Dampak Insomnia
Meningkatkan angka kecelakaan mobil, menurunkan performa kerja, menyebabkan
self-medication dengan konsumsi alcohol & masalah sosioekonomi
Tujuan
Penelitian
Meninjau hubungan antara keparahan insomnia, kualitas tidur dan kantuk saat siang
hari, dan komorbiditas dengan cemas dan depresi pada individu dengan risiko tinggi
insomnia
Dx Insomnia, Cemas dan
Prosedur Survei Depresi
Survei cross- Mendefinisikan risiko tinggi Pengukuran Kualitas
pada insomnia Insomnia Tidur
sectional pd populasi
Severity Index (ISI) dg skor Pittsburgh Sleep
Korea yang
10
dilakukan dari Quality Index
November 2011 Dx cemas Goldberg anxiety (PSQI) menilai
sampai Januari 2012 scale (GAS) multifaktor yang
METODE Dilakukan Dx depresi Patient Health
Questionnaire-9 (PHQ-9)
menyebabkan
disfungsi tidur
wawancara &
pengisian kuesioner Responden diklasifikasikan 4 Epworth Sleepiness
Kriteria inklusi : usia kelompok yaitu (1) tanpa Scale (ESS)
cemas dan depresi, (2) menilai kantuk saat
19 sampai 69 tahun
dengan cemas namun tanpa siang hari
depresi, (3) tanpa cemas
namun dengan depresi dan
(4) dengan cemas dan
depresi.
ANALISIS STATISTIK
Prevalensi Insomnia,
Cemas dan Depresi serta
Nilai Rata-rata (Mean)
dalam Skala Tidur
Analisis regresi logistik
Perbedaan Ukuran Tidur
dalam Empat Kelompok
Cemas dan depresi; > banyak individu yang memiliki risiko
KESIMPULAN tinggi insomnia dibandingkan tidak, meski telat ditambah
variable demografik
Partisipan risiko tinggi insomnia
HASIL dengan cemas dan depresi
berhubungan dengan skor ESS dan
PSQI yang lebih tinggi
Data Demografik Subjek
Sementara itu, individu tanpa
Prevalensi Insomnia, Cemas komorbiditas psikiatri dikaitkan
dan Depresi serta Nilai Rata- dengan skor PSQI yang lebih rendah
dibandingkan dengan tiga kelompok
rata (Mean) dalam Skala lainnya
Tidur
Skor ISI secara signifikan lebih tinggi
Perbedaan Skala Tidur pada partisipan dengan cemas dan
pada Empat Kelompok depresi dibandingkan tanpa Proporsi masing-masing
komorbiditas psikiatri kategori index keparahan
insomnia
Prevalensi risiko tinggi insomnia pada populasi dewasa di Korea
yaitu 10,5%, yang mana secara signifikan berbeda dari angka yang
sebelumnya dilaporkan pada populasi Korea (sekitar 20%)
sebuah penelitian berbasis populasi di Jepang, disebutkan
prevalensi insomnia sebanyak 8,8%, yang mana lebih selaras
DISKUSI dengan hasil penelitian kami
Serupa dengan penelitian sebelumnya, kami menemukan bahwa
prevalensi insomnia lebih tinggi pada wanita dan individu dengan
tingkat pendidikan yang lebih rendah
Kami juga menemukan tidak terdapat hubungan antara usia dan
prevalensi insomnia
Kami meneliti bahwa 47.6% dari individu dengan risiko tinggi
insomnia memiliki komorbiditas cemas atau depresi
Sesuai perkiraan, kelompok 1 memiliki skor PSQI dan ISI yang
lebih rendah daripada kelompok 2, 3 dan 4
Skor ESS pada subjek dengan cemas saja atau depresi saja
DISKUSI (kelompok 2 dan 3) tidak berbeda secara signifikan dari individu
tanpa cemas maupun depresi
Kelompok 4 secara konsisten berhubungan dengan tidur yang
lebih buruk daripada kelompok 2, sementara kelompok 3 dan
kelompok 4 berbeda secara signifikan pada proporsi partisipan
yang memiliki skor ISI yang lebih tinggi
Individu dengan risiko tinggi insomnia berkaitan dengan
peningkatan insidensi cemas dan depresi dibandingkan pada
populasi yang tanpa insomnia
Setelah mengontrol variable yang dapat mengacaukan, subjek
dengan insomnia didapatkan menjadi 9,8 kali lebih tinggi untuk
DISKUSI mengalami cemas daripada subjek tanpa insomnia dan 19,7 kali
lebih tinggi untuk mengalami depresi
Depresi dan cemas memiliki hubungan tidak langsung dengan
derajat keparahan insomnia dan buruknya tidur berkaitan dengan
gejala somatik, yang mana pada gilirannya akan memperberat
keparahan insomnia
Kami tidak mempertimbangkan komorbiditas cema dan depresi
dengan gangguan tidur lainnya seperti obstructive sleep apnea,
narcolepsy, dan srestless legs syndrome
meskipun kami melakukan penilitian berbasis populasi dengan
KETERBATASAN eror sampling yang rendah, kekuatan statistik pada pemeriksaan
subkelompok dapat berkurang karena kecilnya sampel (terutama
pada kelompok 3)
kami tidak mempertimbangkan dampak penggunaan obat ketika
menganalisis data kami
Kekantukan saat siang hari, kualitas tidur secara general, dan
keparahan insomnia secara konsisten lebih buruk pada subjek
yang memiliki depresi dan kecemasan
Efek dari kombinasi kondisi psikiatri dipengaruhi oleh indeks
KESIMPULAN kualitas tidur, yang mana mencakup insomnia dan berkaitan
dengan gejala somatik
Ketika mengobati pasien insomnia, klinisi harus melihat adanya
komorbid psikiatri yang mendasarinya untuk menentukan terapi
yang sesuai dan meningkatkan efek terapeutik
Terima Kasih