil disemprotkan
air secara kontinyu.