Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan pada Anak

dengan Hiperbilirubinemia
Definisi

Hiperbilirubinemia adalah kelebihan kadar bilirubin dalam


darah neonatus yang ditandai dengan ikterus pada sklera,
membran mukosa, dan kulit.
(maryanti, 2011; Wong 2009)
Etiologi
 Faktor Fisiologis (Perkembangan-Prematuritas)
 Berhubungan dengan Pemberian ASI
 Produksi bilirubin berlebihan (mis. Penyakit hemolitik,
defek biokimia, memar)
 Gangguan Kapasitas hati untuk menyekresi bilirubin
terkonjugasi (mis. Defisiensi enzim, obstruksi duktus
empedu)
 Kombinasi Kelebihan produksi dan kurang sekresi (mis.
Sepsis)
Cont...
 Beberapa Keadaan Penyakit (mis. Hipotiroidisme,
galaktosemia, bayi dari ibu diabetes)
 Predisposisi genetik terhadap peningkatan produksi
(Penduduk Amerika asli, Asia)
 Inkompabilitas golongan darah ABO dan rhesus
Klasifikasi
 Ikterus fisiologis
- terjadi pd hari ke 3-10 hari pertama setelah lahir
- kadar bilirubin indirek < 10 mg% (neonatus cukup bulan) dan 12,5 mg%
(neonatus kurang bulan)
- terjadi peningkatan bilirubin < 5 mg% setiap hari
- kadar bilirubun direk < 1 mg%

 Ikterus patologis
- terjadi pd 24 jam pertama setelah lahir
- kadar bilirubin indirek > 10 mg% (neonatus kurang bulan dan 12,5 mg%
(neonatus kurang bulan)
- terjadi peningkatan bilirubin > 5 mg% setiap hari
- kadar bilirubun direk > 1 mg%

(kemenkes kep. Anak 2016)


Patofisiologi Hiperbilirubin Sel Darah Merah Lisis
Proses di Hati Bilirubin berikatan
(bilirubin dilepas dg albumin dan
dari molekul ditransport ke Sirkulasi
hepar
albumin
Heme Globin
Dibantu oleh enzim Biliverdi
glukoronil transfrase Fe
n
+ Asam Glukoronat)
Protein
Bilirubin tidak
terkonjugasi (Bilirubin
Bilirubin glukoronat bebas, tidak larut dalam
terkonjugasi Usus (Bilirubin air, dan larut dalam Digunakan
(kelarutan tinggi) terkonjugasi)
lemak, bersifat toksik oleh tubuh
bagi neuron

Dieskresikan dalam Dibantu Bakteri


empedu Keluar melalui
Feses
Urobilinogen
(Memberi Zat Keluar melalui
warna) Urine
Manifestasi Klinis
 Ikterus pada 24 jam pertama
 Ikterus disertai dengan proses hemolisis kemudian ikterus yang
disertai dengan keadaan berat badan lahir kurang dari 2000
gram.
 Peningkatan konsentrasi biirubin serum 10 mg % atau lebih
setiap 24 jam.
 Peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10mg % pada
neonatus yang cukup bulan & 12,5 mg % pada neonatus yang
kurang bulan.
Penatalaksanaan
1. FOTOTERAPI
fototerapi terdiri atas pemberian lampu
Fluoresen ke kulit bayi yang terpajan. Cahaya
membantu eksresi bilirubin dengan cara
Fotoisomerasi, yang mengubah struktur
bilirubin menjadi bentuk larut (lumirubin) agar
eksresinya lebih mudah.
LANGKAH LANGKAH FOTOTERAPI
1. Lampu yang dipakai sebaiknya tidak dipakai lebih dari 500 jam,
untuk menghindari turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu
2. Pakaian bayi dibuka agar bagian tubuh dapat seluas mungkin
terkena sinar.
3. Daerah kemaluan ditutup dengan popok
4. Kedua mata ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan
cahaya untuk mencegah kerusakan retina. Penutup mata dilepas
saat pemberian minum dan kunjungan orang tua untuk memberikan
rangsangan visual pada neonatus
5. Posisi lampu diatur dengan jarak 20-30 cm diatas tubuh bayi
6. Posisi tubuh diubah setiap 3 jam
7. pemasukan cairan dan pengeluaran urin atau feses diukur, dicatat
dan dilakukan pemantauan tanda dehidrasi
2. Transfusi tukar

pergantian darah sirkulasi neonatus dengan darah dari


donor dengan mengeluarkan darah neonatus dan
memasukan darah donor secara berulang dan bergantian
melalui satu prosedur, jumlah darah yang diganti sama
dengan darah yang dikeluarkan.
komplikasi

 Kernikterus
 Suatu keadaan dimana terjadinya penimbunan bilirubin
dalam otak sehingga terjadi kerusakan otak.
 Efek jangka panjang : keterbelakangan mental,
kelempuhan selebral atau selebral palsy, gangguan
pendengaran dan gangguan penglihatan.

 Ensefalopati bilirubin
Suatu sindrom kerusakan otak berat akibat deposisi
bilirubin tidak terkonjugasi. Manifestasi yang mungkin
timbul akibat efek toksik bilirubin pada sistem syaraf pusat
yaitu basal ganglia dan pada berbagai batang otak
Penilaian kramer
Penilaian kramer bertujuan untuk mengukur derajat ikterus
Derajat Daerah ikterus Perkiraan kadar
ikterus bilirubin

1 Kepala sampai leher 4-8

2 Kepala, badan sampai dgn umbilikus 5-12

3 Kepala, badan, paha sampai dgn lutut 8-16

Kepala, badan, ekremitas, sampai dgn


4 pergelangan tangan dan kaki 11-18

Kepala, badan, semua ekremitas sampai


5 dgn ujung jari >18mg/dl
KASUS PEMICU
Seorang bayi usia 3 hari dibawa ibunya kerumah sakit
karena mengalami kulit kekuningan. Hasil pengkajian BB
2700 gr, PB 48 cm, sklera ikterus, refleks hisap lemah,
mukosa bibir kering. Ibu mengatakan cemas karena
produk ASI nya belum lancar, frekuensi nadi 130x/menit,
frekuensi napas 45 x/menit, suhu 36 c. Hasil Lab : Kadar
bilirubin serum total 15 mg/dl.
ANALISIS DATA

NO DATA PENGKAJIAN ETIOLOGI MASALAH DIAGNOSA

1 Ds :Ibu mengatakan -Kadar bilirubin icteri neonatus 1. Ikterus


cemas karena produksi asi meningkat -hipotermi neonatus
belum lancar -Terpajan suhu -diskotinuitas berhubungan
Do: Sklera ikterus, lingkungan yang pemberian ASI dengan
Refleks hisap lemah, dingin peningkatan
Mukosa bibir kering -Produksi ASI bilirubin
belum lancar 2. Hipotermi bd
Suhu
lingkungan
yang dingin
3. Diskotinuitas
pemberian
ASI bd
Produksi ASI
belum lancar
Rencana Asuhan Keperawatan
No diagnosa Tujuan dan kriteria intervensi Rasional
hasil
1 ikterus Setelah dilakukan 1. Pantau nilai bilirubin serum -Kadar
neonatus perawatan 3 x 24 jam total bilirubin
berhubung diharapkan 2. menagemen fototerapi: dalam
- Kaji adanya tanda-tanda ikterik darah
an dengan Bayi tidak menunjukan
mengindik
peningkat ikterik dengan indikator: pada kulit asikan
an kadar 1 membran mukosa, - Perhatikan waktu ikterik awal tingkat
bilirubin kulit dan sklera tidak untuk membedakan ikterik keparahan
berwarna kuning fisiologis dan patologis penyakit
2.bilirubin serum totol - Periksa nilai bilirubin serum -
dalan batas normal total tiap 6 jam untuk fototerapi pemantaua
sesuai usia intensif n
3. bayi mendapatkan - Pasang penutup mata pelaksanaa
n fototerapi
terapi yang tepat utuk - Tempatkan lampu fototerapi untuk
ekresi bilirubun pada ketinggian yang sesuai mencegah
4. bayi tidak mengalami - Ubah posisi setiap 4-6 jam cedera
komplikasi karna 3. managemen transfusi tukar
transfusi tukar 4. berikan informasi pada ibu
5. tidak mendapatkan tentang bilirubinemia dan
ensepalofati bilirubin pelaksanaannya
No diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
2 Hipotermi Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan suhu - Pemberian
b.d keperawatan selama 3 x 24 lingkungan yang kompres
terpajan jam diharapkan masalah netral dilakukan
suhu gangguan temperature tubuh 2. Pertahankan suhu untuk
lingkunga dapat teratasi dengan kriteria tubuh 36 C – 37 C. menurunkan
n yang hasil : jika demam lakukan suhu tubuh
dingin 1. Suhu tubuh 36,5 C – 37,5 kompres /axila - Pemberian
C untuk mencegah antipiretik
2. Membran mukosa cold/heat stress dilakukan
lembab 3. Cek TTV setaip 2- untuk
4jam sesuai yang menurunkan
dibutuhkan demam
4. Kolaborasi - Untuk
pemberian mencegah
antipiretik jika penurunan
demam suhu tubuh
5. tambahkan lapisan lebih lanjut
pakaian, selimuti
dengan
menggunakan
selimut hangat
No diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

3 Diskontinui Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan rolling massage -Untuk


tas keperawatan 3x24 jam 2. beri dukungan emosional memperlancar
pemberian diharapkan produksi ASI pada ibu dan terima produksi asi
asi b.d lancar keputusan mengenai -Untuk
produksi penghentian atau membantu ibu
asi belum kontinuitas pemberian asi mempertahan
lancar kan
pemberian asi
EVALUASI

TGL WAKTU SOAP

20 Okt 10.00 WIB S: Ibu merasa bahwa ASI


2019 sudah berjalan dengan
lancar karna sudah di
ajarkan pijat oksitosin

O: -Sklera sudah tidak pucat


lagi
-Suhu Tubuh Normal 36,5
C

A: Masalah Teratasi

P: Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai