◦ Empati
◦ Mengungkapkan dan memahami perasaan.
◦ Mengendalikan amarah
◦ Kemandirian
◦ Kemampuan menyesuaikan diri
◦ Diskusi
◦ Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
◦ Ketekunan
◦ Kesetiakawanan
◦ Keramahan
◦ Sikap hormat (Peter Salovey dan John Mayer.1990).
3. Lingustik verbal: kecerdasan menggunakan kata
secara efektif baik dengan cara lisan maupun
tulisan.
4. Numerik disebut juga kecerdasan matematik-
logis yaitu kemampuan dalam menangani
bilangan dan perhitungan.
5. Kecerdasan visual-spasial: kecerdasan yang
dimiliki oleh banyak orang melakukan yang
kreatif, kecerdasan ini mencerminkan
kemampuan mental model, melakukan intraksi.
6. Fisik : kecerdasasan yang dianugrakan pada
banyak atlet top, penari, ahli makanik dan tukang
masak serta dokter-dokter ahli bedah.
Guru harus senantiasa mengembangkan model-model permainan yang
dapat mengakomodasi kebutuhan gerak anak secara normal.
Pembelajaran di SD selama ini memiliki beberapa kendala, seperti :
Kuarang mendorong anak untuk bergerak karena terbatasnya waktu
dan ketersedianan fasilitas di sekolah
Permainan yang disajikan kurang cocok dengan usia anak, baik dari
aspek fisik, psikis maupun tingkat itelegensi anak.
Pembelajaran kurang mendorong tingkat pencapaian kebugaran
jasmani yang optimal
Beberapa prinsip-prinsip dasar dari pelatihan untuk memeperoleh
kebugaran yang meliputi :
a. Frekuensi, adalah seberapa sering latihan dilakukan dalam
setiap minggunya.
b. Itensitas, menunjukkan ur=kuran berat dan ringannya suatu
pelatihan.
c. Time, merupakan indikator lamanya latihan dalam satuan
waktu, menit atau jam.
Tipe atau jenis dari cabang olahraga yang dipilih dan digemari.
Pembelajaran pendidikan di sekolah diharapkan dapat memberikan
landasan dasar bagipenataan awal terbentuknya kebugaran jasmani pada
generasi muda dan pembelajaran tersebut diarahkan pada
pembentukan komponen kebugaransecara menyelur uh
(multilateral) dan dikemas melalui beberapa jenis permainan yang
memberikan kesempatan pada anak untuk bergerak memenuhi kebutuhan
perkembangan fisik, psikis serta penignkata n perekmbangan
intelektualnya. Dengan demikian pembelajaran tersebut dapat menarik
minat siswa, dan pembelajaran praktek penjas dapat tetap berlangsung
meskipun dengan sarana dan prasarana serta waktu yang sangat terbatas.
Dengan segala kondisi yang terbatas itu upaya untuk membangun
kebugaran jasmani, kecerdasan dan kebutuhan akan bermain anak-anak
akan tetap dapat berlangsung dan yang lebih terpenting akan terbentuk
kebiasaan hidup sehat. Guru tidak perlu kehilangan akal dalam
menghadapi keterbatasan sarana an prasarana, bukankah guru dituntut
untuk dapat bertindak secara situasional dan transaksional dalam
merancang kegiatan pembelajarannya.
TERIMA KASIH