PERSONAL
sebagai pelindung bagian kaki
03 PROTECTIO
Penggunaan sarung tangan sebelum
kontak dengan reagen kimia N
PERSONAL
PROTECTIO
N
04 Penggunaan masker sesuai dengan
jenis pekerjaan dalam lab
TUJUAN
Mampu mengidentifikasi sampah dan limbah sesuai dengan klasifikasinya
(organik, anorganik, sampah B3, limbah B3 cair dan serbuk)
ORGANIK
Sampah yang dapat didegradasi oleh
lingkungan. Contoh : kertas, daun, tissue,dll B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)
ANORGANIK Sampah yang merupakan kategori B3 atau
Sampah yang tidak dapat didegradasi oleh sampah yang terkontaminasi B3.
lingkungan. Contoh : klip, isi hecter, plastik, dll. Contoh : tissue bekas lap tumpahan pereaksi,
botol bekas pereaksi yang belum dicuci, limbah
LIMBAH B3 CAIR sisa pengujian (sisa uji LOD), dll.
Limbah cair dalam drum sisa pengujian dan
Proses pembilasan pertama saat pencucian alat Sampah, limbah kategori B3 ini tidak boleh dibuang
LIMBAH B3 PADAT sembarangan. Apabila penuh ditimbang jumlahnya
dan dikirim ke Medion Pusat CR ditujukan ke
Limbah padat bisa berupa sisa sampel uji yang
Pak Hari ENG untuk dilakukan pemusnahan
sudah kontaminasi dengan pereaksi B3
Informasi material pada wadah reagen (1)
TUJUAN
Mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan informasi simbol B3
yang tertera di masing-masing bahan
5 iritasi berbahaya 10
PART 4
Basic Laboratory Activities
ALAT NON VOLUMETRIK
Alat laboratorium yang dalam penggunaannya tidak membutuhkan akurasi tinggi karena tidak digunakan untuk penentuan kuantit
Masih terdapat bermacam-macam alat yang familiar digunakan di laboratorium seperti : batang pengaduk kaca, botol semprot, la
ALAT NON VOLUMETRIK
me emmeemrleurkluaknaknekteltietilaitniatnintginggi gdaidalamalmpepnegnggugnuanaanannynay, e
ap,eprleurlkuakliablriabsriausinutunktu
TEKNIK VOLUMETRIK
2
REDOKS
[1] Titrasi antara larutan yang berfungsi sebagai oksidator dan reduktor
[2] Reduktor : merupakan penyumbang elektron, dan Oksidator : penerima elektron
[3] Contoh : titrasi penentuan kadar kalsium
ASAM-BASA
1 Titrasi antara larutan asam dan basa
2 Pada penentuan asam, maka larutan basa sebagai pentiter dan sebaliknya
3 Indikator berbeda-beda tergantung pH
4 Contoh : NaOH-HCl (phenolpthalein), Ammonium-Asam Sulfat (MM-MB), Natrium ka
5 Termasuk reaksi penetralan (asam dinetralkan dengan basa dan sebaliknya. Contoh :
TITRASI
2
KOMPLEKSOMETRI
[1] Titrasi antara larutan yang berfungsi sebagai oksidator dan reduktor
[2] Reduktor : merupakan penyumbang elektron, dan Oksidator : penerima elektron
[3] Titrasi identik dengan pembentukan warna kompleks zat sampel dengan reagen melalui bantuan indikator sebag
[4] Contoh : titrasi penentuan kadar kesadahan Ca, Mg dan Total
ARGENTOMETRI
1 Titrasi yang didasarkan pada reaksi pengendapan (senyawa A yang direaksik
2 Pengendapan tergantung dari jumlah senyawa yang akan diendapkan dan ke
3 Contoh : titrasi penentuan kadar garam NaCl
Apa itu TITRASI ?
Prinsip titrasi :
1 Penentuan konsentrasi sejumlah larutan titrant yang
dinetralkan dengan titer (larutan lain yang sudah diketahui
konsentrasinya)
2 Jenis indikator yang digunakan tergantung jenis reaksi (jenis
titrasi) antara titrant dan titer
3 Perlu dilakukan standarisasi titer untuk mengetahui
konsentrasi yang sebenarnya dengan menggunakan larutan
Primer
4 Penambahan titer berhenti dengan ditandai perubahan
warna tertentu yang ditimbulkan oleh indikator (menandakan
sudah mencapai titik akhir titrasi)
Jenis Titrasi :
5 Titrasi asam basa ( asam basa kuat dan asam basa
lemah atau TBA-Titrasi Bebas Air)
6 Titrasi reduksi-oksidasi
4 Titrasi Argentometri
5 Titrasi Iodometri, Iodatometri dan Iodimetri, dll.
Seperangkat titrasi :
Kelemahan : 1 Buret
2 Set statif (tiang, bosshead, klem destilasi)
Human error tinggi pada beberapa titik : 3 Erlenmeyer
1 Pembacaan meniskus 4 Larutan titran (sampel dalam erlenmeyer)
5 Larutan titer (pereaksi dalam buret)
2 Persepsi perubahan warna saat titik akhir titrasi
6 Magnetic stirer
3 Kontrol debit tetesan pada saat mendekati titik akhir titrasi 7 Magnetic bar
GRAVIMETRI
Apa itu gravimetri??
1 Teknik uji yang didasarkan pada pengurangan maupun
penambahan bobot suatu sampel
[2] Uji kuantitatif : uji kadar dengan memperhitungkan endapan CORONG BUCHNER
yang terbentuk (penyaringan). Bisa menggunakan corong
Buchner (seperti pada gambar) ataupun alat lain misal krus
masir, dll. Contoh sistem gravimetri lain :
1 Perhitungan kadar air berdasarkan penguapan
[3] Penyaringan manual ataupun sistem vakum
2 Proses pengeringan beberapa sampel sampai konstan
3 Uji kadar fosfor sampel ransum
[4] Step penyaringan sangat mempengaruhi hasil untuk uji
4 Uji serat kasar tahap akhir
kuantitatif karena berat awal & akhir akan diperhitungkan.
5 Uji kadar abu
PENGERINGAN
Pengujian kadar air dengan Oven :
1 Mengukur jumlah air permukaan yang hilang karena
penguapan pada suhu 105 °C selama waktu tertentu
[1] Mengabukan sampel dalam suhu tinggi > 500 °C dengan media krus porselain [1] Sering buka tutup furnace mempengar
[3] Waktu uji lama, pengkondisian alat m encapai suhu >500 °C lama
[4] Setting Furnace dari awal, sampel bisa
FURNACE
REFLUKS
APA itu REFLUKS ?
Refluks merupakan proses pemanasan pada suhu titik didAihLApTeRlEaFruLUt KySang disertai pendinginan
sehingga
POTENSI
PENGGUNAAN TITIK KRITIS CONTOH
dalam PROSES
KONDENSOR BOLA
EKSTRAKTOR SOXHLET
PEMANASAN
Ekstraksi dengan pemanasan, seperti pada gambar disamping. Lebih efisien karena pelarut bisa digunakan kembali (sistem soxhlet). Panas digunakan u
EKSTRAKTO
R
PENGADUKAN
Pengadukan biasanya digunakan apabila sampel yang diekstraksi empunyai perbedaan berat jenis dengan pelarut yang digunakan sehingga
LABU LEMAK
DESTRUKSI
Apa itu Destruksi ?
DESTRUKSI KJELDAHL
2 Destruksi ada dua jenis : destruksi basah (menggunakan 2 Contoh destruksi basah : proses destruksi sampel protein,
bantuan oksidator kuat seperti asam kuat kemudian akan diambil senyawa amoniaknya sehingga perlu
dipanaskan pada suhu tertentu sampai semua sampel rusak, pemanasan dengan bantuan asam kuat (asam sulfat)
tandanya larutan sampel menjadi jernih), destruksi kering
(menggunakan bantuan alat furnace yaitu sampel diabukan
pada suhu tertentu kemudian dilarutkan) Proses destruksi LARUTAN
SAMPEL
CAIR DESTRUKSI
3 Pemilihan jenis destruksi tergantung sampel yang akan PADATAN
didestruksi
DESTILASI
pH Universal
dikator univ2ersal satu kali pakai, kertas indikator dijaga tidak terkontaminasi cairan atau zat lain.
PH METER
VERIFIKASI HARIAN
1. Proses verifikasi harian untuk memastikan elektroda dalam unjuk kerja yang memenuhi standar
2. Syarat elektroda dapat diguankan adalah :
Slope pada pH asam dan basa 95 – 105 %
mV masuk dalam rentang ± 15 mV
Apabila saat verifikasi, hasil yang didapat
tidak memenuhi spesifikasi maka indikasi
elektroda perlu dilakukan treatmen
KELENGKAPAN ELEKTRODA
Larutan Buffer : pH 2, 7 dan 9 untuk verifikasi awal pH METER
KCl 3M : untuk perendaman elektroda
HCL 0,1 N : untuk perendaman elektroda saat
kinerja tidak bagus
SPEKTROFOTOMETRI (1)
Prinsip :
□ Metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan
sinar monokromatis oleh suatu larutan pada panjang
gelombang spesifik dengan mengguankan monokromator
prisma atau kisi difraksi dengan detector Fototube. Hasil
pengukuran bisa berupa transmitasi atau absorbansi.
□ Sinar yang diterima sampel akan ada yang diserap,
dipantulkan dan sebagaian dipancarkan.
Perbandinganintensitas serapan terhadap intensitas awal
akan terbaca sebagai hasil pengukuran oleh detektor yang SPEKTROFOTOMETER
diintepretasikan dalam suatu grafik (profil spektrum)
□ Terdapat 2 daeran panjang gelombang yang dipakai : UV
(200
– 400 nm) dan Visible (400 – 800 nm)
□ Alur yang terjadi dalam alat seperti terlihat pada gambar
JENIS KUVET
Kuvet dalam spektrofotometri terdapat dua jenis :
Kuvet kaca/ glass : digunakan untuk pembacaan pada panjang gelombang 400-800 nm
Kuvet kuarsa : digunakan untuk pembacaan panjang gelombang 200 – 400 nm
Kuvet Quartz : bisa digunakan untu pembacaan panjang gelombang 200 – 800 nm
Note : kuvet yang terbuat dari kaca akan memiliki absorbansi pada panjang gelombang UV sehingga mengganggu pembacaan sampel
KELENGKAPAN SPEKTROFOTOMETER
JENIS LAMPU
1. Lampu D2
2. Lampu W2
Kedua jenis lampu tersebut memiliki masa pakai maksimal 2000 jam
Note : apabila lampu mati, maka alat tidak bisa digunakan untuk pengujian
Basecore adalah proses menentukan baseline pembacaan pada alat dengan menggunakan blangko yang sesuai sehingg
SPEKTROFOTOMETRI (3)
Kurva linieritas dibuat oleh Tim Pusat, dan didistribusikan ke Medilab cabang beserta nomor revisi yang diganti reguler sebagai pemban
PART 5
Preparation of Feed & Water
Analysis
SAMPEL
PAKAN Apa saja Parameter
Uji Proksimat ?
KADAR BAHAN
AIR KERING
ABU KANDUNGAN
(ANORGANIK) ORGANIK
PROTEIN
KALSIUM KASAR
LEMAK
FOSFOR KASAR
SERAT
KASAR
SAMPEL
PAKAN Apa saja Parameter
Uji Air ?
KADAR BAHAN
AIR KERING
ABU KANDUNGAN
(ANORGANIK) ORGANIK
PROTEIN
KALSIUM KASAR
LEMAK
FOSFOR KASAR
SERAT
KASAR
Alur Uji Proksimat
M E D I L A B
Sampel
Air
MediLab Laboratory
Customer Result
Laboratory Testing
M E D I L A B
Sampel Air
MediLab Laboratory
Customer Result
Laboratory Testing
PAKAN : AIR :
Sampel Kadar Air Pemerian Analysis Customer
Kadar Abu Kesadahan
Pakan Protein Kasar Total
Lemak Kasar Kesadahan Ca
Serat Kasar Kesadaha
Kalsium n Mg
Fosfor Klorida
NaCl
Energi Metabolisme Nitrat
Nitrit
Besi
PERALATAN UJI KADAR AIR
Contoh peralatan yang digunakan dalam uji lemak & serat kasar
Contoh peralatan yang digunakan dalam uji NaCl, Klorida & Fosfor Spektro
ekstrakstor → dip
PART 6
Connecting Structure
Equipment
PART 7
Feed
Analysis
Kadar air merupakan persen kelembaban sampel setelah kehilangan bobot karena
Panas yang diterima oleh sampel akan menyebabkan penguapan semua senyawa y
TITIK KRITIS
[1] berat krus awal dan akhir harus konstan (sudah dikeringkan dan disimpan dalam eksikator) Pemanasan 105
SAMPEL BAHAN
PAKAN
2 waktu penyimpanan krus dalam eksikator baik sebelum dan s esudah disarankan sama KERING
3 krus tidak boleh kontak dengan tangan langsung selama proses karena tangan mengandung air (pengaruh bobot)
5 penyimpanan krus berisi sampel dalam eksikator disertai tutup karena silika gel dalam desikator berfungsi menyerap air
6 oven jangan buka tutup selama proses karena akan mempengaruhi kstabilan suhu
KADAR AIR
KADAR PROTEIN KASAR
PRINSIP :
Semua kandungan Nitrogen dalam sampel diubah menjadi NH4+ melalui proses destruksi, kemudian didistilasi untuk menguapka
TAHAPAN :
1. Destruksi sampel (Labu Kjeldahl) → semua N dalam sampel teroksidasi menjadi NH4+ oleh P2C-2 menjadi garam amonium sul
2. Distilasi → dengan adanya P2D sebagai pengkondisian alkalis, NH4+ dalam larutan garam ammonium akan menguap menjadi N
3. Titrasi → larutan hasil distilasi dititrasi denganP2A dimana jumlah yang dibutuhkan setara dengan jumlah NH4+ dalam sampel
KADAR PROTEIN KASAR
DESTRUKSI :
1 pastikan semua padatan sampel terdestruksi (larut) dan tidak terdapat padatan hitam → ada sampel yang belum terdestruksi
sehing
2 penambahan P2C-2 harus dilakukan di lemari asam, selain itu boleh diluar
DESTILASI :
3 jarak antara output kondensor dengan cairan P2E dalam erlenmeyer sedekat mungkin untuk meminimalisir ammonia yang hilang me
4 penambahan vaselin saat merangkai alat jangan terlalu banyak, karena bisa longgar dan rangkaian lepas saat proses. Juga tidak bole
TITRASI :
[1] Perhatikan warna titik akhir titrasi saat transisi perubahan : biru – ungu – orange cerah tetap
KADAR LEMAK KASAR
PRINSIP :
Lemak dalam sampel akan diekstraksi secara kontinyu den
n : P3A menguap dan lemak tertinggal (perbedaan titik didih P3A 85 sedangkan Lemak >500)
PRINSIP :
Serat kasar merupakan senyawa sisa hidrolisis (pemecahan senyawa dengan pemanasan) dala
Ransum mengandung lemak yang tidak akan terhidrolisis dalam pelarut asam atau basa → perl
TAHAPAN :
1 Defatting → tahapan menghilangkan kandungan lemak dalam sampel dengan mengekstrak
2 Pemanasan sampel / hidrolisis dalam asam dan basa : tahapan melarutkan semua senyawa
3 Penyaringan dan Pencucian : tahapan menyaring residu (serat kasar) dalam larutan hasil pe
4 Pengeringan dalam oven : tahapan mengeringkan residu & mengetahui berat residu
5 Pengabuan : tahapan untuk mengetahui faktor koreksi mineral anorganik yang bercampur d
KADAR SERAT KASAR
TITIK KRITIS :
1 tahap defatting harus dilakukan untuk menghilangkan lemak sehingga lemak tidak terhitung sebagai serat kasar
2 penambahan P4C harus dalam keadaan tidak ada gelembung (kompor bisa dimatikan terlebih dahulu), karena P4C bersifat combu
3 waktu reaksi P4C 5 menit setelah mendidih (bereaksi) untuk mengikat logam-logam yang bisa menyumbat pori dan tidak larut dal
4 tahap penyaringan : penangas air harus siap terlebih dahulu, karena larutan hasil hidrolisis harus selalu panas supaya tidak menge
5 tahap pencucian P4A diamkan 1 menit → waktu bereaksi untuk melarutkan pengotor dalam kertas saring berisi padatan SK
6 penyaringan larutan hidrolisis sedikit demi sedikitkarena apabila langsung banyak bisa menyumbat pori dan waktu penyaringan la
7 kertas saring : tidak boleh kontak langsung dengan tangan karena air dari tangan bisa menambah bobot. Penyimpnana kertas sari
KADAR ABU
PRINSIP :
Kadar abu merupakan gambaran dari jumlah senyawa anorganik yang terkandung dalam sampel termasuk mineral (ex. Ca, Na, K, Cl
TITIK KRITIS
1 berat krus awal dan akhir harus konstan (sudah dikeringkan dan disimpan dalam eksikator)
2 waktu penyimpanan krus dalam eksikator baik sebelum dan sesudah disarankan sama (idealnya sama)
3 krus tidak boleh kontak dengan tangan langsung selama proses karena tangan mengandung air (pengaruh bobot)
4 penimbangan dilakukan sampai konstan (angka tidak berubah dalam 30 detik)
5 krus setelah keluar dari Furnace tidak boleh disimpan pada alas berbahan plastik, karena akan menempel
6 furnace jangan buka tutup selama proses karena akan mempengaruhi kstabilan suhu
7 krus porselin hasil pengabuan tidak boleh langsung masuk eksikator, harus didiamkan di suhu ruang 5-10 menit karena akan meni
KADAR 1 Metode pengujian kadar kalsium dilakukan dengan metode titrimetri.
Kandungan kalsium dalam sampel diendapkan dengan P6F dalam situasi a
KALSIUM
3 TAHAPAN :
1. Pelarutan larutan abu (pelarutan kalsium) dengan destruksi 2
2. Pengkondisian pH larutan & suhu larutan
Kandungan Ca yang terlarut dalam larutan abu, a
3. Pengendapan kalsium dalam sampel dengan P6F
4. Penyaringan endapan kalsium
5. Titrasi kadar kalsium dalam sampel (reaksi redoks) :
Jumlah P6A yang dibutuhkan untuk mentitrasi larutan sampel, setara dengan jumlah ion oksalat yang teroksidasi dan seta
TITIK KRITIS
4 [1] kondisi pH harus asam (2,5 - 3) karena merupakan keadaan optimal kalsium diendapkan. Pengecekan pH harus sesu
2 P6F harus panas karena hanya bisa berekasi dalam suhu panas
3 penyaringan → kertas saring yang digunakan harus 42/393 sehingga semua ca terhitung (tidak lolos)
4 titrasi : penambahan P2C-1 & pemanasan wajib dilakukan karena merupakankondisi reaksi optimum antara Ca dg P6
5 larutan yang akan dititrasi harus dalam keadaan panas supaya titik akhir tercapai, apabila sudah dingin dipanaskan l
6 penambahan P2C-1 jangan sampai terkena kertas saring karena akan menyebabkan gosong sehingga abu yang terbe
KADAR 1 Fosfor dalam sampel ransum akan bereaksi dengan P7B membentu k endapan
FOSFOR
3 2
Penentuan kadar fosfor dengan met ode gravi
TAHAPAN :
1. Pelarutan abu (destruksi residu abu dalam asam)
2. Penambahan asam nitrat kuat (pengkondisian asam kuat) + peman asan
3. Proses pengendapan (reaksi antara fosfor dengan P7B)
4. Penyaringan (mendapatkan endapan)
5. Pengeringan residu (terhitung sebagai kadar fosfor)
TITIK KRITIS
4 [1] kondisi pH harus asam → keadaan optimal fosfor
2diendapkan
proses pengendapan harus dilakukan dilemari asam tanpa dibantu dengan pengadukan/digoyang-goyang karena ak
3 penyaringan tidak boleh dibantu dengan polisman, hanya menggunakan pipet tetes/ spatula pipih karena dengan m
4 pencucian, baik akuades, P7C dan P7D dituang di beaker glass dibantu dengan pipet tetes/spatula sampai gelas beke
5 apabila terlanjur terbentuk lapisan endapan di dinding, bisa ditambahkan P7C sambil dipanaskan diatas waterbath d
KADAR NaCl
Penentuan kadar NaCl didasarkan pada titrasi argentometri (pengendapan ion Cl yang terikat pada Na menggunakan ion A
Ketika jumlah kation Ag yang mengikat anion Cl sudah jenuh maka akan terbentuk endapan AgCl berwarna merah bata (den
TAHAPAN :
1. Pengabuan : untuk menghilangkan bahan organik yang mengganggu titrasi
2. Pelarutan dalam akuades, homogenkan
3. Penambahan P8B
4. Titrasi
TITIK KRITIS
1 persepsi titik akhir titrasi, warna merah bata
2 pembacaan volume buret
3 debit yang terlalu cepat akan menyebabkan titik akhir yang positif palsu dikarenakan titrasi Argentometri merupakan re
4 konsisitensi persepsi warna oleh analis antar pengulangan pengujian baik dengan sampel yang sama atau sampel yang b
ENERGI BRUTO
[4] pengukurna akuades sebagai media penyerap kenaikan suhu harus tepa2t3. Pembakaran sampel dengan pemantik api (arus listrik)
.1PKegn/gIsi Liiatenroksgien
[5] Pembilasan sisa pembakaran menyeluruh supaya semua asam terbilas d45.a.Pembilasan
nPteemrtbriatsisa
crasainsekehninagki ga
pembakaran
kosurehkusiaeknueadrgeissesuai 6. Titrasi larutan bilasan
KADAR P Spektrofotometri
Penentuan kadar P Spektrofotometri didasarkan pada reaksi pembentukan warna antara ion Phospat dengan reagen peng
TAHAPAN :
1. Pelarutan abu untuk merubah P dalam bentuk ion-ion
2. Penambahan P7G (reagen pengompleks) dalam labu ukur
3. Pendiaman untuk bereaksi anatar ion P dengan P7G
4. Pembacaan absorbansi dengan spektrofotometer
TITIK KRITIS
1 teknik volumetrik saat pembuatan larutan abu, pengukuran sampel dengan pipet volume dan penandabatas saat proses
2 waktu reaksi harus tepat 10 menit karena apabila kurang maka semua P belum bereaksi membentuk warna dan absorb
3 proses basecore harus menggunakan larutan sesuai blangko karena bisa menyebabkan baseline lebih tinggi atau rendah
PART 8
Water
Analysis
Standar ideal suatu air minum adalah
TIDAK BERWARNA
TIDAK BERBAU
JERNIH
Standar pH ideal
air minum = 5 – 7
Parameter :
visual/warna
JENIS CASE DALAM PENGUJIAN REGULER
larutan:;
1 Sampel air berbau klor kejernihan ; bau
2Warna sampel kekuningan dan terdapat endapan coklat atau hitam melayang dan mengendap
[3]Sampel air berbau amis atau bau tanah disertai endapan coklat
5 Sampel air berbau besi dan terdapat endapan berwarna orange kecoklatan
PEMERIAN & pH
KADAR KESADAHAN TOTAL
Penentuan kesadahan total didasarkan pada reaksi kompleksometri yaitu pembentukan senyawa kompleks khelat berwarn
Acuan : SNI-06-6989.12-2004
TAHAPAN :
1. Penambahan P9B untuk pengkondisian pH larutan
2. Penambahan P9C sebagai pengikat ion-ion Mg dan Ca membentuk senyawa transisi berwarna ungu
3. Titrasi penambahan P9D sehingga ion-ion Mg dan Ca yang tadinya terikat ke P9C perlahan-lahan pindah terikat ke P9D sa
TITIK KRITIS
1 larutan P9B yang dipakai dipastikan pH memenuhi syarat 10±0.1
2 serbuk P9C tidak boleh terkontaminasi senyawa asam/ basa karena akan mempengaruhi rentang kinerja warna, pastika
3 pengaturan debit mendekati titik akhir titrasi
4 pembacaan buret ( teknik volumetrik)
5 persepsi warna titik akhir titrasi
KADAR KESADAHAN Ca
Penentuan kesadahan kalsium (Ca) didasarkan pada reaksi kompleksometri yaitu pembentukan senyawa kompleks khelat b
TAHAPAN :
1. Penambahan P10A untuk pengkondisian pH larutan
2. Penambahan P10B sebagai pengikat ion-ion Ca membentuk senyawa transisi berwarna pink
3. Titrasi penambahan P9D sehingga ion-ion Ca yang tadinya terikat ke P10B perlahan-lahan pindah terikat ke P9D sampai t
TITIK KRITIS
1 larutan P10A yang dipakai dipastikan pH memenuhi syarat 12-13
2 serbuk P10B tidak boleh terkontaminasi senyawa asam/ basa karena akan mempengaruhi rentang kinerja warna, pastik
3 pengaturan debit mendekati titik akhir titrasi
4 pembacaan buret ( teknik volumetrik)
5 persepsi warna titik akhir titrasi
KADAR KESADAHAN Mg
Penentuan kesadahan magnesium (Mg) didasarkan pada selisih antara hasil titrasi k esadahan total – kesadahan Ca sesuai
PERHITUNGAN :
KESADAHAN Mg = KESADAHAN TOTAL – KESADAHAN Ca
TITIK KRITIS
Karena proses penentuan kesadahan Mg adalah selisih dari kesadahan total – kesadahan Ca, maka diutamakan pengujia n k
KADAR KLORIDA AIR
Penentuan kadar Cl didasarkan pada titrasi argentometri (pengendapan ion Cl yang terikat pada Na menggunakan ion Ag d
Ketika jumlah kation Ag yang mengikat anion Cl sudah jenuh maka akan terbentuk endapan AgCl berwarna merah bata (den
Acuan : SNI-6439-2013
TAHAPAN :
1. Pelarutan dalam akuades, homogenkan
2. Penambahan P8B
3. Titrasi
TITIK KRITIS
1 persepsi titik akhir titrasi, warna merah bata
2 pembacaan volume buret , ketepatan pengukuran volume sampel.
3 debit yang terlalu cepat akan menyebabkan titik akhir yang positif palsu dikarenakan titrasi Argentometri merupakan re
4 konsisitensi persepsi warna oleh analis antar pengulangan pengujian baik dengan sampel yang sama atau sampel yang b
KADAR Nitrat
Penentuan kadar nitrat Spektrofotometri didasarkan pada perubahan absorbansi spektrum ion nitrat pada panjang gelom
Acuan : SNI 01-3554-2006
TAHAPAN :
1. Penambahan P13A ke dalam larutan sampel untuk bereaksi
2. pembacaan absorbansi
TITIK KRITIS
1 penggunaan alat sesuai dengan teknik volumetrik
2 pembacaan absorbansi sesegera mngkin setelah penambahan reagen P13A
3 sampel jang lupa dihomogenkan setelah adanya penambahan reagen, sebelum dibaca dengan spektrofotometer
KADAR Nitrit
Penentuan kadar nitrit Spektrofotometri didasarkan terjadinya reaksi antara ion nitrit dengan P12A-2 dan P12B membent
Acuan : SNI 06-6989.9-2004
TAHAPAN :
1. Penambahan P12A-2 dan P12B untuk membentuk senyawa azo berwarna ungu
2. Pendiaman beberapa menit untuk mengoptimalkan reaksi berlangsung
3. Pembacaan absorbansi
TITIK KRITIS
1 teknik penggunaan alat-alat volumetrik
2 waktu pendiaman reaksi harus sesegera mungkin dibaca, maksimal tidak boleh lebih dari 2 jam
KADAR Besi (Fe)
Penentuan kadar besi (Fe) Spektrofotometri didasarkan pada reaksi pembentukan warna antara ion besi (Fe2+) dengan rea
TAHAPAN :
1. Destruksi sampel dengan penambahan P14E
2. Penambahan P14A-2 (reduktor) untuk mengubah semua ion Fe menjadi Fe2+
3. Penambahan P14C untuk pengkondisian pH larutan supaya bereaksi optimal
4. Penambahan P14B (reagen pengompleks) untuk membentuk warna
TITIK KRITIS
1 teknik volumetrik saat pengukuran sampel dengan pipet volume dan penandabatas saat proses add akuades
2 waktu reaksi harus tepat 10 menit karena apabila kurang maka semua Fe belum bereaksi membentuk warna dan absorb
3 proses basecore harus menggunakan larutan sesuai blangko karena bisa menyebabkan baseline lebih tinggi atau rendah
4 proses penambahan P14A-2 dihomogenkan supaya proses reduksi berjalan sempurna
Terima kasih
=)
01 02 03
Bekerja sesuai dengan Catatan Pengujian Wajib & konsisten cuci tangan setelah Tidak diperkenankan makan ataupun
atau Intruksi Kerja masing-masing jenis pekerjaan di dalam laboratorium selesai minum di dalam laboratorium
pengujian.