Anda di halaman 1dari 92

NEMATODA USUS DAN NEMATODA JARINGAN

Niken, S.Pd, M.Pd


PARASITOLOGI

Helminth Protozoa Arthropoda

- Rhizopoda
- Mastigophora = Flagellata
Nemathelminthes Platyhelminthes
- Ciliophora = Ciliata
- Sporozoa

Nematoda Usus Nematoda Jaringan

Trematoda Cestoda
Helmintologi

Nemathelminthes Platyhelminthes

Nematoda Usus Nematoda Jaringan Trematoda Cestoda

STH Non STH


Nemathelminthes (Cacing Gilik)

Nemathelminthes merupakan kelompok


hewan cacing yang memiliki tubuh bulat
panjang dengan ujung yang runcing. Secara
bahasa, Kata Nemathelminthes berasal dari
bahasa yunani, yaitu “Nema” yang artinya
benang, dan “helmintes” yang artinya cacing.
Ciri Umum Nemathelminthes
Nemathelminthes sudah memiliki rongga pada tubuhnya
walaupun rongga tersebut bukan rongga tubuh sejati.
Rongga tubuh pada Nemathelminthes disebut
pseudoaselomata.
Cacing ini memiliki tubuh meruncing pada kedua ujung
sehingga disebut cacing gilig.
Ukuran tubuh Nemathelminthes umumnya miksroskopis,
namun ada juga yang mencapai ukuran 1 m. Ukuran dari
cacing betina lebih besar dari cacing jantan.
Cacing Nemathelminthes kebanyakan hidup parasit pada
tubuh manusia, hewan, atau tumbuhan, namun adapula
yang hidup bebas.
STRUKTUR DAN FUNGSI
TUBUH
Tubuh dari cacing ini tidak memiliki segmen dan
lapisan luar tubuhnya licin serta dilindungi oleh kutikula
agar tidak terpengaruh oleh enzim inangnya.
Tubuhnya dilapisi oleh tiga lapisan (tripoblastik), yaitu
lapisan luar (Ektodermis), lapisan tengah (Mesoderm),
dan lapisan dalam (Endoderm).
Kulit hewan ini tidak berwarna dan licin.
Nemathelminthes telah memiliki organ saluran
pencernaan yang lengkap, yaitu mulut, faring, usus, dan
anus.
Nematoda (Aschelminthes)
Kata Nematoda berasal dari bahasa yunani, “Nema”
artinya benang, dan “toda” artinya bentuk. Hal ini karena
nematoda memiliki tubuh silindris dengan kedua ujung
yang runcing sehingga disebut cacing benang.
Telah memiliki sistem pencernaan yang lengkap dengan
faring berkembang dengan cukup baik.
Dinding tubuhnya tersusun atas tiga lapisan
(triploblastik), yaitu lapisan luar, tengah, dan dalam dan
tubuhnya telah memiliki rongga tubuh pseudoaselomata.
Sistem eksresi merupakan jalur tabung pengeluaran yang
akan membuang limbah melalui rongga tubuh.
NEMATODA USUS
STH

STH

STH

STH

NSTH

STH
1. Soil Transmitted Helminth (STH)
Ascaris Trichuris trichiura Cacing tambang Strongyloides
lumbricoides (Necator americanus, stercoralis
Ancylostoma
duodenale)
Hospes : Manusia Hospes : Manusia Hospes : Manusia Hospes :Manusia
Penyakit : Askariasis Penyakit : Trikuriasis Penyakit : Nekatoriasis Hospes reservoir :
dan Ankilostomiasis anjing dan primata.

Distribusi geografis : Distribusi Geografis: Distribusi Geografis:


Kosmopolit kosmopolit Daerah katulistiwa,
Di Indonesia pertambangan dan
prevalensinya 60 – perkebunan.
90 % Prevalensi di Indonesia
sekitar 40%
Morfologi
Al TT CT SS
Siklus Hidup Ascaris lumbricoides
Siklus hidup T. trichiura
Siklus Hidup Cacing Tambang
Siklus hidup Strongiloides sercoralis
Penyakit oleh Ascaris Lumbricoides
Penyakit oleh Ancylostoma duodenale
Penyakit oleh Necator Americanus
Penyakit oleh Trichinella spiralis
Penyakit oleh Strongyloides stercoralis
Patologi dan gejala klinis
A.lumbricoides T.trichiura Cacing tambang S.stercoralis
•Larva pada paru- Infeksi ringan : tanpa Stadium larva : Pada Larva menembus kulit 
paru  sindroma gejala kulit  ground itch creeping urticarial
eruption, serpiginous
Loeffler. Infeksi berat, terutama Pada paru  yang disebut larva
pada anak pneumonitis ringan currens
•Cacingdewasa:
Gangguan usus Ditemukan cacing di Stadium dewasa: Cacing dewasa Ringan
ringan seluruh colon dan Tergantung: tanpa gejala
rektum Sedang  gejala
a) spesies dan jumlah gastrointestinal.
Infeksi berat : cacing
Pada hyperinfeksi cacing
malabsorbsi yang Prolapsus rekti b) keadaan gizi (Fe dewasa dapat ditemukan
memperberat Sindroma disentri dan protein. di seluruh traktus
malnutrisi Ileus anemia. digestivus dan larvanya
dapat ditemukan di
Infeksi ektopik ke Anemia hipokrom berbagai alat dalam (paru,
empedu, appendix mikrositer hati, ktg. empedu)---
atau bronkus. disseminata
N. americanus 
(imunocompromise)
0,005 – 0,1 cc / hari
A. duodenale  0,08
Pada pemeriksaan darah
– 0,34 cc/hari  eosinofilia/
hipereosinofilia.
Infeksi berat  kematian
Diagnosis
A.lumbricoides T.trichiura Cacing tambang S.stercoralis
Menemukan telur Menemukan Menemukan telur Menemukan larva
dalam tinja telur dalam tinja dalam tinja segar rhabditiform dalam
Pada pemeriksaan Diagnosa spesies tinja segar, teknik
langsung  biakan tinja sedimentasi atau
Pada pemeriksaan Harada – Mori dalam biakan atau
dalam aspirasi
konsentrasi
duodenum.

Biakan tinja selama


sekurang-
kurangnya 2x24
jam menghasilkan
larva filariform dan
cacing dewasa
hidup bebas.
Pengobatan

A.lumbricoides T.trichiura Cacing tambang S.stercoralis


Perorangan atau Mebendazol Pirantel pamoat Albendazol 400
masal pada Albendazol Mebendazol mg 1-2 kali sehari
masyarakat Oksantel pamoat selama 3 hari.
Obat-obat : Mebendazol 100
Piperasin mg 3 x sehari
Pirantel pamoat selama 2-4
Mebendazol minggu.
Albendazol
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya
prevalensi :
Usia :
Golongan rawan : anak balita
Termuda :
Infeksi Ascaris : 16 minggu
Infeksi Trichuris : 41 minggu
Lingkungan :
.A. lumbricoides dan Trichuris  tanah liat
C. tambang dan S.stercoralis  tanah
gembur berpasir.
Pencegahan dan Pemberantasan
1. Memutuskan rantai daur hidup dengan cara:
• Berdefekasi di kakus
• Menjaga kebersihan
• Pengobatan masal
2. Penyuluhan kepada masyarakat tentang sanitasi
lingkungan.
2. Non soil transmitted helminth (NSTH)
Enterobius(Oxyuris) vermicularis (cacing kremi)
Hospes : Manusia
Penyakit : Enterobiasis
Penyebaran Geografik :
 kosmopolit,
daerah dingin > daerah panas.
Ditunjang oleh hubungan erat antar manusia satu
dengan yang lain.
Morfologi
 Cacing dewasa:
Pada ujung anterior ada
cephalic alae
Cacing betina : 8-13 mm x
0,4 mm
Ekor panjang dan runcing
Uterus penuh dengan telur
yg gravid mengandung
11.000-15.000 telur
Migrasi ke daerah perianal
untuk bertelur, lalu mati.
Cacing jantan : 2-5 mm
Ekor melingkar
Mati setelah kopulasi
Cara infeksi :
tertelan telur matang
 retroinfeksi
 autoinfeksi
Waktu untuk daur hidup kira-kira 2 minggu
sampai 2 bulan
Siklus hidup Enterobius vermicularis
Penyakit oleh Enterobius vermicularis
Patologi dan gejala klinis
Gejala klinis utama : pruritus ani/vagina

Diagnosis
Menemukan telur dengan anal swab
Menemukan cacing dewasa yang keluar anus.
Pengobatan dan prognosis
Piperazin
Pirvinium pamoat
Mebendazol dan pirvinium pamoat efektif
thd semua stadium
Pirantel dan piperazin dosis tunggal tidak
efektif thd stadium muda.
Tiabendazol
Prognosis baik
Epidemiologi
Penyebaran lebih luas dari pada cacing lain
Penularan terjadi antar keluarga dan
kelompok dalam satu lingkungan yang sama
Penularan dipengaruhi oleh :
Penularan dari tangan ke mulut
Debu
Retrofeksi melalui anus
NEMATODA JARINGAN
Nematoda jaringan dan darah termasuk
dalam famili Filaridae karena itu disebut
juga dengan cacing Filaria/filariasis.
Cacing Filariarsis
Mempunyai 200 spesies
hanya beberapa yg
terdapat pada manusia.
Spesies yang paling sering
mensinfeksi :
1. Wucehereia bancrofti
2. Brugia malayi
3. Brugia timori
Cacing dewasa hidup dalam sistem limfatik, kulit
bagian subkutan dan jaringan ikat.
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria
(prelarva) yang masih mempunyai selaput (sarung)
atau selaputnya dapat terlepas (tidak bersarung).
Mikrofilaria ini sangat aktif, bentuknya seperti
benang dan dapat ditemukan dalam darah perifer
atau jaringan kulit.
Cara filaria menginfeksi manusia adalah melalui
gigitan vektor Artropoda misalnya nyamuk. Vektor
ini menjadi infektif karena menelan mikrofilaria
yang berada dalam darah mamalia.
Setiap filaria memiliki siklus hidup yang kompleks. Infeksi pada
manusia terjadi apabila terpapar larva infektif secara intensif
dalam jangka waktu yang lama. Setelah pemaparan diperlukan
waktu bertahun-tahun untuk terjadi perubahan patologis yang
nyata pada manusia.
Berdasarkan keberadaan mikrofilaria dalam sistes sirkulasi
(peredaran darah), tiap spesies filaria memiliki periode munculnya
yaitu :
 Bila mikrofilaria berada dalam darah pada malam hari disebut periode
nokturna
 Bila mikrofilaria berada dalam darah pada siang hari disebut periode
diurna
 Bila muncul pada setiap saat disebut nonperiodik

Kumpulan penyakit yang disebabkan oleh filaria disebut filariasis,


namun masing-masing memiliki karakteristik tersendiri.
Filariarsis
penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria
yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.
3 spesies cacing penyebab Filariasis yaitu:
Wuchereria bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori
Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia,
> 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh
Brugia malayi.
Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah
bening sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem
limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis.
 Gejala akut:
 peradangan kelenjar dan
 saluran getah bening
(adenolimfangitis) terutama di
daerah pangkal paha dan
ketiak, pembesaran
skrotum/vagina yang
pembengkakan(edema)nya
bersifat permanen,tapi dapat
pula di daerah lain
 Gejala kronis terjadi akibat
penyumbatan aliran limfe
terutama di daerah yang sama
dengan terjadinya peradangan
dan menimbulkan gejala seperti
kaki gajah (elephantiasis), dan
hidrokel(penumpukan cairan
pada alat vital.
1. Wucehereia bancrofti
Hospes utama : manusia
Hospes
intermediet/perantara :
nyamuk
Penyakit : wukereriasis
= filariasis bankrofti
Penyebaran Geografik:
Daerah iklim tropis
seluruh dunia meliputi
Asia, Pasifik, Afrika,
Amerika Selatan, serta
Kepulauan Karibia.
Morfologi
Hidup di saluran kelenjar limfe, bentuk halus mirip
benang, berwarna putih susu.
Cacing betina panjangnya ( 65-100) x 0,25 mm,
sedangkan cacing jantan 40 x 0,1 mm.
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria, yang hidup
di darah dan terdapat di aliran darah tepi pada waktu
tertentu (periodisitas).
W. Bancrofti berperiodisitas nokturna, artinya
mikrofilaria hanya terdapat di dalam darah tepi pada
waktu malam.
Pada siang hari mikrofilaria terdapat dikapiler alat-
alat dalam (paru, jantung, ginjal, dan sebagainya).
Di dearah perkotaan, parasit ini ditularkan oleh
nyamuk Culek quinquefasciatus.
Di pedesaan vaktornya adalah nyamuk Anopheles
atau Aedes.
Perbandingan Cacing Betina dan Jantan Wucehereia bancrofti
Siklus Hidup
Cacing dewasa betina mengeluarkan mikrofilaria yg masih
bersarung mnju ke peredaran drh tepi. Pd saat nyamuk
menggigit, mikrofilaria ikut terhisap dan melepaskan
sarungnya di lambung nyamuk, menembus dinding
lambung dan bersarang di antara otot2 toraks. Mengalami
perkembangan (stadium I---stadium II----stadium---III).
Bergerak menuju rongga abdomen---alat tusuk nyamuk.
Ketika nyamuk yg mengandung mikrofilaria stadium III
(bentuk infektif) ini menggigit manusia, maka akan masuk
ke tubuh manusia dan bersarang pd kelenjar limfe setempat
dan tumbuh menjadi stadium IV dan V (dewasa).
Cara infeksi : gigitan nyamuk vektor yang
mengandung larva filaria stadium III
Di perkotaan :
Culex quinquefasciatus
Di pedesaan :
Anopheles atau Aedes.
Patologi dan gejala klinis
Cacing dewasa :
Stadium akut : limfadenitis dan limfangitis
retrograd, funikulitis, epididimitis dan orkitis
Stadium kronis : hidrokel, limfedema dan
elefantiasis seluruh tungkai, seluruh lengan, dan
alat kelamin, kadang-kadang kiluria.
Mikrofilaria:
1). Stadium mikrofilaremia.
2). Stadium akut: limfadenitis dan limfangitis
3). Stadium menahun: hidrokel
Infeksi Wuchereria bancrofti Hidrokel dan lymph scorotum
Diagnosis
 Gejala klinis
 Laboratorium :
Parasitologi :
Menemukan mikrofilaria dalam darah tepi , cairan
hidrokel aatau cairan kiluria
Diferensiasi spesies dan stadium filaria dgn pelacak DNA
Radiodiagnosis:
USG pada skrotum
Limfosintigrafi
Imunologi
ELISA
Immunochromatographic test (ICT)
Penyakit Yang Disebabkan
Pada stadium akut :
limfadenitis, 
limfadenitis retrograd,
dan elefantiasis
Dapat mengenai alat
genital
Limfadenitis pada
Wuchereria bancrofti
sampai ke alat genital
Pencegahan
Satu-satunya cara pencegahan penyakit kaki gajah ini
adalah dengan berusaha menghindarkan diri dari gigitan
nyamuk vektor, misalnya, menggunakan kelambu bula
akan sewaktu tidur. Menutup ventilasi rumah dengan
kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk semprot atau
obat nyamuk baker, mengoles kulit dengan obat
antinyamuk.
Atau, memberantas nyamuk dengan membersihkan
tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat
perindukan nyamuk. Menimbun, mengeringkan atau
mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan
nyamuk. Serta membersihkan semak-semak di sekitar
rumah.
Pengobatan
DEC (dietilkarbamasiin sitrat), 6 mg DEC/kg
BB/hari, selama 12 hari (dibagi dalam 3 pemberian).
Umumnya memerlukan cure 2-3 kali.
Kemungkinan efek samping dari penggunaan obat
ini adalah demam, mual, dan muntah. Kadang-
kadang limfadenitis/limfangitis. Efek samping ini
bersifat sementara, hilang dengan sendirinya dalam
waktu 2-5 hari.
Untuk mengurangi efek samping obat, DEC
diberikan dosis yang lebih rendah, namun untuk
waktu yang lebih lama agar dosis totalnya sama.
Atau obat diberikan seminggu sekali, sebulan
sekali, atau setahun sekali. Ini terutama untuk
pengobatan masal. Tahap yang diobati adalah
stadium mikrofilaria, stadium akut, limfedema,
chyluria (kiluria) dan stadium dini elefantasis.
Hidrokel dan elefantasis lanjut biasanya harus
ditanggulangi dengan pembedahan.
Catatan: Obat DEC tidak berkhasiat untuk
pencegahan.
2. Brugia malayi dan Brugia Timori
Nama Lain : (MALAYAN FILARIAL WORM)
B. Malayi => hospes utama : manusia dan mamalia (kera,
anjing, kucing)
B. timori => Hanya pada manusia
Penyakit yang disebabkan disebut Filariasis Malayi dan
Filariasis Timori
Habitat : saluran dan kelenjar limfe
Terdapat di negara-negara Asia
– Brugia malayi : Asia
– Brugia timori : Indonesia Timur( NTT,Timor
Lorosae)
Ukuran:
B. Malayi: C.dewasa ♀55x0,16mm.
Sdgkn ♂22-23mm x0,09mm.
B. Timori: C.dewasa ♀21-39mmx0.1mm.
Sdgkn ♂13-23mm x0,08mm.
Mikrofilaria bersarung:
B. Malayi: 200-260mikron x 8mikron.
B. Malayi: 280-310mikron x 7mikron
(berada pd peredaran darah tepi pd wktu malam (periode-
nokturna).
Morfologi
Cacing dewasa berbentuk silindris seperti benang
Warna putih kekuningan
Cacing betina berekor lurus
Cacing jantan berekor melingkar dengan 2 spikula di
ujungnya
Mirip Wuchereria bancrofti hanya lebih pendek
B. Timori dan B.Malayi
 Vektor:
B. Malayi: pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles
pada manusia & hewan oleh nyamuk Mansonia
B. Timori: oleh nyamuk Anopheles
 Daur Hidup
Sama dengan daur hidup W. Bancrofti.
waktu daur hidup lebih pendek dari W. bancrofti. Pada
nyamuk ±10 hari, pd MC ± 3bulan.
Siklus hisup B. malayi & B.timori
Patologi dan gejala klinis
filariasis malayi = filariasis timori
Stadium akut :
– serangan demam dan radang saluran dan kel. limfe
hilang timbul beru-lang kali.
– Limfadenitis kel. limfe inguinal unilateral
– Limfangitis retrograd
– Peradangan tampak sebagai garis merah yang
menjalar kebawah
Menahun : elefantiasis hanya mengenai tungkai
bawah bawah lutut atau lengan bawah bawah siku.
Patologi
Terjadi peradangan-peradangan limfatik.
berbeda dgn filariasis bancrofti, elefantiasis hanya
mengenai tungkai bawah dan lengan bawah. Tanpa
mengenai alat kelamin.
Diagnosa
1). Diagnosis Parasitologi
2). Radiodiagnosis (tdk pd filaria malayi)
3). D. Imunologis (tdk pd filaria malayi)
Elephantiasis yang disebabkan oleh B.malayi
Pengobatan
DEC---sama dgn pada w.bancrofti.

Epidemiologi:
Hanya terdapat di daerah pedesaan
B. malayi yang hanya pada manusia dan B. timori di
daerah persawahan
B. malayi manusia dan binatang  di pinggir pantai
atau aliran sungai, rawa-rawa.
Peneyebaran bersifat fokal.
Pencegahan Akibat B.malayi dan B.timori
Pemberantasan nyamuk diwilayah masing-masing
sangatlah penting untuk memutus mata rantai penularan
penyakit ini..
Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk
dengan cara :
Tidur memakai kelambu
Lubang-lubang/ ventilasi rumah ditutup dengan kawat
kasa halus
Tidak membiarkan nyamuk-nyamuk bersarang
didalam atau disekitar rumah
Membunuh nyamuk dengan obat semprot nyamuk
Membersihan tanaman air atau selokan untuk
menghilangkan tempat bersarangnya nyamuk.
3. Loa-loa
Hospes : Manusia
Penyakit : loaiasis =
Calabar swelling
(fugitive swelling)
Penyebaran geografik :
daerah katulistiwa
berhutan (rain forest)
Afrika tropis bagian
Barat.
Morfologi
 Cacing dewasa hidup dalam jaringan subkutan
 Mengeluarkan mikrofilaria yang beredar dalam darah pada
siang hari
 Mikrofilaria bersarung, dapat ditemukan dalam urin, sputum,
kadang-kadang dalam cairan sumsum tulang blakang
 Vektor : lalat Chrysops
 ukuran:
C.dewasa ♀50-70mmx0,5mm. Sdgkn ♂30-34mm x0,35-
0,43mm.
 Mikrofilaria bersarung:
250-300mikron x 6-8,5mikron.
Vektor:
lalat Chrysops.

Daur Hidup
mikrofilaria yg berada dlm darah dihisap o/lalat, dan
tumbuh mnjd bentuk infektif ±10hari. Siap ditularkan
ke tubuh MC(hospes), mnjd dewasa ± 1-4 thn,
mengeluarkan mikrofilaria, dst........
Siklus Hidup
Patologi dan gejala klinik
Cacing dewasa dalam jaringan subkutan dan
mikrofilaria dalam darah tidak menimbul-kan gejala
Cacing dewasa dapat ditemukan di seluruh tubuh 
gangguan di konjungtiva mata
Kelainan khas  calabar swelling atau fugitive
swelling
Bila masuk ke otak ensefalitis
Diagnosis
Menemukan mikrofilaria dalam darah yang diambil
pada siang hari
Menemukan cacing dewasa dari conjunctiva mata atau
dalam jaringan subkutan.

Pengobatan
DEC 2 mg/kg bb, 3 x sehari sesudah makan selama 14
hari
Cacing dewasa pada mata dengan operasi.
Epidemiologi
Daerah endemi adalah daerah lalat Chrysops silacea
dan C. dimidiata dgn tempat perindukan di hutan
berhujan dng kelembaban tinggi
Pencegahan
Pengobatan secara teratur terhadap penderita
Mengadakan pemberantasan vektor dan mencegah
gigitan vektor tersebut
Jangan sering-sering masuk hutan
TERIMA KASIH…

Anda mungkin juga menyukai