Anda di halaman 1dari 22

Hematuria : An Imaging Guide

Megananda Pradani C

Pembimbing
Dr. Rona Yulia, Sp.Rad
HEMATURIA : An Imaging Guide
Fiachra Moloney, Kevin P. Murphy, Maria Twomey, Owen J. O’Connor, and Michael M. Maher
Department of Radiology, Cork University Hospital,Wilton, Cork, Ireland
 
Correspondence should be addressed to Fiachra Moloney; fiachramoloney@hotmail.com
 
Received 22 April 2014; Revised 24 June 2014; Accepted 25 June 2014; Published 17 July 2014
 
Academic Editor: M. Hammad Ather
 
Copyright © 2014 Fiachra Moloney et al. This is an open access article distributed under the
Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.
Abstrak
• Artikel ini membahas tentang pedoman radiologi pada kasus hematuria agar
masalah serius seperti keganasan dapat didiagnosis lebh awal.
• Saat ini belum ada kesimpulan pasti pemeriksaan radiologi yang tepat
untuk hematuria. Peran semua alat radiologi , termasuk radiografi
konvensional , intravena urography /urography ekskretoris , ultrasonografi ,
pyelography retrograde , multidetector computed tomography urography
(MDCTU) , dan magnetic resonance urography sebagai alat diagnostik kasus
hematuri masih dirundingkan.
• Pemilihan pemeriskaan radiologi traktus urinarius tergatung dari kondisi
pasien, seperti usia , keganasan , fungsi ginjal , riwayat batu traktus
urinarius, kehamilan , dan faktor-faktor lain , seperti efektivitas biaya dan
ketersediaan sumber daya.
• Artikel ini membahas tentang peran penting dari MDCTU sebagai alat
diagnostik pasien dengan hematuria.
Pendahuluan
• Hematuri adalah perdiktor kuat adanya kelainan traktus urinarius dalam
pemeriksaan urinalisa.
• Penyebab tersering hematuri antara lain infeksi, urolitiasis, trauma,
penyakit parenkim ginjal, dan keganasan. Keganasan ginjal yang palig
sering disertai dengan hematuria adalah karsinoma sel renal, karsinoma
sel urotelial, karsinoma prostat, dan karsinoma sel skuamosa.
• Peran semua peralatan diagnostik, termasuk radiografi konvensional,
intravenous intravenous urography (IVU)/excretory urography,
ultrasonography, retrograde pyelography, multidetector computed
tomography urography (MDCTU), dan magnetic resonance urography
(MRU), masih dirundingkan. Artikel ini mengutamakan untuk peran
MDCTU sebagai alat diagnostik untuk pasien dengan hematuri.
Pemeriksaan hematuri
• Evaluasi hematuri harus diawali dengan menyingkirkan keadaan seperti
menstruasi, pasca aktivitas berat, pasca aktivitas seksual, infeksi.
• Hematuria makroskopik memiliki risiko lebih tinggi terhadap terjadinya
keganasan.
• Faktor risiko keganasan traktus urinarius adalah merokok , pajanan benzena atau
amina aromatik, infeksi traktus urinarius berulang , riwayat gejala iritasi saat
berkemih, asupan siklofosfamid, iradiasi panggul , dan penyalahgunaan
analgesik.
• Pemeriksaan urologis lengkap untuk hematuria mencakup anamnesis dan
pemeriksaan fisik, analisis laboratorium, dan radiologi saluran kemih bagian atas
diikuti dengan pemeriksaan cystoscopic kandung kemih. Sitologi traktus
urinarius, walaupun masih kontroversial, sering dijadikan langkah awal
pemeriksaan hematuria. Namun , pemeriksaan tersebut memiliki tingkat negatif
palsu yang tinggi untuk mendeteksi keganasan dan sensitivitasnya hanya 25 % . 
Evaluasi radiologi hematuria
• Pemeriksaan lini pertama adalah radiografi konvensional , USG ginjal , dan / atau IVU
yang dikombinasi dengan cystoscopy.
• Pemeriksaan lini kedua mencakup MDCTU dan MRU, pemeriksaan ini dapat langsung
mendeteksi adanya kelainan.
• Protokol sebelumnya yaitu kombinasi antara USG dan IVU digantikan oleh MDCTU.
MDCTU, yang merupakan alat diagnostik paling sensitif dan spesifik untuk diagnosis
batu saluran kemih dan untuk mendeteksi karakteristik massa ginjal. MDCTU telah
terbukti lebih sensitif, spesifik, dan akurat daripada IVU dalam mendiagnosis
karsinoma urothelial saluran kemih atas pada pasien dengan hematuria. Selain itu,
MDCTU memiliki keuntungan dalam mencitrakan jaringan periureteric dan
retroperitoneum, sementara urography ekskresi hanya mencitrakan lumen ureter dan
tidak dapat mencitrakan kelainan lain dengan baik. Diagnostik MDCTU lebih unggul
dibandingkan IVU dalam mendeteksi keganasan. Saat ini MDCTU dikombinasikan
dengan teknologi terbaru dengan penggunaan radiasi dosis rendah, sehingga banyak
peneliti merekomendasikan MDCTU sebagai alat radiologi lini pertama untuk diagnosis
pasien hematuria dengan kelainan saluran kemih bagian atas.
Radiografi konvensional
• Radiografi konvensional ginjal, ureter, dan kandung
kemih (KUB) yang digunakan memiliki nilai
diagnostik yang rendah untuk mendeteksi
hematuria.
• Radiografi konvensional dapat mendeteksi kelainan
batu traktus urinarius dengan sensitivitas 45-60%.
Radiografi konvensional tidak memvisualisasikan
batu radiolusen (10-20%) karena diatasnya masih
terdapat udara usus, feses sehingga menyebabkan
interprteasi semakin sulit.
Intravena Urografi (IVU)
• Keutamannya adalah dapat mendeteksi
seluruh bagian traktus urinarius atas bahkan
sampai mendeteksi tumor urothelial terkecil
dengan resolusi yang baik. Sensitivitas 60,5%
dan spesifisitas 90,9% untuk mendeteksi
kelainan ginjal pada pasien dengan hematuria.
• Kelemahan alat ini adalah waktu pemeriksaan
yang lama dan risiko reaksi kontras.
Gambar 1. Intravena urogram (gambar kandung kemih diperoleh pasca 15
menit pemberian kontras). Ada lesi massa infiltratif yang melibatkan dinding
kandung kemih sebelah kanan. Pemeriksaan cystocopy menunjukkan adanya
karsinoma sel urothelial.
Gambar 2. Intravena urogram menunjukkan adanya defek dibagian
terbawah calyx ginjal kiri, pemeriksaan histologis menunjukkan
karsinoma sel urothelial
USG
• Manfaat utama USG adalah untuk menghindari
paparan radiasi dan kontras intra vena. USG
digunakan pada populasi yang sensitif dengan
radiasi seperti wanita hamil dan pasien anak.
• USG lebih unggul dibandingkan IVU untuk
mendeteksi massa ginjal dengan sensitivitas 79 %
sedangkan IVU 67%.
• USG memiliki sensitivitas yang terbatas untuk
mendeteksi massa ginjal yang berukuran kecil jika
dibandingkan dengan CT.
Gambar 3. USG ginjal menunjukkan hipoekoik exophytic massa
solid dari bagian terbawah ginjal terdiri atas karsinoma sel
renal
 
 Pielografi Retrograd
• Retrograd pielografi dapat mencitrakan pelvis
renalis dan ureter dengan derajat resolusi tinggi.
• Namun, CTU (CT Urogram) dinyatakan sebagai alat
diagnosis paling akurat dibandingkan pielografi
retrograd dalam mendeteksi lesi urothelial.
• Retrograd pielografi dapat digunakan sebagai
pilihan lini kedua untuk mendeteksi defek ginjal
atau pada pasien gagal ginjal atau yang alergi
terhadap kontras.
Gambar 4 Pielografi Retrograd. Terdapat massa infiltrat ireguler
pada pelvis ralis dan proximal ureter. Pemeriksaan histologis
menunjukkan karsinoma urothelial
 
CTU
• Peran CT telah diperluas dalam mencitrakan traktus urinarius,
akhir-akhir ini terdapat alat scan multidetektor (MDCT) dan CT
urografi (CTU).
• Kontras dianggap sebagai alat yang paling sensitif dalam
menentukan penyebab hematuri.
• CTU lebih baik dalam mendiagnosis kelainan penyebab hematuri
dibandingkan IVU dan USG.
• Kendala utama yang membatasi CTU sebagai pemeriksaan lini
pertama pada pasien dengan hematuria adalah dosis radiasi yang
dikeluarkan. Rerata dosis efektif dosis 14.8mSv ± 9mSv telah
dilaporkan sebagai standar tiga fase CTU dibandingkan dengan
IVU dengan melaporkan kisaran dosis 3.6mSv-9.6mSv
• CTU lebih baik sebagai diagnostik radiologi jika
dibandingkan dengan radiografi konvensional,
USG , dan IVU dalam mendeteksi parenkim
ginjal massa dan batu saluran kemih . Namun,
dosis radiasi yang relatif tinggi membuat CTU
dihindari sebagai uji diagnostik lini pertama
pada pasien haematuri.  
Gambar 5. CT urogram (gambar potongan coronal) menunjukkan
adanya massa polipoid nerukuran besar yang berasal dari dinding
kandung kemih. Pemeriksaan biopsi sistokopi menunjukkan karsinoma
sel urothelial
Gambar 6 CT ginjal (gambaran nefrografi potongan corona)
menunjukkan adanya lesi berupa massa besar berasal dari
bagian terbawah ginjal kiri, pemeriskaan histologi
menunjukkan karsinoma sel renal
MRU
• MRU sebagai alat diagnosis non invasif “one-stop shop” yang
dapat mendeteksi kelainan traktus urinarius termasuk struktur
jaringan lunak dan fungsi eksresi tanpa radiasi ionisasi.
• Kelemahan MRI antara lain membutuhkan waktu lama,
keterbatasan kemampuan deteksi, harga mahal, sensitivitas,
pencitraan artefak, dan resolusi yang rendah dibandingkan
dengan CT atau radiografi konvensional.
• MRU berperan khusus dalam mengevaluasi nyeri akibat
hidronefrosis pada pasien hamil. Tidak hanya mencitrakan
traktus urinarius tanpa radiasi ionisasi atau kontras, tapi dapat
pula membedakan antara keadaan traktus urinarius normal
dngan obstruksi akibat batu.
Gambar 8 : Sinyal T2 menunjukkan adanya massa di bagian
teratas ginjal yang menginvasi pelvis renalis
 
Gambar 9 : Sinyal T2 MRI menunjukkan adanya massa
heterogen luas di bagian kiri atas ginjal
 
Kesimpulan
• Masih belum banyak data yang akurat untuk memilih alat diagnostik terbaik untuk mengevaluasi pasien
hematuria.
• Radiografi konvensional tidak berperan dalam mengevaluasi hematuri.
• USG penting digunakan untuk mengevaluasi pasien hematuri pada pasien resiko rendah dan alergi
terhadap radiasi.
• Retrograd pielografi digunakan untuk konfirmasi pencitraan karakteristik defek yang ditemui pada IVU
dan CTU.
• MRU merupakan pemeriksaan non invasif dan komprehensif untuk mengevaluasi kelainan traktus
urinarius atas tanpa radiasi dan sangat berguna jika digunakan pada orang hamil dan anak-anak.
• Telah diterima secara luas bahwa CTU, radiografi konvensional, USG dan IVU dapat mendeteksi massa
parenkim ginjal dan batu di traktus urinarius atas.
• Keterbatasan utama CTU adalah paparan radiasi sehingga tidak dapat dijadikan lini pertama pemeriksaan
radiologi hematuri.
• Bukti mutakhir dari European Society of Urogenital Radiology menyarankan bahwa CTU dapat digunakan
pada pasien dengan resiko tinggi keganasan ginjal tanpa alergi kontras .
• CT menyajikan teknik “one-stop shop” pada pasien, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya
kunjungan rumah sakit dan mendiagnosis lebih awal. Alat diagnosis tersebut harus disesuaikan dengan
dosis radiasi. 

Anda mungkin juga menyukai