Anda di halaman 1dari 41

Basic Trauma and

Cardiac Life Saving


dr. Ibnu Kharisman
Puskesmas Punggelan 2
Trauma life saving vs cardiac life
saving

ABC ?
CAB?
Konsep manajemen dasar pada
Pasien TRAUMA
adalah

ABCDE
Trauma
ABCDE : Evaluasi dan Stabilisasi :
Airway : bebaskan jalan nafas, oksigenasi
Breathing : suara/gerak/frekuensi pernafasan
Circulation : tekanan darah, perfusi, atasi
sumber perdarahan
Disability : tingkat kesadaran (GCS) dan
lateralisasi (anisokor dan
hemiparese)
Airway Obstruction
(sumbatan jalan nafas)

• Temuan Klinis
• Kesulitan bernafas (dyspnea)
• Stridor
• Apnea
• Tatalaksana
• Chin lift
• Jaw thrust
• Triple finger manuever
• Evakuasi benda asing
• Pemasangan ET
• Cricothyroidostomy
• Tracheostomy
Breathing Problem
A. Tension Penumothorax
• Ventile phenomenon
• Adanya udara yang
terperangkap dalam
thorax.
• Tekanan udara yang
berlebihan mengurangi
kinerja paru
• Udara tidak dapat
dikeluarkan dari cavum
pleura
• Terdiri dari
pneumothorax tertutup
(simpel) dan terbuka
CXR image
Tension Pneumothorax (simplify)

• Anamnesis: Gangguan nafas yang progresif


• PF :
• Respiratory distress
• Trakhea yang bergeser (menjauhi lokasi pneumothorax)
• Tidak ada suara nafas & perkusi: hipersonor
• Distensi Vena Jugular
• Hipotensi
• Treatment :
• Needle thoracocentesis
• Konsultasikan : chest tube insertion
Needle thoracocentesis
OPEN (SUCKING) CHEST
WOUND
Luka terbuka pada dada yang menyebabkan
adanya hisapan udara
SUCKING CHEST WOUND
SUCKING CHEST WOUND

• Saat ekspirasi, udara


pada dada dapat
dikeluarkan dari sisi yang
tidak diplester
• Saat inhalasi, udara
terhalang oleh penutup
yang telah dibuat
Hemothorax
• Hemothorax
• Akumulasi darah pada cavum pleura
• Perdarahan yang serius bisa menyebabkan akumulasi
1,500 mL darahpada cavum pleura
• Mortalitas 75%
• Masing-masing paru dapat menampung lebih dari 3,000 mL darah
• MASSIVE (criteria)
• Kehilangan darah di thorax dapat mrnyrbabkan
menurunnya volume tidal paru
• Ketidaksesuaian Ventilation/Perfusion dan menyebabkan syok
• Kasus penyerta pneumothorax
• Hemopneumothorax
Hemothorax (simplify)
• Disebabka trauma thorax tajam
maupun tumpul
• Tanda-tanda syok
• Dyspnea
• Tachycardia
• Tachypnea
• Diaphoresis
• Hypotension  massive
• Perkusi pekak pada area yang
mengalami trauma
• Treatment
Pemasangan chest tube &
konsultasi kepada ahli
Flail chest
• Disebabkan oleh fraktur costae multipel yg
menyebabkan gerakan paradoksikal dari dinding
dada saat respirasi.
• Disebabkan oleh benturan dg tekanan tinggi
• Biasanya dapat didiagnosis dari PF saja
• Treatment
• ABC
• Analgesia
• Fiksasi : internal &/ external
PARADOXICAL RESPIRATIONS
Flail Chest - detail
Circulation
Tamponade perikardium
• Restriction to cardiac filling caused by blood or other
fluid within the pericardium
• Occurs in <2% of all serious chest trauma
• However, very high mortality
• Results from tear in the coronary artery or penetration
of myocardium
• Blood seeps into pericardium and is unable to escape
• 200-300 ml of blood can restrict effectiveness of cardiac
contractions
• Removing as little as 20 ml can provide relief
Pericardial Tamponade (simplify)
• Dyspnea • Kussmaul’s sign
• Possible cyanosis – Decrease or absence of
• Beck’s Triad JVD during inspiration
• Pulsus Paradoxus
– JVD
– Drop in SBP >10 during
– Distant heart tones inspiration
– Hypotension or – Due to increase in CO2
narrowing pulse during inspiration
pressure • Electrical Alterans
• Weak, thready pulse – P, QRS, & T amplitude
• Shock changes in every other
cardiac cycle
• PEA
Pericardial or Cardiac tamponade
Pericardial Tamponade (ilustrations)
Laceration of vascular structures
• General sign
• Shock Hypovolemia (co morbid cardiogenic)
• Penetrating trauma (mostly)
• Internal bleeding
• Thoracic  Chest XR
• Abdominal  FAST or CT
• Pelvicum  CXR
• Femur  expanding hematoma + XR
• External bleeding  thorough examination &
suturing
Laceration of vascular structures
• Internal bleeding  consult
• External bleeding
Focused Neurologic Exam?
• GCS score
• Pupils
• Tanda lateralisasi

• Segera konsultasi bedah saraf


GCS – Komponen Mata

Nilai:
1. Buka Mata Spontan :4
2. Brerespons terhadap suara :3
3. Bersepons terhadap nyeri :2
4. Tak ada respons :1
GCS – Komponen Bicara

Nilai:
1. Orientasi tempat, waktu, orang baik :5
2. Bingung, orientasi pembicaraan terganggu :4
3. Mengucapkan kata tetapi tak beraturan :3
4. Bersuara yang tak ada artinya, mengerang :2
5. Tak ada suara/ resons :1
GCS – Komponen Motorik

Nilai:
1. Mematuhi perintah :6
2. Melokalisir nyeri :5
3. Menarik tangan saat dirangsang nyeri : 4
4. Fleksi abnormal (postur dekortikasi) :3
5. Ekstensi abnormal (postur deserebrasi) : 2
6. Tak ada respons :1
Cedera otak sedang
• GCS score = 9-13
• Evaluasi awal = cedera otak ringan
• CT scan untuk semua kasus
• Rawat inap dan observasi :
• Pemeriksaan neurologis berulang
• CT scan ulang
• Jika Deteriorasi : lakukan penatalaksanaan seperti
pada cedera otak berat
Cedera otak berat
• GCS score = 3-8
• Evaluasi dan resusitasi
• Intubasi untuk proteksi airway
• Pemeriksaan neurologis
• Sering dilakukan reevaluasi
• Identifikasi adanya cedera sistemik yang lain
BANTUAN HIDUP DASAR
KARDIOLOGI
MEMULAI DAN MENGHENTIKAN RJP

- Kapan Memulai RJP


Berbeda dengan penanganan medis yang lain,
RJP bisa dimulai tanpa menunggu
intruksi Dokter. Seseorang yang memiliki
pengetahuan dan kemampuan RJP dapat
menolong pasien dengan kasus henti
jantung. Namun penolong juga harus
mengetahui beberapa keadaan sehingga
RJP tidak perlu dilakukan, al:
A. Kejadian henti jantung yang disaksikan
RJP tidak perlu dimulai jika :
• Ada bukti permintaan keluarga
• Usaha RJP membahayakan orang yang
menolong
• Kemungkinan mengembalikan sirkulasi spontan
sangat kecil
• Henti jantung yang terjadi setelah usaha terapi
yang maksimal untuk penyakit yang terminal
B. Kejadian henti jantung tidak disaksikan.
Penolong tidak mengetahui berapa lama
henti jantung telah berlangsung untuk hal ini
RJP tak perlu dilakukan jika:
• Ada tanda kematian yang tidak berubah
• Sudah mulai ada tanda – tanda pembusukan
• Penderita mengalami trauma yang tidak bisa
diselamatkan
Kapan menghentikan RJP

• Sudah dilakukan pertolongan secara penuh baik BHD


maupun BHJL
• Penolong sudah mempertimbangkan apakah pada
pasien terdapat hipotermia
• Penolong sudah mempertimbangkan apakah pasien
terpapar bahan beracun yang akan menghambat sistem
saraf pusat
• Terjadi asistol yang menetap selama 10 menit atau lebih
• Usaha RJP pada henti jantung yang disaksikan dimana
sirkulasi spontan tidak terjadi dalam waktu 25 – 30
menit
• Teknik Pelaksanaan:
– Sebelum Oktober 2010
• Airway
• Breathing : Look, Feel,
Listen
• Circulation : CPR
• Defibrilasi
– Setelah Oktober 2010
• Circulation
• Airway
• Breathing (Look, Feel,
Listen dihilangkan)
• Defibrilasi
Rekomendasi
Komponen Dewasa Anak Bayi
Pengenalan Awal Tidak sadarkan diri
Tidak ada nafas atau Tidak bernafas atau ada usaha nafas
bernafas tidak normal
Tidak teraba nadi dalam 10 detik (hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan professional)

Urutan BHD CAB CAB CAB


Frekuensi Kompresi Minimal 100 x/menit
Kedalaman kompresi Minimal 5 cm (2 inci) Minimal 1/3 diameter dinding Minimal 1/3 diameter dinding
Anterior posterior toraks Anterior posterior toraks
(sekitar 5 cm/2 inci) (sekitar 4 cm/1 ½ inci)

Recoil Dinding Dada Usahakan terjadi recoil sempurna setiap kompresi


Untuk penolong terlatih, pergantian posisi penolong setiap 2 menit
Interupsi bantuan Interupsi seminimal mungkin, jikalau memungkinkan interupsi kurang dari 10 detik

Jalan Nafas (Airway) Head tilt Chin lift (untuk kecurigaan trauma leher lakukan jaw thrust)
Kompresi 30 : 2 30 : 2 (satu penolong) 30 : 2 (satu penolong)
(1 atau 2 penolong) 15 : 2 (2 penolong) 15 : 2 (2 penolong)
Ventilasi Jika penolong tidak terlatih, kompresi saja
Pada penolong terlatih, dengan jalan nafas lanjutan berikan nafas setiap 6 – 8 detik (8 – 10
x/menit).

Defibrilasi Pasang dan tempelkan AED sesegera mungkin, Interupsi kompresi minimal baik sebelum
atau sesudah kejut listrik. Lanjutkan RJP diawali dengan kompresi setelah kejut listrik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai