ragam bahasa yang digunakan untuk melaporkan atau mengomunikasikan hasil kegiatan ilmiah yang dilakukan dalam suatu penelitian ilmiah Sifat Bahasa ilmiah (Chaer 2011) 1. Cendekia Bahasa yang cendekia menandakan bahwa penulis adalah seorang terpelajar dan menguasai benar ketatabahasaan Bahasa Indonesia . (Suparno, 1994) bahasa yang cendekia diartikan sebagai bahasa yang mampu mengungkapkan hasil berpikir logis secara tepat.
(Sugono, 1986) bahasa yang cendekia adalah bahasa yang
mampu membentuk pernyataan yang tepat dan saksama, serta abstrak. Contoh Dengan terus meningkatnya pertumbuhan investasi, tidak berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua sehingga ternyata keadaannya biasa- biasa saja (kalimat tersebut tidak menunjukan bahasa yang cendekia), Investasi di Papua terus tumbuh, tetapi pertumbuhan ekonominya rendah 2. Lugas dan Jelas Bahasa Indonesia Keilmuan digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah maka dari itu harus lugas dan tepat. Lugas artinya langsung mengungkapkan apa yang dimaksudkan oleh penulis. Contoh : Buah merah baik dikomsumsi karena tokcer untuk pelbagaipenyakit. Seharusnya, buah merah baik dikomsumsi karena mujarab untuk menyembuhkan berbagai penyakit 3. Gagasan Sebagai Pangkal Tolak
Bahasa Indonesia keilmuan digunakan
dengan orientasi gagasan. Hal itu berarti penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal- hal yang diungkapkan, tidak pada penulis. Contohnya dalam penulisan karya ilmiah harus diawali dengan pokok persoalan. Kata kerja dalam kalimat ini harus dalam bentuk pasif yakni berawalan di-, ter- atau ke-. Kalimat seperti ini mengedepankan pokok persoalan. Oleh karena itu, kata seperti penulis, saya atau kami harus dihilangkan. Dengan gagasan sebagai pangkal tolak maka akan lahir kalimat pasif. Penggunaan kalimat aktif dalam penulisan karya ilmiah hanya diperbolehkan jika dalam bentuk kutipan baik langsung maupun tidak langsung. Penggunaan bentuk kalimat pasif dalam karya ilmiah memang disyaratkan. Hal ini karena bentuk pasif bersifat tidak menonjolkan penulis, tetapi atas dasar fakta. 4. Formal dan Objektif
Komunikasi Ilmiah melalui teks ilmiah merupakan komunikasi
formal. Hal ini berarti bahwa unsur-unsur bahasa Indonesia yang digunakan dalam bahasa Indonesia keilmuan adalah unsur-unsur bahasa yang berlaku dalam situasi formal atau resmi. Selain itu, ciri penanda sekaligus pembeda BIK dengan non BIK dapat ditelusuri dalam tataran: bentukan kata, diksi, bentukan kalimat, dan pengembangan paragraf. Ciri-Ciri Bahasa ilmiah • Bersifat lugas • Mematuhi kaidah-kaidah gramatika • Efektivitas kalimat-kalimatnya terpenuhi • Kosakata yang digunakan baku dan berupa istilah sesuai bidang keilmuan • Kalimatnya bebas dari ketaksaan (ambiguitas) • Bebas dari makna kias dan figura bahasa • Mematuhi persyaratan penalaran • Menerapkan kaidah ejaan yang berlaku (Chaer, 2011: 4) Lugas • Mengatakan secara langsung hal yang ingin diutarakan. Tidak berbelit-belit atau bertele-tele, dan tidak menggunakan kalimat berbunga-bunga.
pesan yang dikandung kalimat-kalimat itu dapat diterima pembaca persis seperti yang diinginkan penulis Kosakata yang digunakan baku dan berupa istilah sesuai bidang keilmuan • kosakata baku, dan juga sesuai dengan kaidah pemilihan kata (diksi); dan istilah- istilah yang digunakan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni
Kalimat bebas dari ambiguitas • kalimat-kalimat atau
paragraf-paragrafnya tidak menimbulkan tafsiran ganda
Bebas dari makna kias dan figura bahasa • kata-kata atau
kalimat-kalimat yang digunakan harus bermakna lugas. Misalnya, kata buaya dalam buaya darat adalah bermakna kias; tetapi dalam ucapan buaya yang ada di darat tidak bermakna kias, melainkan bermakna sebenarnya yang disebut makna leksikal EXPLAIN Mematuhi persyaratan penalaran • secara semantik kalimat-kalimat bersifat lugas dan dapat diterima oleh akal sehat. Mematuhi kaidah EYD • Mematuhi atau menerapkan kaidah- kaidah ejaan yang berlaku ( Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau EYD) karangan yang ditulis berdasarkan kenyataan ilmiah yang diperoleh dari berbagai penyelidikan, baik penyelidikan pustaka, laboratorium, atau lapangan. (Sastrohutomo dalam Widyamartaya dan Sudiati, 2000) Karangan ilmiah (1)masalah yang menjadi topik karangan ilmiah (2)tujuan penelitian atau penulisan, (3)metode penelitian yang digunakan, (4)teori yang dianut, (5)objek penelitian, (6)instrumen yang digunakan, dan (7)hasil penelitian yang diperoleh. Komponen dalam karangan ilmiah Karangan ilmiah berdasarkan bobot (1) Karya tulis : karangan ilmiah yang dibuat oleh para siswa sekolah menengah sebagai tugas akhir; isinya mengenai salah satu segi dari salah satu pelajaran (2) Makalah : karangan ilmiah yang cukup sederhana. Biasanya dibuat untuk disajikan pada suatu seminar atau pertemuan ilmiah lainnya; tebalnya hanya beberapa halaman. (3) Skripsi : karangan ilmiah yang disusun sebagai tugas akhir dalam pendidikan Strata Satu (S-1). Isinya lebih ditekankan pada substansi atau salah satu aspek dari bidang kajian yang ditekuni. (4) Tesis : karangan ilmiah yang disusun sebagai tugas akhir dalam pendidikan Strata Dua (S-2). Isinya ditekankan pada pengembangan dan pendalaman substansi bidang ilmu yang ditekuni. (5) Disertasi : karangan ilmiah yang disusun sebagai tugas akhir dalam jenjang pendidikan Strata Tiga (S-3). Isinya lebih ditekankan pada aspek filosofis bidang ilmu yang ditekuni. Syarat lain dalam menulis karangan ilmiah • memiliki pengetahuan mengenai aspek-aspek kebahasaan seperti kosakata, tata bahasa, sintaksis, dan gaya bahasa • menguasai topik bahasan serta kerangka acuan atau prinsip ilmiah dengan baik dari topik dan bidang yang akan ditulis • memiliki kemampuan penalaran yang baik untuk menganalisis dan memecahkan masalah • menguasai dan menerapkan metode dan teknik pengumpulan dan pengolahan data yang tepat • menguasai dan menggunakan konvensi pernaskahan yang berlaku Terima kasih