Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
APCD: Lebih rentan terjadi di
negara timur dibandingkan barat,
prevalensi paling tinggi Jepang
dan Thailand.
RISKESDAS: prevalensi
bronkopneumonia balita 1,85% dan
berada pada daerah Nusa Tenggara
Timur.
Kelompok umur 1-4 tahun >>
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : MNL
No. CM : 1-12-55-96
Umur : 1 bulan 20 hari
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat : Seulimum, Aceh Besar
Tanggal Masuk RS : 10 April 2017
Tanggal Pemeriksaan : 22 April 2017
•.

ANAMNESIS

Keluhan Utama Keluhan Tambahan

Penurunan kesadaran,
muntah, lemah, tidak
Kejang mau minum ASI,
demam, pucat
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan keluhan kejang sejak 1 hari SMRS. Kejang terjadi seluruh tubuh,
dengan mata melihat ke atas. Kejang terjadi selama 1 hari ini sebanyak 20 kali.
Dengan lama kejang 10 sampai 15 menit/kali kejang. Setelah kejang pasien
menangis. Sekitar 10 menit kemudian pasien kembali kejang. Setelah kejang
pasien menangis. Selama perjalanan dari seulimum hingga ke rumah sakit,
pasien tidak sadarkan diri. 2 hari SMRS pasien demam tinggi, demam
menghilang setelah pemberian obat dari puskesmas. Saat ini pasien lemah, pucat
dan tidak mau minum ASI. Muntah 1 hari SMRS, muntah lebih dari 10 kali,
sebanyak 10 cc/kali muntah berupa ASI dan cairan kekuningan. BAK terakhir 1
jam yang lalu, volume sulit dinilai, BAB kesan normal. Riwayat trauma
disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien rujukan dari RS Seulimum dengan diagnosa kejang demam kompleks +
anemia.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penggunaan Obat


- IVFD 4 : 1
- Paracetamol syr 3 x 0,6 cc
- Stesolid supp
Riwayat Kehamilan
Saat hamil ibu pasien rutin kontrol dibidan desa. Penyakit selama hamil disangkal.
Ibu pasien memiliki riwayat mengonsumsi obat rematik.

Riwayat Persalinan
Pasien merupakan anak pertama. Lahir di PKM dengan berat badan lahir 3500 gram.
Segera menangis, badan kemerahan, eksremitas kebiruan. Menurut ibu pasien, setelah lahir
pasien disuntikkan obat di paha kiri namun ibu pasien tidak mengetahui jenis obatnya.

Riwayat Imunisasi
Hb0 setelah lahir

Riwayat Nutrisi
0 – sekarang : ASI
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sedang


Kesadaran : Somnolen
Frekuensi Nadi : 100 x/menit
Frekuensi Pernafasan : 44 x/menit
Temperatur : 35,7 0C
Status Antropometri
Berat Badan Sekarang (BBS) : 4,2 kg
Berat Badan Ideal : 4,5 kg
Tinggi Badan (TB): 54 cm
Lingkar Kepala : 37,5 cm
BB/U : - 2 SD + 2 SD (kategori Normal)
TB/U : - 2 SD + 2 SD (kategori Normal)
PB/BB : - 2 SD +2 (Gizi baik)
LK/U : - 2 SD + 2 SD (Normocephali)
Kesimpulan : Status gizi baik
Kebutuhan Cairan
100 x 4,2 kg = 420 cc/hari

Kebutuhan Energi
108 x 4,5 kg = 486 kkal/hari

Kebutuhan Protein
2,2 x 4,5 kg = 9,9 gr/hari
PEMERIKSAAN FISIK
konjungtiva palpebral
inferior pucat
(+/+), ikterik (-/-), pupil bulat
Normochephali, UUB isokor 3mm/3mm, refleks
membonjol (+) cahaya langsung (+/+), dan
refleks cahaya tidak
Serumen (-/-) langsung (+/+)
Sekret (-/-) NCH (-)
Simetris, nyeri tekan (-/-)
Mukosa bibir kering Vesikuler (+/+), ronkhi
(+), Ulkus (-) (-/-), wh (-/-), retraksi
intercostal (-/-)
Tidak teraba
pembesaran KGB, BJ I > BJ II,
Trakea di tengah Reguler, Bising (-),

Ikterik (-/-), pucat (+/+), Distensi (-), pembesaran


sianosis (-/-) organ ( -), nyeri tekan (-)
peristaltik usus (+)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
11/04/2 14/04/ Nilai 11/04/ 14/04/ Nilai
Rujukan Jenis Pemeriksaan 2017 2017 Rujukan
Jenis Pemeriksaan 017 2017
12,0-14,5 Hitung jenis  
Hemoglobin (g/dl) 4,3 12,9 Eosinofil 0 0 0-6
37-47 Basofil 0 1 0-2
Hematokrit (%) 13 40
4,2-5,4 Netrofil Batang 0 0 2-6
Eritrosit (106/mm3) 1,5 4,5 Netrofil Segmen 45 66 50-70
4,5-10,5 Limfosit 44 22 20-40
Leukosit (103/mm3) 17 13,1
150-450 Monosit 11 11 2-8
Trombosit (103 U/L) 686 493
ELEKTROLIT    
80-100 132-146
MCV 88 87 Natrium (Na) 120 130
27-31 Kalium (K) 5,2 5,6 3,7-5,4
MCH 30 29
Klorida (Cl) 97 92 98-106
32-36
MCHC 34 33 GINJAL-
11,5-14,5 HIPERTENSI
RDW 14,6 14,3
Ureum 51 16 13-43
7,2-11,1
MPV 9,3  8,6 Creatinin 0,10 0,60 0,51-0,95
Pemeriksaan Laboratorium
11/04/ 14/04/ Nilai
Jenis Pemeriksaan 2017 2017 Rujukan
Kimia klinik  
Hati dan empedu
SGOT 43 <35 U/L
SGPT 48 <45 U/L
Protein Total 4,91 6,4-8,3
Hematologi    
PT 45,8 9,4 9,3-12,4
APTT 109,5 35,6 29,0-40,2
Pemeriksaan CT-Scan (11/04/2017)

Kesimpulan : SDH, Edema


cerebri
Diagnosa Kerja
1. Acquired Prothombin Complex
Deficiency
2. Perdarahan subarakhnoid
3. Subdural hematom
4. Bronkopneumonia
Penatalaksanaan
- Elevasi kepala 30o
- IVFD 4 : 1 10 gtt/menit
- Transfusi FFP 50 cc/24 jam selama 3 hari
- Inj. Ceftriakson 200 mg/12 jam/IV
- Inj. Neo K 2 mg/24 jam/IM selama 3 hari
- Inj. Ranitidin 5 mg/8 jam/IV
- Inj. Piracetam 50 mg/12 jam/IV
- Gentamisin ED 1 x gtt I (OD)
- Cetrizine syr 1 x 2 mg
- Polimer 4 x gtt
- Miconazole cream
- Diet susu formula 40 cc/3 jam
Prognosis
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : dubia
Quo ad sanactionam : dubia
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Acquired Prothombin Complex Deficiency
(APCD)

APCD adalah gangguan hemostasis akibat defisiensi dari


kompleks protombin yang tidak terbentuk akibat disfungsi
faktor-faktor pembekuan yang dependen terhadap vitamin K.

APCD dini

APCD APCD klasik

APCD lambat
APCD
Rendahnya kadar vitamin K dalam
plasma dan cadangan di hati

Etiologi Rendahnya kadar vitamin K dalam ASI

Tidak mendapat injeksi vitamin K1 pada


saat baru lahir
APCD

Anamnesis: Bayi yang sebelumnya sehat, tiba-tiba


tampak pucat, malas minum, banyak tidur, kejang

Pemeriksaan fisik: Pucat tanpa perdarahan nyata,


peningkatan tekanan intrakranial (UUB menonjol,
Diagnosis
penurunan kesadaran, papil edema)

Pemeriksaan penunjang: Darah perifer lengkap


(anemia berat dengan trombosit normal),
Pemeriksaan PT dan APTT memanjang, CT-Scan
didapatkan perdarahan intrakranial.
Patofisiologi APCD
Manifesta Demam
si klinis
Kejang

Pucat
Tidak mau
minum ASI
Muntah proyektil
Penurunan
kesadaran
Bronkopneumonia
Bronkopneumonia peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus
atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution).

Pneumonia masyarakat (community-


acquired pneumonia/CAP)
Klasifikasi
Pneumonia nosokomial (hospital-
acquired pneumonia/HAP)
Patofisiologi
Stadium:
1. Stadium I
oksigenasi dan ventilasi
Bronkopneumonia (Stadium
tidak adekuat
kongesti)
2. Stadium II
3. Stadium III
4. Stadium IV Kompensasi gangguan
(Stadium pernafasan
resolusi)

Manifestasi klinis:
sesak, retraksi
intercostal dan
terdengar ronki pada
kedua lapangan paru
Analisa Kasus
Pasien datang atas nama Gejala tersering yang ditemukan
Muhammad Nizam Luthfi dengan pada APCD adalah kejang,
umur 40 hari dengan keluhan penurunan kesadaran dan
kejang. Kejang terjadi seluruh perdarahan intrakranial seperti
tubuh, dengan mata melihat ke perdarahan subdural, pendarahan
atas. Kejang terjadi sebanyak 20 intraserebral, perdarahan araknoid
kali selama 24 jam dengan lama dan perdarahan intraventrikular.
kejang 10 -15 menit/kali kejang Anemia, demam, ruam pada kulit,
dengan jarak setiap kali kejang 10 spastik dan perdarahan
menit. Pasien datang dalam gastrointestinal juga sering
keadaan tidak sadar. ditemukan.
Dua hari sebelum masuk rumah sakit
pasien demam tinggi dan turun dengan Pada pasien dengan
pemberian obat penurun demam. meningkatnya tekanan
Pasien dalam keadaan lemah, pucat, intrakranial akan didapatkan
tidak mau minum ASI. Muntah secara gejala nyeri kepala hebat,
menyemprot, lebih dari 10 kali dalam muntah proyektil, pandangan
sehari dengan volume 10 cc/kali kabur serta terjadinya
muntah. BAK terakhir 1 jam SMRS penurunan kesadaran.
dan BAB dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada saat pasien di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) RSUD dr. Zainoel Abidin, pasien terlihat pucat, ubun-ubun
menonjol, tidak ditemukan pernafasan dengan menggunakan cuping hidung.
Pada pemeriksaan vital sign didapatkan RR = 44 x/menit, HR = 100 x/menit
dan T = 35,7o C serta CRT < 2 detik.

Tanda awal pada bayi dan anak usia muda dengan peningkatan tekanan
intrakranial dapat berupa ubun-ubun besar membonjol, refleks pupil yang
melemah. Pada peningkatan TIK yang berat dan lama dapat terjadi
pembesaran pupil unilateral, kelumpuhan saraf kranial, edema papil dan
terjadi trias cushing (hipertensi, bradikardi dan perubahan pola napas).
Pada pemeriksaan laboratorium darah
rutin tanggal 11 April 2017 didapatkan
Hb 4,3 gr/dl, Ht 13%, Eritrosit 1,5 x
Pemeriksaan hematologi
106 mm2, Leukosit 17 x 103 dan
menunjukkan penurunan nilai hb
trombosit 686 x 103 U/L. Pada
dan ht yang menjadi indikator
pemeriksaan fungsi hati juga
anemia. Nilai PT dan aPTT
didapatkan peningkatan yang
memanjang pada keadaan tertentu,
menunjukkan adanya gangguan pada
seperti pada pasien hemofilia,
fungsi hati dengan nilai SGOT = 43,
penyakit hati dan defisiensi vitamin
SGPT = 48. Hasil laboratorium juga
K.
menunjukkan adanya pemanjangan
pada nilai PT 45,8 detik dan aPTT
109,5 detik.
Salah satu perdarahan yang terjadi
Dari hasil pemeriksaan CT-Scan
pada APCD merupakan perdarahan
pada tanggal 11 april 2017
intrakranial seperti perdarahan
menunjukkan adanya peningkatan
subdural, pendarahan intraserebral,
intrakanial berupa subdural
perdarahan araknoid dan
hematoma dan edema serebri.
perdarahan intraventrikular
Pada hari rawatan ke empar, pasien
menunjukkan gejala klinis sesak,
didapatkan suara ronki pada kedua Ranitidine merupakan golongan H2-
lapangan paru, retraksi intercostal antagonis untuk mengurangi
(+) dengan RR = 50x/menit. produksi asam lambung, dikarenakan
Berdasarkan gejala klinis pada pasien dalam keadaan tirah baring
pasien, dicurigai terjadinya proses sehingga tidak menyebabkan refluks.
infeksi pada paru yang didiagnosis Cetrizine adalah golongan
dengan bronkopneumonia. Terapi antihistamin yang berguna untuk
tambahan yang didapatkan adalah meredakan gejala klinis dari
ranitidine 5 mg/8 jam/IV, cetrizine bronkopneumonia.
syr 1 x 2 mg, serta nebule ventolin
½ + 1,5 ml NaCl 3%/8 jam.
Terapi pertama yang didapatkan pasien saat di IGD RSUDZA adalah
pemasangan oksigen O2 4 L/menit sungkup, diberikan infus cairan 4 : 1
kemudian inj. Ceftriakson 200 mg/12 jam/IV sebagai antibiotik, inj.
Furosemide 1,5 mg/8 jam/IV diberikan pada pasien sebagai obat diuretik
untuk membuang cairan berlebih pada pasien dikarenakan dicurigai telah
terjadi perdarahan, kemudian diberikan inj. Neo K 2 mg/hari diberikan
selama 3 hari karena dicurigai APCD, inj. Novalgin 40 mg/12 jam/IV untuk
antipiretik dan drip fenitoin 80 mg dalam 25 cc NaCl habis dalam 25 menit
sebagai anti konvulsan.

Manajemen awal pada anak dengan kecurigaan terjadinya peningkatan TIK


adalah penilaian dari jalan napas, pernapasan dan sirkulasi. Pada bayi dan
anak yang mengalami perdarahan akibat kekurangan vitamin K harus segera
mendapatkan vitamin K dengan dosis sebesar 1 mg untuk 2-3 kali pemberian
dengan interval 6-8 jam secara IV.
Penatalaksaan
• Kepala pasien dielevasikan
- Elevasi kepala 30o 30o guna menurunkan
- O2 simple mask 5L/menit tekanan intrakranial dan
- IVFD 4 : 1 10 gtt/menit mengoptimalkan tekanan
- Transfusi FFP 50 cc/24 jam
perfusi otak.
selama 3 hari
- Inj. Ceftriakson 200 mg/12
• Apabila terjadi perdarahan
jam/IV hebat, setelah diberikan
- Inj. Neo K 2 mg/24 jam/IM vitamin K juga harus segera
selama 3 hari diberikan fresh frozen
plasma dengan dosis 10-15
ml/kgBB.
Ceftriakson merupakan
- Loading fenitoin 80 mg + golongan cephalosporin
NaCl 0,9% dalam 25 cc generasi II diberikan sebagai
setalah 12 jam dilanjutkan antibiotik profilaksis pada
drip fenitoin 10 mg/12 jam. pasien, sedangkan fenitoin
- Inj. Lasix 2 mg/8 jam/IV adalah antikonvulsan yang
- Inj. Ranitidin 5 mg/8 jam/IV diberikan untuk mencegah
- Gentamisin ED 1 x gtt I (OD) terjadinya kejang dan Lasix
- Cetrizine syr 1 x 2 mg diberikan untuk mengontrol
- Polimer 4 x gtt jumlah cairan didalam sirkulasi
- Miconazole cream setelah diberikan transfusi
- Diet susu formula 40 cc/3 jam sehingga tidak terjadi overload
pada pasien.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai