Anda di halaman 1dari 35

DISTILASI

1. Pengertian
Distilasi adalah pemisahan suatu zat/ komponen kimia dari
suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didih antara
komponen melalui perubahan fasa komponen.

2. Dasar Pemisahan
Adanya perbedaan titik didih diantara komponen dalam
campuran.

3. Prinsip Distilasi
Campuran berupa larutan didihkan menjadi fasa gas (uap)
pada temperatur sesuai dengan titik didih dari komponen yang
titik didihnya terendah, kemudian uap yang dihasilkan
dikondensasikan menjadi fasa cair kembali.
A. Penguapan dan Kondensasi– sistem satu komponen

1. molekul dalam cairan terus bergerak karena


mempunyai energi kinetik.

2. Sebagian kecil dari molekul-molekul


mempunyai energi kinetik yang cukup untuk
meninggalkan fase cair (berubah jadi molekul
gas)
3. tekanan yang melawanan tekanan atmosfer di
atas larutan dikenal sebagai tekanan uap, P
Atmospheric pressure, Patm

Vapor Pressure, P
1. Ketika energi panas diberikan ke dalam larutan,
maka tekanan uap akan menjadi sama dengan
tekanan atmosfer maka cairan mulai mendidih

P < Patm P ≥ Patm


1. Uap yang diperoleh didinginkan, akan kembali
mengembun menjadi cair dikenal sebagai
distilat
2. Proses lengkap disebut distilasi yaitu proses
perubahan dari fasa cair(campuran)-gas -cair(destilat)
4. Jenis-jenis Distilasi

DISTILASI

Bertingkat/
Sederhana Fraksinasi/
Rektifikasi

Di Bawah
Pada Tekanan
Tekanan Atmosfir Uap
Atmosfir (Vakum)
a) Distilasi sederhana
Distilasi dimana uap yang dihasilkan selama pendidihan setelah
berubah menjadi kondensat tidak ada yang kembali ke
campuran awal.

• Perubahan fasa komponen C-G-C

1) Distilasi Pada tekanan atmosfir


• Proses distilasi berlangsung pada tekanan 1 atm
• Cocok digunakan untuk memisahkan dua komponen
atau lebih yang:
 mempunyai perbedaan titik didih besar.
 komponen stabil pada suhu didihnya
Aplikasi destilasi

Distilasi Pada tekanan atmosfir

2. Percobaan pemisahan cairan dari campuran cairan

A + B C + D
bp 60 o C bp 100 oC

C? Atau D?

Atau C + D?
C +
D
Untuk mencegah terjadinya superheating pada cairan
(berhubungan dengan tidak adanya sedikit gelembung udara dan
untuk mencegah terjadinya ledakan dapat dilakukan dengan
beberapa cara :

• Labu didih dipanaskan secara seragam, misalnya dengan


menggunakan mantel pemanas listrik atau lebih baik dengan
memasukkan labu didih dalam waterbath yang suhunya di
atas titik didih cairan yang didistilasi.

• Sebelum pemanasan dimulai, masukkan sumber gelembung


udara misalnya, porselin, teflon, potongan kawat platina.

• Cairan dalam labu didih diaduk (stirrer) secara mekanik.


Cara ini khusus jika terdapat suspensi material tidak larut
Aplikasi destilasi

2. Distilasi di bawah tekanan atmosfir (vakum), proses distilasi berlangsung pada


tekanan kurang dari 1 (satu) atmosfir.
1. Pemisahan pelarut dari zat terlarut non-volatile

A + B C
Solvent bp of most modern synthetic
targets is usually >> 200 oC
(bp typically below 100 oC)

Pemisahan pelarut dari zat


terlarut non -volatile
Campuran pelarut dan zat
terlarut diputar untuk
Vacuum is meningkatkan luas
applied to permukaan untuk
reduce the penguapan yang membantu
boiling point mengurangi efek elevasi
of the solvent titik didih
2) Distilasi di bawah tekanan atmosfir (vakum)
Proses distilasi berlangsung pada tekanan kurang dari 1
(satu) atmosfir.
• Titik didih komponen menjadi lebih rendah sehingga
distilasi dapat berlangsung pada suhu lebih rendah.
• Menguntungkan digunakan untuk memisahkan
komponen yang tidak stabil pada titik didihnya

3) Distilasi uap
• Pemanasan campuran yang dipisahkan menggunakan
uap panas (biasanya uap air).
• Penambahan uap ke dalam campuran memperbesar
atau menambah tekanan uap komponen sehingga
campuran mendidih pada suhu yang lebih rendah.
• Menguntungkan digunakan untuk memisahkan
komponen yang tidak stabil pada suhu didihnya.
b) Distilasi bertingkat
Distilasi dimana selama proses berlangsung terdapat
kondensat yang kembali ke campuran awal, sehingga
perubahan fasanya berlangsung secara berulang-ulang.

• Proses perubahan fasa komponen terjadi secara berulang :


C-G-C-G-C-G-C- dst

• Menguntungkan jika digunakan untuk memisahkan


komponen yang perbedaan titik didihnya relatif kecil.
Perangkat alat – destilasi bertingkat
5. Dasar Teori
A. Kesetimbangan Fasa Cair – Gas

CAIR ↔ GAS

Proses penguapan dan terbentuknya tekanan uap :


• Molekul-molekul fasa cair pada suhu tertentu cenderung
meninggalkan cairan dan berubah menjadi molekul
gas/uap.

• Gerakan molekul gas meninggalkan permukaan cairan


menimbulkan tekanan (disebut tekanan uap).

 Tekanan uap yang dihasilkan oleh suatu cairan/ pelarut


tunggal dinamakan tekanan uap pelarut murni (Po)
Tekanan uap besarnya dipengaruhi langsung oleh jumlah
molekul uap yang terbentuk

Jumlah molekul uap yang terbentuk

Suhu Volalitas

Tinggi Rendah Tinggi Rendah

Jumlah uap Jumlah uap Jumlah uap Jumlah uap


banyak sedikit banyak Sedikit

Tekanan uap Tekanan uap Tekanan uap Tekanan uap


besar kecil besar kecil

Titik didih Titik didih


rendah tinggi
B. Hubungan komposisi zat dalam campuran dengan
tekanan uap

• Dua cairan/pelarut A dan B yang masing-masing


mempunyai tekanan uap pelarut murni PoA dan PoB
dicampur maka akan dihasilkan tekanan uap larutan
campuran :

PT = PA + PB

PT = tekanan uap total (campuran)


PA & PB = tekanan uap parsial cairan A dan B

Menurut Raoult : P = PoX

X = fraksi mol

o o
Teori Pemisahan Destilasi

D. Pemisahan Dua Cairan

1. Hubungan dari tekanan uap vs suhu diberikan oleh


persamaan
Clausius-Clapeyron::
[ - H
p = po exp R
(1/T – 1/To)
]
T dan P (variabel independen dan dependen) untuk
persamaan ini bila suhu diketahui (T) maka tekanan
uap (p) dapat dihitung
Pada titik didih normal po = 1, m aka persamaan menjadi

 
Bila dibuat garis: ln p terhadap 1/T atau Y terhadap X
maka diperoleh garis lurus
  Konstanta untuk persamaan ini:
    po :tekanan uap 1 atm, dan pada T titik didih normal
H : panas penguapan cairan
    R: konstanta gas (8,314 J mol-1 K °..)
Kurva komposisi (fraksi mol) vs tekanan uap total (PT)

500 500
P 400 PT 400
(torr) 300 PHek 300
200 200
100 PHep
100

0 0,5 1 Heptana
1 0,5 0 Heksana
Fraksi mol

Hubungan antara komposisi campuran dengan tekanan uap


campuran dapat dijelaskan dengan contoh campuran heksana
dengan tekanan uap pelarut murni 410 torr dan heptana dengan
tekanan uap pelarut murni 141 torr pada 50o C seseuai gambar
di atas.

Kesimpulan :
• Semakin besar fraksi mol zat yang kurang volatil semakin
kecil tekanan uap total campuran, dan sebaliknya.
C. Hubungan komposisi dengan titik didih
Contoh : Campuran heksana + heptana
1400
1200
P 1000 90o C
80oC
(torr) 800 70o C 800
600 600
400 400
200 200

0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 Heptana


Fraksi mol

Kesimpulan :
• Semakin besar fraksi mol zat yang kurang volatil (sukar
menguap) semakin besar titik didihnya

• Semakin besar fraksi mol zat yang lebih volatil (mudah


menguap) semakin kecil titik didihnya.
D. Perubahan komposisi pada perubahan fasa pada
distilasi sederhana

Cair Gas Cair


X0A Y0A = X1A X = fasa cair
X0B Y0B = X1B Y = fasa gas/uap

Komposisi fasa uap :


PA PoAXA
Y0A = X1A = x 100 % = x 100 %
PT PT

PB PoBXB
Y0B = X1B = x 100 % = x 100 %
PT PT
Contoh :

Hitunglah komposisi uap atau cairan hasil kondensasi uap


pada titik didihnya (80o C) jika dalam kesetimbangan fase
tersebut cairan awal (sebelum diuapkan) mengandung
46 % fraksimol heptana dengan tekanan uap cairan murni
419,6 torr dan 54 % fraksimol heksana dengan tekanan uap
cairan murni 1050 torr.

• PoHek/PoHep disebut volatilitas relatif heksana terhadap


heptana ()

• PoHek > PoHep = Volatilitas heksana > volatilitas heptana


Bandingkan komposisi XHek/XHep dengan YHek/YHep
Kesimpulan :

1. Jika suatu campuran mengandung dua jenis cairan yang


tekanan uap murninya (volalitasnya) berbeda mengalami
penguapan maka komposisi zat dalam fasa cair berbeda
dengan fasa uap/gas (terjadi pemisahan)

2. Jika dalam cairan campuran terdapat cairan A dengan PoA


dan cairan B dengan PoB dimana PoA > PoB maka
XA/XB tidak sama dengan YA/YB dimana :
Zat A lebih banyak berada di fasa uap
Zat B lebih banyak berada di fasa cair
E. Distilasi Fraksinasi

Pada distilasi fraksinasi proses perubahan fase dari


cair gas cair terjadi berulang yang berlangsung di
sepanjang kolom distilasi.
di sepanjang kolom terdapat sejumlah kesetimbangan
fasa cair–gas
Setiap kesetimbangan menghasilkan penambahankomponen lebih
volatil.
Tempat terjadinya Kesetimbangan fasa cai – gas dinamakan pelat.

Kurva proses pengkayaan selama proses distilasi


YB.1 YB.0 Komponen Uap

To
T1

T2

XB.3 XB.2 XB.1 XB.0 Komponen Cair


Distillation – Fractional

110 Vapor
line

Liquid

Temperature °C
100
line

90

80

Mole % Toluene 0 20 40 60 80 100


Mole % Benzene 100 80 60 40 20 0
Composition (mole%)

As the hot vapors leave the distilling flask,


they condense on the first cold surface, completing
one vaporization-condensation cycle.

Vapors from the Suppose we distill the same 80:20 mixture of toluene
Distilling flask to benzene we did in the simple distillation example
• Cairan (XB.0) pada pelat No. 0 dididihkan pada titik
didihnya T0 sehingga sebagian besar berubah menjadi
uap (YB.0). Uap tersebut naik ke bagian kolom di
atasnya (pelat no. 1). Di pelat ini uap dikondensasi
berubah menjadi cairan (XB.1) yang komposisinya = YB.0
Di pelat ini komposisi cairan yang lebih volatil lebih
besar daripada di pelat no. 0 (di bawahnya) sehingga
titik didih cairan di pelat no 0>1 atau T0>T1.

• Cairan hasil kondensasi di pelat no. 1 mendidih pada


suhu T1 (T1<T0) dan sebagian berubah menjadi uap dan
masuk ke pelat di atasnya (pelat no. 2). Bagian cairan
yang tidak menguap turun kembali ke pelat no 0.

• Proses yang sama terjadi di pelat berikutnya.

• Semakin ke atas (no. Pelat semakin besar) semakin


besar komposisi cairan yang lebih volatil
Jumlah pelat teoritis (n) yang diperlukan untuk
pengkayaan/pemurnian campuran biner dari A dan B
yang awlnya mengandung konsentras XA.0 dan XB.0 untuk
mendapatkan kemurnian XA.f dapat dihitung dari
volalitas relatif,  dengan persamaan Fenske :

XA.f(1-XA.0)
log
XA.0(1-XA.f)
n+1=
log 

XA.0 = fraksi mol zat A mula-mula (di fasa cair)

XA.f = fraksi mol zat A hasil kondensasi uap


= kemurnian zat A pada hasil distilasi
• Jumlah pelat aktual dalam kolom disebut pelat teoritis

• Jika panjang kolom = l dan jumlah pelat teoritis = n


maka :

l
= HETP (H) = = tinggi pelat teoritis
n

HETP = Height Equivalent to a Theoretical Plate


= tinggi pelat teoritis

• Nilai H menunjukkan efisiensi kolom, semakin kecil nilai


H semakin besar efisiensi kolom dan sebaliknya
Tugas :

1. Pada distilasi fraksinasi campuran yang mengandung zat A


dan B dengan volalitas relatif 2 menggunakan kolom yang
mempunyai 10 pelat teoritis. Jika konsentrasi A dalam cairan
awal 25 %, hitunglah kemurnian A pada hasil distilasi!

2. Hitunglah jumlah pelat teoritis pada kolom sepanjang 25 cm


yang mempunyai tinggi pelat teoritis 0,25 cm/pelat

3. Jelaskan Hubungan antara jumlah pelat dan HETP dengan


efisiensi kolom atau kemurnian hasil distilasi !
1. Pada distilasi fraksinasi campuran yang mengandung zat A
dan B dengan volalitas relatif 2 menggunakan kolom yang
mempunyai 10 pelat teoritis. Jika konsentrasi A dalam cairan
awal 25 %, hitunglah kemurnian A pada hasil distilasi!

XA.f(1-XA.0)
log
XA.0(1-XA.f)
n+1=
log 

XA.0 =0,25 XA.f = ? N= 10,  = 10

11 log 2 = log XA.f (0,75) /0,25 – 0,25 XA.f


log 2=(1/11) log XA.f (0,75) /0,25 – 0,25 XA.f
2 = 0,09 (XA.f (0,75)
0,25- 0,25 X
• 11 log 2 = log XA.f (0,75) /0,25 – 0,25 XA.f
• log 2=(1/11) log XA.f (0,75) /0,25 – 0,25 XA.f
• 2 = 0,09 (XA.f (0,75)
• 0,25- 0,25 XA.f

• 0,5 – 0,5 XA.f = 0,09 XA.f (0,75)

• 0,5 = (0,5 + 0,068) XA.f


XA.f = 0,5 /0,568
= 0,8802
• Campuran mengandung 100 kg of H2O and
100 kg of ethyaniline (Mr = 121.1), Campuran
mengandung cairan organik yang tidak
bercampur dengan air. Campuran didestilasi
pada Tekanan total 101.32 kPa (1 atm)
• Yo =PA/PT= 98,3/101,32 =0,97
• jumlah H2O yang terdestilasi sebanya
0,87x0.97 x mol H2O= 4688,3376 mol dan
Ethylamin yang terdestilasi = 0,03 fraksi mol =
0,03/0,97 x 4982,76 mol = 154,11 mol

Anda mungkin juga menyukai