Tetanus
A
S
A. Keluhan Utama : Kejang
S E. Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan merokok dan pasien tidak memiliki riwayat konsumsi
alkohol ataupun NAPZA lainnya.
A. Status Generalis
gallop
Px C. Status Neurologis
L
A
B
O
R
A
T
O
R
I
U
M
L
A
B
O
R
A
T
O
R
I
U
M
Foto Thorax PA :
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Follow Up
Follow Up
Follow Up
Tinjauan Pustaka
Pengertian
Tetanus berasal dari kata Yunani yaitu tetanos dari teinein yang artinya
regangan, kekakuan, atau kontraksi (stretch atau rigidity), tetanus yang juga
dikenal dengan lockjaw atau Seven Day Disease.
Tetanus disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat
yang dihasilkan oleh Clostridium tetani, ditandai dengan spasme tonik
persisten disertai dengan serangan yang jelas dan keras.
Epidemiologi
• 2001-2008 di Amerika Serikat : 71 orang (30%) berusia 65 tahun atau lebih, 139 oang
(60%) berusia 20 – 64 tahun, dan 23 orang (10%) berusia lebih muda dari 20 tahun,
termasuk kasus tetanus neonatal.
• Risiko kematian pada kasus tetanus 5 kali lebih besar terjadi pada usia >65 tahun.
• Di Indonesia : angka kematian masih mencapai 60%
• Profil Kesehatan Indonesia (2012) : 119 kasus tetanus neonatorum dengan jumlah
meninggal 59 kasus.
• WHO pada (2017) : 1,04/100.000 populasi, dengan angka kematian sebanyak 38.000,
sekitar 49% terjadi pada populasi berusia < 5 tahun. D
• Indonesia insidensi berkisar 2,34/100.000 populasi dengan angka kematian sekitar
2.635.
• Tetanus dapat menyerang semua kelompok usia dengan angka kematian yang tinggi
(10-80%).
Etiologi
• Clostridium tetani berbentuk batang yang pipih dengan ukuran
panjang 2–5 um dan lebar 0,3–0,5 um.
• Bakteri ini merupakan bakteri gram positif yang bersifat anaerob,
terdapat di tanah, tetapi bisa juga diisolasi dari kotoran hewan
peliharaan dan manusia.
• Clostridium tetani membentuk spora yang berbentuk lonjong
dengan ujung yang bulat, khas seperti batang korek api (drum stick).
• Sifat spora bersifat resisten terhadap disinfektan dan tahan dalam air
mendidih selama 4 jam tetapi mati dalam autoklaf bila dipanaskan
selama 15–20 menit pada suhu 121°C.
• Port d’entry tidak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat
diduga melalui :
1. Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar.
2. Luka operasi yang tidak di rawat dan dibersikan dengan baik.
3. OMP, caries gigi.
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril.
5. Penjahitan luka robek yang tidak steril.
Faktor Resiko
Gejala klinis yang khas seperti trismus dan opistotonus menjadi dasar untuk
mendiagnosis tetanus.
Diagnosis
Kriteria Diagnosis :
Diagnosis Banding
1. Keracunan Strychnine
2. Rabies
3. Meningitis
4. Abses retrofaringeal, abses gigi, subluksasi mandiula
5. Sindrom hiperventilasi/reaksi histeri
6. Epilepsi/kejang tonik klonik umum
Tatalaksana
a) Diazepam c) Baklofen
b) Fenobarbital e) Metronidazol
• Dosis Dewasa : 1 mg/kg i.m tiap 4 – 6 jam, • Dosis Dewasa : 500 mg peroral tiap 6 jam atau
tidak melebihi 400 mg/hari. 1g i.v tiap 12 jam, tidak melebihi 4g/hari.
• Dosis pediatric : 5 mg/kg i.v/i.m dosis terbagi 3 • Dosis pediatrik : 15-30 mg/kgBB/hari i.v tiap 8-
atau 4 hari. 12 jam tidak lebih dari 2g/hari.
Komplikasi
Pencegahan
A. Imunisasi Aktif
Pencegahan
B. Penatalaksanaan Luka
1. Bersihkan kulit sekitar luka secara menyeluruh dengan sabun dan air atau larutan antiseptik. Air dan
larutan antiseptik harus dituangkan ke dalam luka.
2. Setelah memberikan anestesi lokal, periksa hati-hati apakah ada benda asing dan bersihkan jaringan
yang mati. Pastikan kerusakan apa yang terjadi. Luka besar memerlukan anestesi umum.
3. Setelah itu, buat robekan luka secara teratur membentuk huruf “X” dengan titik tengah persilangan
adalah luka. Tujuan dibuat robekan luka adalah agar mempermudah pembersihan kotoran didalam luka
tusuk.
4. Setelah membuat robekan, siramlah dengan larutan H202, biasanya akan timbul buih, gosoklah dengan
kuat, sampai benar-benar bersih tak tertinggal bekas kotoran yang menempel ataupun kotoran yang
masih tersisa.
5. Bilas luka dengan menggunakan larutan NaCl 0,9%, tekan sekitar luka hingga berdarah, tujuannya
adalah untuk menghilangkan cairan H2O2 serta membersihkan luka. Lalu beri betadhine pada luka.
Pada infeksi tetanus, luka tidak perlu ditutup, biarkan luka tetap terbuka, karena hal tersebut akan
menghambat pertumbuhan bakteri clostridium tetani.
Pencegahan
Perlu dipertimbangkan pemberian imunisasi pasif, yaitu Anti Tetanus Serum (ATS) atau Human
Tetanus Immunoglobulin (HTIG).