Anda di halaman 1dari 26

MENGENAL COVID-19

Sukorejo, 9 Juli 2020


Ninik Saktiani Amd.Keb
UPTD Puskesmas Sukorejo 1
COVID-19 (CORONA VIRUS DISEASE
2019)
Pada banyak kasus, virus inihanya
menyebabkan infeksi pernapasan ringan,
Kumpulan virus yang bisa
seperti flu. Namun virus ini bisa
menginfeksi sistem
menyebabkan infeksi pernapasan berat,
pernapasan
seperti pnemonia, MERS, dan SARS

CORONA
(MAHKOTA)
PATOFISIOLOGI VIRUS PAKAILAH MASKER

HIDUNG
TEMPAT MASUK KUMAN WAJAH
(PORT DE ENTRY)
MULUT
MATA
Lain-lain
JANGAN (SERING)
SENTUH WAJAH
(TOUCHING FACE)
CARA (ROUTE) PENULARAN

1. DROPLET

2. KONTAK

MELAUI UDARA
(AIR BORNE)
DASAR KAJIAN
Sesuai saran WHO, dengan mengambil pengalaman beberapa negara yang
sudah lebih dahulu mengatasi Covid-19, terdapat pelajaran yang dapat
diterapkan pada level negara, propinsi, kabupaten, dan wilayah.
Diantaranya bahwa Manajemen Penanganan Covid-19, akan berhasil bila
segala pikiran & upaya difokuskan pada 3 Area Kegiatan Besar, yaitu:

1. PREVENTIF
Harus dilaksanakan secara
2. DETEKSI DINI
Masif, Cepat, dan Terukur
3. RESPON
1. PREVENTIF
2. DETEKSI DINI Pendekatan KOMUNITAS

3. RESPON Pendekatan MEDIS

Harus dilaksanakan secara


Masif, Cepat, dan Terukur

3 T ( TRACING, TEST, TREAT )


Pendekatan KOMUNITAS
LEADER ?

 Penyelidikan Epidemiologi TEMUKAN INDIVIDU


 Surveilans RISIKO TINGGI SBG
SUMBER & PENYEBAR
 Tracing/Tracking PENULARAN

ISOLASI/KARANTINA

MEMUTUS MATA RANTAI PENULARAN (PENYEBARAN)


1. DROPLET…..
 Atasi cipratan :  pakai APD sesuai standar.
 Tenaga Medis : pakai masker bedah + face shield + jaga jarak
 di R.Pemeriksaan/Poli, IGD, dan lain yang semacam.
 Tenaga Medis : pakai APD Lengkap (baju astronot) :
 Cover all, kaca mata google, masker N 95, face shield,
handscoon, kaos/sarung kaki, sepatu boot.
 di: R.Isolasi RS
 sopir ambulans (*)
 saat mengubur jenazah (*)

Gunakan APD sesuai standar


pada kondisi yang tepat (adekuat)
2. KONTAK
1. LANGSUNG :  Cipratan (droplet) mengandung virus 
langsung mengenai wajah (hidung, mulut, mata)

2. TIDAK LANGSUNG :  Cipratan (droplet) mengandung virus 


 mengenai & menempel pada benda mati 
 contoh: meja, gantungan tangan di bus, pegangan
excalator, tombol (di: atm, lift), karpet, dll, dll.
 gedung, bangunan, jalan  ?!
 berapa lama virus mampu bertahan hidup cipratan
yg menempel di benda mati ?  di: kayu, karet,
logam, kaca, plastik, dll, dll ?
 dipegang tangan orang  mengusap wajah.
 sangat penting: sering cuci tangan dgn air mengalir
dan sabun, atau …… hand sanitizer.
Percikan ludah dan liur dari pengidap akan melekat di dekat
pengidap batuk dan bersin, mungkin di lantai, di kursi tempat
pengidap duduk, dan semua peralatan dan benda di sekitar
pengidap. Itu alasan mengapa jemari kita selama berada di
tempat publik sebaiknya tidak memegang wajah.

Virus yang melekat pada benda atau peralatan di sekitar


pengidap akan segera mati juga dalam hitungan jam. Virus
bertahan lebih lama, mungkin 3-4 jam bila berada di lendir, liur,
atau cairan, dan bukan di benda mati.
Rapid Test dengan mengukur antibodi dalam darah (serologi)
seseorang menempati tingkat kepercayaan terendah di antara
teknik deteksi patogen.

Yang tertinggi dan direkomendasikan WHO, adalah dengan cara


deteksi gen virusnya langsung via real-time Polymerase Chain
Reaction (PCR) dilanjutkan sequencing genome.
Rapid test memiliki kekurangan. Sebab hanya bisa dilakukan
pada seseorang yang sudah terjangkit virus selama satu
minggu.
 
Kalau belum terinfeksi, atau terinfeksi kurang dari seminggu
kemungkinan pembacaan imunoglobulin memberikan gambaran
negatif (corona).
 
Berdasarkan hal tersebut maka disarankan setiap hasil
positif COVID-19 dari Rapid Test harus dikonfirmasi
dengan pemeriksaan PCR.

Sedang untuk temuan hasil negatif, harus dilakukan


pengambilan sampel ulang 7–10 hari kemudian.
 
Rapid test dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona
COVID-19, yang menggunakan pemeriksaan imunoglobulin
sebagai upaya tes screening awal dan bisa dilaksanakan secara
massal.

Ini berarti bahwa pasien pada tahap awal infeksi dapat


diidentifikasi lebih cepat, berpotensi membantu mengurangi
penyebaran coronavirus SARS-CoV-2 (COVID-19).
Orofaring
DEFINISI OPERASIONAL (3)
KONTAK ERAT
Seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung (bercakap-cakap dalam radius 1 meter dengan pasien
dalam pengawasan, probabel atau konfirmasi). Termasuk kontak erat adalah:
a. Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan membersihkan ruangan di tempat perawatan khusus
b. Orang yang merawat atau menunggu pasien di ruangan
c. Orang yang tinggal serumah dengan pasien
d. Tamu yang berada dalam satu ruangan dengan pasien
e. Orang yang bepergian dan bekerja bersama dengan pasien

19
KEGIATAN YANG DILAKUKAN TERHADAP
Kontak Erat
1. a) Kontak Erat risiko rendah
 Anjuran pembatasan aktivitas
 Jika pasien dlm pengawasan (-): pemantauan berhenti
 Jika pasien dlm pengawasan (+): pemantauan dilanjutkan menjadi kontak erat risiko tinggi
b) Kontak Erat risiko tinggi
 Dilakukan observasi
 Pengambilan spesimen

2. Kegiatan Surveilans dan pemantauan dilakukan 14 hari sejak kontak terakhir.


3. Komunikasi Risiko apabila kontak erat menunjukkan gejala demam (≥380C) atau batuk/ pilek/ nyeri
tenggorokan dalam 14 hari terakhir SEGERA rujuk ke RS rujukan untuk tatalaksana lebih lanjut.
4. Jika pemantauan terhadap kontak erat sudah selesai maka dapat diberikan surat pernyataan oleh Dinas
Kesehatan.

20
ISOLASI MASNDIRI DI RUMAH
NEW NORMAL
ADAPTASI KEBIASAAN BARU

BUKAN BERARTI KONDISI NORMAL  DILAKUKAN UNTUK


MENDUKUNG KEBERLANGSUNGAN EKONOMI MASYARAKAT

LAKUKAN PROTOKOL KESEHATAN SECARA KETAT


1. RAJIN CUCI TANGAN PAKAI SABUN/ HANDS SANITIZER
2. MEMAKAI MASKER DENGAN BENAR
3. MENJAGA JARAK – TIDAK BERKERUMUN

Anda mungkin juga menyukai