Anda di halaman 1dari 15

Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Journal Reading

Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Juni 2020

The Effect of Anxiety and Depression on Sleep Quality


of Individuals With High Risk for Insomnia: A
Population-Based Study
(Efek Kecemasan dan Depresi terhadap KualitasTidur pada Individu dengan RisikoTinggi
Insomnia: Sebuah Penelitian Berbasis Populasi)

Disusun oleh: Pembimbing:


Raehana Zulkifli (2018-84-054) dr. David Santoso T., Sp.KJ., MARS
Abstrak
• Insomnia  salah satu ggn. tidur tersering menjadi perhatian publik yang penting
• Beberapa ggn.pskiatri, seperti gangguan cemas dan depresi memiliki hubungan erat
PENDAHULUAN dengan insomnia
Penyelidikan antara gangguan tidur dan komorbiditas psikiatri pada subjek dengan risiko
tinggi terhadap insomnia
• Analisis data dari seluruh negara secara survei cross-sectional pada populasi dewasa
Korea usia 19-69 tahun mulai dari November 2011 sampai Januari 2012
• Penilaian dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur
METODE • Evaluasi insomnia : Insomnia Severity Index (ISI)
• Diagnosis ggn. cemas dan depresi : Goldberg Anxiety Scale (GAS) dan Patient Health
Questionnaire-9 (PHQ-9)
• 2.762 responden, 290 (10,5%) risiko tinggi insomnia, cemas dan depresi > sering
ditemukan pd populasi ini dibandingkan tanpa insomnia.
• Patisipan dg insomnia, 152 orang (52,4%) tidak pernah mengalami cemas & depresi,
HASIL 63 orang (21,7%) hanya memiliki kecemasan, 21 orang (7,2%) hanya memiliki depresi,
dan 54 orang (18,6%) mengalami cemas & depresi
• Kelompok yang mengalmai cemas & depresi dikaitkan dengan perburukan skor pada
skala yang berhubungan dengan tidur (ISI, PSQI, ESS)
• Komorbiditas psikiatri dapat memiliki dampak negatif pd responden dengan
KESIMPULAN insomnia seperti ggn. keadaan siaga di siang hari, kualitas tidur, dan keparahan
insomnia
Prevalensi global insomnia
(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi ke 4)
6-10%

Dampak Insomnia
Meningkatkan angka kecelakaan mobil, menurunkan performa kerja, menyebabkan
self-medication dengan konsumsi alcohol & masalah sosioekonomi

Diantara pasien dengan insomnia, prevalensi gangguan kecemasan, termasuk


PENDAHULUAN gangguan kecemasan general, gangguan panik, gangguan stress post trauma, dan
fobia adalah 24-36%, depresi mayor 14-31%.

Tujuan
Penelitian
Meninjau hubungan antara keparahan insomnia, kualitas tidur dan kantuk saat siang
hari, dan komorbiditas dengan cemas dan depresi pada individu dengan risiko tinggi
insomnia
Dx Insomnia, Cemas dan
Prosedur Survei Depresi
 Survei cross-  Mendefinisikan risiko tinggi Pengukuran Kualitas
pada insomnia  Insomnia Tidur
sectional pd populasi
Severity Index (ISI) dg skor   Pittsburgh Sleep
Korea yang
10
dilakukan dari Quality Index
November 2011  Dx cemas  Goldberg anxiety (PSQI)  menilai
sampai Januari 2012 scale (GAS) multifaktor yang
METODE  Dilakukan  Dx depresi  Patient Health
Questionnaire-9 (PHQ-9)
menyebabkan
disfungsi tidur
wawancara &
pengisian kuesioner  Responden diklasifikasikan 4  Epworth Sleepiness
 Kriteria inklusi : usia kelompok yaitu (1) tanpa Scale (ESS) 
cemas dan depresi, (2) menilai kantuk saat
19 sampai 69 tahun
dengan cemas namun tanpa siang hari
depresi, (3) tanpa cemas
namun dengan depresi dan
(4) dengan cemas dan
depresi.
ANALISIS STATISTIK

Menilai jumlah diagnosis


yang dibedakan berdasarkan Perbedaan kelompok dalam
jenis kelamin, usia, ukuran keparahan ISI dan
area pemukiman, tingkat karakteristik insomnia
pendidikan dan tipe giliran dibandingkan dengan tes
kerja (work-shift) digunakan Jonckheere’s trend
Chi-square

Membandingkan perbedaan Menilai apakah hubungan


kelompok dalam waktu tidur antara komorbiditas cemas
dan skor ESS dan PSQI dan depresi dan risiko
menggunakan tes Kruskal- insomnia dimediasi dengan
Wallis diikuti dengan kualitas tidur diakukan
perbandingan multiple oleh analisis mediasi dg two-
Distribusi sosiodemografik partisipan,
Bonferroni’s correction tailed (uji dua arah)
total populasi Korea, dan identifikasi
kasus menjadi insomnia, kecemasan
dan depresi
HASIL
Data Demografik Subjek

Prevalensi Insomnia, Cemas


dan Depresi serta Nilai Rata-
rata (Mean) dalam Skala
Tidur

Perbedaan Ukuran Tidur


dalam Empat Kelompok

Alur skema partisipan


 Dari 2,762 partisipan, sebanyak 290 (10,5%) diklasifikasikan dalam
risiko tinggi insomnia
 Nilai mean skor ISI, ESS dan PSQI pada individu dengan risiko tinggi
HASIL insomnia yaitu 14.37  4.39, 7.73  4.87, dan 7.42  2.59 z

Data Demografik Subjek

Prevalensi Insomnia,
Cemas dan Depresi serta
Nilai Rata-rata (Mean)
dalam Skala Tidur
Analisis regresi logistik
Perbedaan Ukuran Tidur
dalam Empat Kelompok
Cemas dan depresi; > banyak individu yang memiliki risiko
KESIMPULAN tinggi insomnia dibandingkan tidak, meski telat ditambah
variable demografik
 Partisipan risiko tinggi insomnia
HASIL dengan cemas dan depresi
berhubungan dengan skor ESS dan
PSQI yang lebih tinggi
Data Demografik Subjek
 Sementara itu, individu tanpa
Prevalensi Insomnia, Cemas komorbiditas psikiatri dikaitkan
dan Depresi serta Nilai Rata- dengan skor PSQI yang lebih rendah
dibandingkan dengan tiga kelompok
rata (Mean) dalam Skala lainnya
Tidur
 Skor ISI secara signifikan lebih tinggi
Perbedaan Skala Tidur pada partisipan dengan cemas dan
pada Empat Kelompok depresi dibandingkan tanpa Proporsi masing-masing
komorbiditas psikiatri kategori index keparahan
insomnia
 Prevalensi risiko tinggi insomnia pada populasi dewasa di Korea
yaitu 10,5%, yang mana secara signifikan berbeda dari angka yang
sebelumnya dilaporkan pada populasi Korea (sekitar 20%)
 sebuah penelitian berbasis populasi di Jepang, disebutkan
prevalensi insomnia sebanyak 8,8%, yang mana lebih selaras
DISKUSI dengan hasil penelitian kami
 Serupa dengan penelitian sebelumnya, kami menemukan bahwa
prevalensi insomnia lebih tinggi pada wanita dan individu dengan
tingkat pendidikan yang lebih rendah
 Kami juga menemukan tidak terdapat hubungan antara usia dan
prevalensi insomnia
 Kami meneliti bahwa 47.6% dari individu dengan risiko tinggi
insomnia memiliki komorbiditas cemas atau depresi
 Sesuai perkiraan, kelompok 1 memiliki skor PSQI dan ISI yang
lebih rendah daripada kelompok 2, 3 dan 4
 Skor ESS pada subjek dengan cemas saja atau depresi saja
DISKUSI (kelompok 2 dan 3) tidak berbeda secara signifikan dari individu
tanpa cemas maupun depresi
 Kelompok 4 secara konsisten berhubungan dengan tidur yang
lebih buruk daripada kelompok 2, sementara kelompok 3 dan
kelompok 4 berbeda secara signifikan pada proporsi partisipan
yang memiliki skor ISI yang lebih tinggi
 Individu dengan risiko tinggi insomnia berkaitan dengan
peningkatan insidensi cemas dan depresi dibandingkan pada
populasi yang tanpa insomnia
 Setelah mengontrol variable yang dapat mengacaukan, subjek
dengan insomnia didapatkan menjadi 9,8 kali lebih tinggi untuk
DISKUSI mengalami cemas daripada subjek tanpa insomnia dan 19,7 kali
lebih tinggi untuk mengalami depresi
 Depresi dan cemas memiliki hubungan tidak langsung dengan
derajat keparahan insomnia dan buruknya tidur berkaitan dengan
gejala somatik, yang mana pada gilirannya akan memperberat
keparahan insomnia
 Kami tidak mempertimbangkan komorbiditas cema dan depresi
dengan gangguan tidur lainnya seperti obstructive sleep apnea,
narcolepsy, dan srestless legs syndrome
 meskipun kami melakukan penilitian berbasis populasi dengan
KETERBATASAN eror sampling yang rendah, kekuatan statistik pada pemeriksaan
subkelompok dapat berkurang karena kecilnya sampel (terutama
pada kelompok 3)
 kami tidak mempertimbangkan dampak penggunaan obat ketika
menganalisis data kami
 Kekantukan saat siang hari, kualitas tidur secara general, dan
keparahan insomnia secara konsisten lebih buruk pada subjek
yang memiliki depresi dan kecemasan
 Efek dari kombinasi kondisi psikiatri dipengaruhi oleh indeks
KESIMPULAN kualitas tidur, yang mana mencakup insomnia dan berkaitan
dengan gejala somatik
 Ketika mengobati pasien insomnia, klinisi harus melihat adanya
komorbid psikiatri yang mendasarinya untuk menentukan terapi
yang sesuai dan meningkatkan efek terapeutik
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai