Anda di halaman 1dari 22

JAMINAN DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

KELOMPOK 6

DISUSUN OLEH :

ADAM ZAINUL FIKRI 22-2014-137


MUHAMMAD NUR TAUFIEQUL A. 22-2015-043
TAUFIK MULYANTO 22-2015-057
MOCHAMMAD REZA SATRIA C. 22-2015-071
ASYER TANGALAYUK 22-2016-158
AZMI RAFI 22-2016-171
HARKIKI MAREWA 22-2016-183

1
Latar Belakang

• Semakin pesatnya pembangunan dewasa ini menuntut dunia


konstruksi untuk selalu tampil dengan performance baru. Kemampuan
teknis para kontraktor harus sudah terbukti dengan sertifikasi
international (ISO), begitupun kemampuan financial kontraktor harus
benar-benar dapat dibuktikan di depan Pemilik proyek sebagai tolok
ukur kepercayaan kerjasama.

• Keamanan Pemilik proyek dalam dunia konstruksi lebih


diprioritaskan. Hal ini dapat dilihat dari peraturan-peraturan yang
dikeluarkan pemerintah hampir semua ditujukan untuk kemanan
pemilik proyek. Jaminan dalam perjanjian pemborongan (tercantum
dalam Undang Undang Jasa Konstruksi No. 18 Tahun 1999)
merupakan hal yang paling utama dalam usaha perlindungan terhadap
pemilik proyek.
2
Latar Belakang
• Sebagai tolok ukur kepercayaan dari pihak pemilik proyek, kontraktor harus
memberikan jaminan terhadap semua kepercayaan yang telah diberikan
kepadanya. Jaminan tersebut dapat dilakukan dengan jaminan yang
dikeluarkan oleh pihak ketiga (dalam hal ini bank), yaitu sering disebut
dengan Bank Garansi (Guarantee Bank) maupun dengan Jaminan dari
perusahaan asuransi (Surety Bond).

• Permasalahan yang selama ini sering timbul adalah kurang efektifnya fungsi
jaminan sebagai penjamin kelangsungan proyek. Tidak sedikit Kontraktor
menelantarkan pekerjaan di tengah jalan/ ingkar janji, padahal sebelumnya
telah menyerahkan sejumlah jaminan sesuai persyaratan. Hal in dikarenakan
besaran jaminan yang telah ditentukan berdasarkan peraturan yang berlaku
dirasa kurang memadai/ terlalu kecil bila dibanding dengan nilai proyek yang
dijaminnya, sehingga pihak kontraktor merasa ringan bila terjadi ingkar janji
dan menelantarkan proyek. Berdasarkan hal tersebut perlu sekali untuk
dilakukan tinjauan terhadap besaran nilai jaminan dalam prmborongan,
apakah sudah layak atau perlu peninjauan ulang.
3
PIHAK PIHAK YANG TERLIBAT
Mekanisme penerbitan jaminan melibatkan 3 pihak :
1. PENJAMIN
Pihak mengeluarkan jaminan bisa berupa Bank atau Perusahaan Asuransi

2. PIHAK TERJAMIN
Sebagai pihak yang dijamin, nasabah yang melakukan permohonan
kepada penjamin untuk menerbitkan jaminan kepada penerima jaminan
(pemilik proyek)

3. PENERIMA JAMINAN
Pihak (pemilik proyek) yang menerima jaminan atas suatu perjanjian
dengan pihak terjamin.

4
MEKANISME PENERBITAN
• Perundinagan rencana kerja proyek antara kontraktor yang akan
menerima proyek dengan pemilik proyek
• Kontraktor mengajukan garansi pada Bank ataupun Perusahaan
Asuransi
• Penjamin (Bank/Perusahaan Asuransi) memberikan setifikat
garansi/jaminan kepada kontraktor
• Sertifikat diberikan kepada pemilik proyek pada saat pemilik proyek
memberikan pekerjaan/proyek pada kontrator
• Ketika kontraktor tidak menepati janji maka pemilik proyek dapat
menggunakan garansinya untuk mendapat ganti rugi
• Ketika pekerjaan/proyek diselesaikan oleh kontraktor maka
jaminan/garansi harus dikembalikan

5
SURETY BOND
Surety Bond adalah suatu perjanjian dua pihak yaitu Asuransi dan
Principal, dimana pihak pertama Asuransi memberikan jaminan
kepada pihak kedua ( Principal ) untuk kepentingan pihak ketiga
( Obligee ). Apabila Principal melakukan hal yang berupa kelalaian
atau gagal melaksanakan kewajibannya yang biasa di sebut dengan
wanprestasi ( CLAIM ) sesuai perjanjian dengan Obligee, maka pihak
Asuransi akan bertanggung jawab kepada Obligee untuk
menjamin/mengganti kerugian tersebut.

6
BANK GARANSI
Bank Garansi merupakan jaminan pembayaran yang diberikan kepada pihak
penerima jaminan, apabila pihak yang dijamin tidak memenuhi kewajibannya.
Bank Garansi adalah jaminan dalam bentuk sebuah sertifikat yang diberikan
oleh bank dalam penyelesaian suatu proyek ketika pelaksana atau kontraktor
sebagai penerima kontrak ingkar/cedera janji. Dengan adanya Bank Garansi
pemilik proyek akan mendapat kepastian bahwa proyek akan berjalan sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati.

Sertifikat ini merupakan jaminan tertulis dari bank yang diberikan/ditujukan


kepada nasabahnya (pihak terjamin) untuk memenuhi suatu kewajiban, dan
apabila pihak terjamin di kemudian hari ternyata tidak memenuhi kewajiban
kepada pihak ketiga atau penerima jaminan sesuai dengan persetujuan
(wanprestasi), maka bank sebagai pihak penjamin dapat mengambil tindakan
untuk menginkasokan sertifikat kepada pihak penerima jaminan (beneficiary).

7
PERBEDAAN BANK GARANSI DAN SURETY BOND

8
CONTOH PERUSAHAAN ASURANSI
(PEMBUAT SURETY BOND)

9
BANK

10
JAMINAN DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi merupakan rangkaian


kegiatan yang penuh dengan resiko: kegagalan pelaksanaan,
keterlambatan, dan segala hal yang berbentuk wanprestasi, yang dapat
menyebabkan kerugian baik bagi pengguna jasa konstruksi maupun
penyedia jasa konstruksi.
•Jaminan Penawaran
•Jaminan Pelaksanaan
•Jaminan Uang Muka
•Jaminan atas Mutu Hasil Pelaksanaan (Pemeliharaan)
•Jaminan Pembayaran
•Jaminan terhadap Kegagalan Pekerjaan Konstruksi (antara lain,
asuransi pekerjaan, bahan dan peralatan, asuransi tenaga kerja, dan
asuransi tuntutan pihak ketiga)
•Jaminan terhadap Kegagalan Bangunan.

11
JAMINAN PENAWARAN
• Agar calon peneydia jasa yang mengikuti proses pemilihan (pengadaan)
adalah para calon penyedia jasa yang berniat secara sungguh-sungguh untuk
mengikuti proses pemilihan penyedia jasa
• Antara 1% sampai dengan 3% dari nilai penawaran penyedia jasa
• Penyedia jasa perencanaan, pelaksanaan, dan juga penyedia jasa pengawas
konstruksi
• Nilai jaminan penawaran yang cukup memadai sangat diperlukan
sehubungan dengan sangat bervariasinya nilai penawaran penyedia jasa
• Terkadang dijumpai perbedaan nilai penawaran antara penawar terendah
(A) dan penawar ke-dua terendah (B) yang cukup besar, sehingga apabila
penyedia jasa A mengundurkan diri karena satu dan lain hal, maka
pengguna jasa terpaksa harus menggunakan jasa B dan menanggung
kerugian yang besarnya lebih dari nilai jaminan penawaran

12
Resiko yang menyebabkan klaim :

•Principal mengundurkan diri setelah memasukan penawaran.


•Principal tidak menyerahkan jaminan pelaksanaan setelah dinyatakan
sebagai pemenang tender oleh obligee.
•Principal tidak bersedia menandatangani kontrak setelah dinyatakan
sebagai pemenang tender oleh obligee. Besarnya nilai ganti rugi
•Bank Garansi : sebesar nilai jaminan.
•Surety Bond : besarnya ganti rugi sebesar selisih jumlah harga
penawaran pemenang pertama dengan jumlah penawaran pemenang
kedua dengan maksimum sebesar nilai jaminan.

13
JAMINAN PELAKSANAAN

• Jaminan bahwa penyedia jasa akan meyelesaikan pekerjaannya


sesuai ketentuan kontrak kerja kontruksi
• Umumnya ditetapkan sebesar 5% dari nilai kontrak
• Pihak pelaksana konstruksi dan pihak perencana (jaminan
pelaksanaan perencanaan). Pihak pengawas konstruksi tidak
diminta untuk menyerahkan jaminan pelaksanaan ini.
• Sebenarnya kurang memadai apabila dibandingkan dengan risiko
pengguna jasa terhadap kenyataan kondisi kualitas penyedia jasa
konstruksi secara umum di Indonesia.

14
Resiko yang menyebabkan klaim :
•Principal Wanprestasi (gagal melaksanakan kewajiban-kewajiban yang
seharusnya dilaksanakan sebagaimana diatur dalam kontrak).
•Principal tidak memperpanjang jaminan pelaksanaan apabila jangka
waktu pelaksanaan pekerjaan telah diperpanjang sesuai dengan
kesepakatan antara principal dan obligee.
•Besarnya nilai ganti rugi
•Bank Garansi : sebesar nilai jaminan.
•Surety Bond : kerugian dihitung dengan cara menunjuk pihak ketiga
untuk meneruskan pekerjaan yang belum selesai, besarnya ganti rugi
sebesar selisih antara nilai kontrak principal dengan obligee dibandingkan
dengan nilai kontrak principal pengganti dengan obligee dengan
maksimum sebesar nilai jaminan.

15
JAMINAN UANG MUKA

• Dalam kontrak dapat dicantumkan klausul mengenai pembayaran


uang muka, yang pada proyek-proyek pemerintah adalah sebesar
maksimum 30% dari nilai kontrak
• Nilainya sekurang-kurangnya sama dengan besarnya uang muka
yang diterimanya
• Jaminan ini dimaksudkan agar uang muka akan sepenuhnya
digunakan oleh penyedia jasa untuk kepentingan pelaksanaan
proyek yang akan dikerjakan

16
JAMINAN ATAS MUTU HASIL PEKERJAAN

• Dikenal juga sebagai jaminan pemeliharaan


Merupakan jaminan atas kesanggupan principal untuk memperbaiki
kerusakan-kerusakan pekerjaan setelah pelaksanaan pekerjaan
selesai sesuai dengan ketentuan yang diperjanjikan dalam kontrak.
Jaminan ini diterbitkan sebagai pengganti dari nilai retensi
(jumlah uang yang ditahan oleh obligee pada masa pemeliharaan
maksimal sebesar 5% dari nilai kontrak).
• Pada saat penyerahan pertama (pekerjaan telah mencapai 100%),
penyedia jasa pelaksanaan belum menerima pembayaran 100%,
tetapi ada persentasi pembayaran yang ditahan oleh pengguna jasa
(retainage), umumnya sebesar 5%
• Melindungi pengguna jasa agar penyedia jasa menyelesaikan
kewajibannya (perbaikan atas kekurangan dalam hal mutu
pekerjaan sehingga sesuai dengan mutu yang telah ditetapkan
dalam kontrak) selama masa pemeliharaan, yaitu masa antara
penyerahan pertama dan penyerahan ke dua.

17
JAMINAN PEMBAYARAN
Merupakan jaminan yang biasa digunakan dalam bentuk kontrak Pra
Pendanaan Penuh dari Penyedia Jasa (Contractor's Full Prefinance)
dimana seluruh pekerjaan dibiayai terlebih dahulu oleh penyedia jasa,
masa untuk menjamin penyedia jasa mendapatkan pembayaran atas
pekerjaannya maka pengguna jasa harus memberikan jaminan
pembayaran kepada penyedia jasa.

jaminan pembayaran bukanlah sebuah instrumen pembayaran,


jaminan ini baru dapat dicairkan apabila secara tegas telah dinyatakan
di dalam kontrak bahwa jaminan pembayaran tersebut boleh
dicairkan sebagai alat pembayaran kepada penyedia jasa.

18
JAMINAN TERHADAP KEGAGALAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

• Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang


tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak
kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan
pengguna jasa atau penyedia jasa
• Kegagalan pekerjaan konstruksi yang dimaksud adalah kegagalan yang terjadi
selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi
• Pihak yang menyebabkan kegagalan pekerjaan konstruksi (penyedia jasa atau
pun pengguna jasa) berkewajiban untuk mengganti atau memperbaiki kegagalan
pekerjaan konstruksi
• Untuk pekerjaan pelaksanaan konstruksi: asuransi pekerjaan, asuransi bahan,
asuransi peralatan, asuransi tenaga kerja, dan asuransi tuntutan pihak ketiga
• Untuk pekerjaan perencanaan dan pengawasan konstruksi, adalah dalam bentuk
professional indemnity/liability insurance.

19
JAMINAN TERHADAP KEGAGALAN BANGUNAN

• Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak jasa asuransi, terdapat


produk-produk asuransi yang cocok untuk diterapkan dalam
jaminan terhadap kegagalan bangunan
• Bagi pihak pengguna jasa adalah asuransi tuntutan pihak ketiga
(public liability insurance)
• Bagi pihak penyedia jasa (perencana, pengawas, dan pelaksana)
adalah menggunakan professional liability insurance
• Kesulitan dalam mendefinisikan standar kompetensi profesi
yang dijamin

20
KAJIAN ASPEK EKONOMI

TINGKAT PREMI JAMINAN/ASURANSI KONSTRUKSI

Jenis Jaminan/Asuransi Tingkat Premi Keterangan


1 Jaminan Penawaran 0.35% per triwulan
2 Jaminan Uang Muka 0.80% per triwulan
3 Jaminan Pelaksanaan 0.60% per triwulan
4 Jaminan Pemeliharaan 0.60% per triwulan
5 Contractor’s All Risks 0.175% untuk rumah/kantor Ganti rugi total
maks 5 lantai maks Rp.200 juta
6 Erection All Risk 0.250% untuk mesin tunggal Ganti rugi total
maks Rp.175 juta
7 Professional Liability/ Di luar negeri sekitar US$ Benefit US$
Indemnity Insurance 7,000 per tahun 500,000
8 Public Liability/Indemnity Biasanya berkisar antara 60-
Insurance 70% dari tingkat premi
Professional Liability/
Indemnity Insurance

21
QUIZ

• 1. Sebutkan perbedaan Bank Garansi dan Surety Bond.


• 2. Jelaskan cara mekanisme penerbitan dalam jaminan.

22

Anda mungkin juga menyukai