Anda di halaman 1dari 45

PENDEKATAN BEHAVIORISTIK

Oleh:
Dra. Juliani Prasetyaningrum, MSi, Psi

Matrikulasi
Magister Psikologi Profesi
Fakultas Psikologi UMS
2020
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

• Behavioristik adalah teori perkembangan perilaku yang


dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons individu
terhadap rangsangan.
• Tanggapan/respons terhadap rangsangan dapat diperkuat
dengan reinforcement/umpan balik positif atau negatif
terhadap perilaku kondisi yang diinginkan.
• Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan
atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan
menjelaskan tentang tindakan yang diinginkan.
• Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar
behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
PENDEKATAN BEHAVIORISTIK
• Filosofi pendekatan behavioristik adalah
empirisme; bahwa perilaku manusia
ditentukan oleh lingkungan, bukan oleh faktor
hereditas atau genetik.
• Ekstrimis behavioristik (Watson), mengemuka-
kan statemennya yang sangat berani “Berilah
saya seribu bayi, maka saya sanggup
menciptakan seribu tipe manusia”.
John Locke (abad 17):
• John Locke adalah filsuf dari Inggris dengan
pandangan empirisme , Ia sering disebut sebagai
tokoh yang memberikan titik terang dalam
perkembangan psikologi.
• Menurut teori ini, yang menjadi sumber
pengetahuan adalah empiri/atau pengalaman,
baik pengalaman batiniah maupun pengalaman
lahiriah,
• Ia mengemukakan teori tabula- rasa, bahwa
seorang anak dilahirkan seperti papan kosong, jadi
tidak mengenal keburukan saat lahir. Pengalaman
masa kanak-kanak sangat menentukan
karakteristik seseorang ketika dewasa.
John Locke (abad 17):
• Pengikut empirisme tidak puas dengan teori rasionalis,
mereka mencoba untuk mencari teori lainnya yang konsisten
dengan pengalaman manusia dalam kehidupan sehari -hari.
• Kaum empiris bertitik tolak dari pengalaman alat indera
sebagai sumber dan dasar bagi apa yang diketahuinya.
• Selanjutnya pengalaman mengajarkan bahwa prinsip-prinsip
moral tertentu dan pengertian tentang Allah (God), bukan dari
bawaan, karena masing-masing orang memiliki pemahaman
yang berbeda (individual differences).
• Oleh karena itu menurutnya kemampuan intelektual individu,
juga sebuah tabularasa, selembar kertas bersih yang belum
ditulis. Bagi Locke ide-ide juga berasal dari pengalaman.
JOHN B. WATSON
• Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang
datang sesudah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk
tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat
diukur.
• Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya proses
mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun
ia menganggap bahwa hal tersebut sebagai faktor yang tak
perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-
perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun
semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah
belajar atau belum karena tidak dapat diamati.
JOHN B. WATSON
• Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya
tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti
fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalam-
an empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan dapat
diukur.
• Asumsinya bahwa, hanya dengan cara demikianlah maka
akan dapat diramalkan perubahan-perubahan apa yang
bakal terjadi setelah seseorang melakukan tindak belajar.
• Para tokoh aliran behavioristik cenderung untuk tidak
memperhatikan hal-hal yang tidak dapat diukur dan tidak
dapat diamati, seperti perubahan-perubahan mental yang
terjadi ketika proses belajar, walaupun demikian mereka
tetap mengakui hal itu penting.
JOHN B. WATSON (1928)
• Pada dasarnya seorang anak dapat dibentuk
menjadi apapun yang diinginkan masyarakat
dengan cara memanipulasi dan mengubah
lingkungannya. Watson percaya bahwa
pengamatan perilaku anak dapat dilakukan secara
sistematik dan di bawah control. Ia juga memiliki
pandangan yang provokatif terhadap cara
membesarkan anak, karena menganggap bahwa
orang tua yang terlalu lembut dalam
memperlakukan anak yang ditunjukkan oleh
sering tersenyum dan memeluk anak ketika masa
bayi,akan membuat anak menjadi “lemah”.
• Perilaku hanya dapat dijelaskan melalui
hal-hal yang dapat diobservasi. Proses
mental seperti berfikir, perasaan, dan
motivasi, adalah sesuatu yang tersembunyi
dan tidak dapat diobservasi; oleh karena
itu teori behavioristik memandang-nya
sebagai materi yang tidak ilmiah.
Ingat kasus Dr. JM (Doktor, Psikolog Klinis/ Psy.D)?
• An AB (laki2), saat usia 8bln, penisnya terpotong, krn kesalahan prosedur saat sirkumsisi di
sebuah RS (Kanada).
• Dr. JM (Psikolog Klinis) membuat keputusan kontroversial, dg mengubah kelamin AB dari
laki2 menjadi perempuan (atas persetujuan orangtua AB). JM sedang melakukan penelitian
bahwa identitas gender bukan faktor bawaan, melainkan pola asuh (behavioristik).
• Di usia 2th AB protes dg busana perempuan yg harus dikenakannya, dan dia menolak
permainan2 feminin yang disediakan oragtuanya (boneka, dll), dan lebih menyukai yg
maskulin (pistol, robot, dll).
• Di usia 13 th AB ingin bunuh diri krn selalu merasa sebagai laki2 dan menolak menjadi
wanita (hipotesis Dr. JM tdk terbukti).
• Di usia 20 th AB mengalami depresi, karena selalu terbayang pengalaman2 traumatis saat
mendapat perlakuan dari Dr. JM yang memaksanya utk meyakini bahwa dia adalah seorang
perempuan, shg kembali ingin bunuh diri.
• Di usia 39th, setelah dia menikah dan memiliki 3 orang anak tiri, AB tidak sanggup lagi
menanggung semua beban kehidupan dan identitas barunya, maka akhirnya dia benar-
benar bunuh diri.
• Bahwa teori dari manusia itu tidak ada yang sempurna, maka jangan fanatik dg teori2 yang
kita pelajari
Behavioral Learning Theory

Organism
Stimulus Response
(O)
(S) (R)
ASUMSI UTAMA
• Semua jenis binatang (termasuk manusia)
belajar dengan cara/prinsip yang sama
• Untuk memahami suatu proses belajar, fokus
pada stimulus-respon
• Proses2 internal harus diabaikan
• Belajar ditunjukkan dengan PERUBAHAN
PERILAKU
• TABULA RASA
• Belajar adalah hasil dari kejadian2
PERILAKU
MENURUT TEORI BEHAVIORISTIK
• Perilaku dipengaruhi lingkungan
• Belajar adalah hubungan antara kejadian-
kejadian yang dapat diamati (hubungan S-R)
melalui kondisioning
• Belajar adalah perubahan perilaku
• Belajar terjadi apabila antara stimulus dan
munculnya respon waktunya berdekatan.
• Ada kesamaan antara proses belajar manusia
dan binatang
A-B-C Model
• Perilaku dijelaskan dalam konsep:

– Antecedants (stimulus yang muncul sebelum


perilaku)
– Behavior (perilaku yang muncul)
– Consequences (stimulus yang muncul setelah
perilaku)
TEORI ABC (Sulzer, Azaroff, Mayer : 1977 )
• Menurut teori ini, perilaku manusia merupakan suatu proses
sekaligus hasil interaksi antara:
Antecedent, Behavior, Consequences.
• Berikut adalah proses model teori ABC:
• a. Antecedents dapat dideskripsikan sebagai orang, tempat,
sesuatu, atau kejadian yang datang sebelum perilaku terbentuk
yang dapat mendorong kita untuk melakukan sesuatu atau
berkelakuan tertentu.
• Aplikasi : Kegiatan kampanye kepedulian lingkungan, memonitor
pembuangan sampah, dan berdialog dengan warga tentang cara
penanganan sampah dan memberikan edukasi masif dan agresif
kepada anak-anak usia dini supaya membangun kultur buang
sampah yang mampu tertanam di alam bawah sadar bahwa
membuang sampah sesuai jenis sudah menjadi “habit”
• b. B = Behaviour (perilaku) merupakan segala apa yang kita lihat pada saat kita
mengamati seseorang melakukan aktivitas/pekerjaan (Ayers dalam Issaac,2000).
• Dalam hal ini sebenarnya yang terjadi adalah proses penyesuaian diri pada
perilaku baru yang akan dibentuk tersebut oleh individu dan organisasi.
• Aplikasi : Awalnya resistensi sempat muncul dari beberapa kalangan mengenai
perubahan cara membuang sampah ini. Banyak warga, khususnya orang-orang
tua yang memprotes cara baru penanganan sampah, karena dianggap
merepotkan. Namun dengan penjelasan dan informasi yang terus menerus
mengenai manfaat dari pembuangan sampah, resistensi itu berkurang dengan
sendirinya.
• c. C = Consequences adalah kejadian-kejadian yang mengikuti perilaku dan
mengubah adanya kemungkinan perilaku akan terjadi kembali di masa datang.
• Aplikasi: Munculnya tekanan sosial dari masyarakat Jepang apabila tidak
membuang sampah pada tempat dan jenisnya. Rasa malu menjadi kunci
efektivitas penanganan sampah di Jepang. Perubahan perilaku pengolahan
sampah ini juga didukung oleh parlemen Jepang dengan diloloskannya Undang-
Undang mengenai Pengolahan Sampah, Undang-Undang Daur Ulang atau Basic
Law for Promotion of the Formation of Recycling Oriented, dan Undang-
Undang Kemasan Daur Ulang atau “Containers and Packaging Recycle Law”.
Ciri-ciri teori belajar behavioristik

a. Mementingkan pengaruh lingkungan


b. Mementingkan bagian-bagian (elementalistik)
c. Mementingkan peranan reaksi.
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya
hasil belajar.
e. Mementingkan sebab-sebab di waktu yang
lalu,
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan, dan
g. Dalam pemecahan problem, ciri khasnya “trial
and error”
Tiga tipe utama proses belajar
• Classical conditioning: proses belajar yang tidak
disadari. Contoh: percobaan Pavlov (prinsip
asosiasi)

• Operant conditioning: proses belajar yang


disadari. Contoh: melakukan perilaku untuk
menghindari hukuman

• Imitasi (Modelling dan Observational Learning)


18
CLASSICAL CONDITIONING
• Classical conditioning sebagai salah satu bentuk teori
belajar behavioristik dikemukakan oleh Ivan P.
Pavlov. Ia mengelompokkan dua macam refleks, yaitu
refleks fisiologik dan refleks psikis.
• Refleks fisiologis adalah innate process, yaitu refleks
alami (keluarnya sekresi lambung karena adanya
daging dalam perut organisme), disebut
unconditioned reflexes
• Refleks psikis adalah refleks
bersyarat (conditioned reflexes), ia
terjadi sebagai akibat belajar
(keluarnya air liur pada anjing ketika
ia mendengar langkah si pemberi
makan).
• Fenomena dasar classical
conditioning adalah bahwa banyak
perilaku yang dapat dikondisikan.
Konsep Dasar Classical
Conditioning
• Daging dimasukkan dalam mulut anjing,
anjing mengeluarkan air liur. Daging disebut
sebagai unconditioned stimulus (UCS), karena
keluarnya air liur tidak dipengaruhi oleh
kondisi apapun (alami)
• Suara bel tidak menyebabkan anjing
mengeluarkan air liur (stimulus netral). Suara
bel disebut sebagai conditioned stimulus (CS)
• Stimulus CS (suara bel) dan UCS
(daging) diberikan berulang-ulang pada
anjing
• Setelah berkali-kali pasangan CS dan
UCS diberikan, kemudian ketika
didengarkan suara bel (CS) saja anjing
mengeluarkan air liur. Keluarnya air liur
ini disebut conditioned response (CR)
Aplikasi Dalam Belajar
• Bel + daging  air liur
Bel (tanpa daging)  air liur
• Matematika + guru galak  siswa takut
• Matematika  siswa takut
• B. Inggris + guru menyenangkan  siswa
senang
• B. Inggris  Siswa senang
Aplikasi dalam aktivitas individu
• Individu lapar  Suara mangkuk dipukul (“thing-
thing-thing”) + Semangkuk Bakso (unconditioned
stimulus) menelan ludah (Unconditioned
response).
• Individu lapar  “thing-thing-thing” (conditioned
stimulus)  menelan ludah (conditioned response)
• Suara gemuruh + banjir bandang  ketakutan /lari
keluar rumah
• Suara gemuruh  ketakutan/lari keluar rumah.
Aplikasi dalam aktivitas individu
• Suara bor + Gigi ditambal  gigi ngilu.
• Suara bor  gigi ngilu
• Belajar + Suara papa marah2  Sulit
konsentrasi (Kasus anak sulit belajar)
• Belajar  sulit konsentrasi
• Suara sepatu + bos marah2  keringat dingin
• Suara sepatu  keringat dingin
Aplikasi dalam aktivitas individu
Contoh:

1. Anak dilecehkan di sekolah


2. Dia merasa tidak nyaman saat dilecehkan
3. Anak memasangkan rasa tidak nyaman dengan
sekolah
4. Anak mulai tidak nyaman setiap akan berangkat
sekolah
5. Anak tidak mau sekolah
Prinsip Classical Conditioning
• Extinction
• High-Order Conditioning (Kondisioning Tingkat
Tinggi)
• Generalisasi dan Diskriminasi Stimulus
Extinction
• Conditioned Response (CR) tidak selalu
bertahan selamanya. Bila CR sdh terbentuk,
kemudian CS diberikan terus-menerus tanpa
pemberian UCS, maka lama kelamaan CR
akan menghilang dan terjadilah Extinction.
• CR masih bisa muncul pada keesokan
harinya stlh extinction ,objek diberi CS, maka
CR bisa muncul lagi  disebut spontaneous
recovery.
Higher Order Conditioning
• Stimulus netral (UCS) dapat menjadi sebuah
stimulus terkondisi (CS) ketika dipasangkan
dengan sebuah stimulus terkondisi (CS) lain
yang telah terbentuk sebelumnya. Misalnya:
Anjing telah terstimulasi dengan piring
makanan. Kemudian saat menunjukkan
piring dibarengi lampu menyala secara
berulang-ulang, maka hanya dengan nyala
lampu air liur anjing akan keluar
• Generalisasi dan diskriminasi stimulus
• Contoh generalisasi Stimulus  setelah suatu
stimulus telah berubah menjadi CS utk respon2
tertentu, maka stimulus2 yg serupa dapat
menghasilkan reaksi yg sama.
• Contoh diskriminasi stimulus  anjing sdh
terkondisi dg nada C-tengah pada piano, kmd
didengarkan nada C pada gitar tanpa makanan, dan
pada saat yg sama nada C-tengah pada piano
disertai makanan tetap dilakukan. Yg terjadi adalah
anjing tdk mengeluarkan liur saat nada C pada gitar
dibunyikan dan mengeluarkan liur saat C-tengah
piano dibunyikan  anjing dpt membedakan bunyi.
Ringkasan Definisi
• Stimulus Netral  stimulus yg tdk
berhubungan dg suatu respons.
• Unconditioned Stimulus (US)  stimulus yg
secara otomatis menghasilkan respons
emosional atau fisiologis.
• Conditioned Stimulus (CS)  stimulus yg
membangkitkan respons emosional atau
fisiologis setelah pengkondisian.
Ringkasan Definisi
• Conditioned Response (CR) respons yg
dipelajari terhadap stimulus yg semula netral.
• Operants  perilaku disengaja (dan pada
umumnya mengarah pada tujuan) yang
dilakukan oleh manusia atau binatang.
• Operant Conditioning  Pembelajaran yang
perilaku disengajanya diperkuat atau
diperlemah oleh konsekuensi atau anteseden.
Operant Conditioning
• Tokoh: Burhuss Frederick (BF) Skinner (1904
– 1990).
• Skinner menyebut sbg pendekatan
“behaviorisme radikal”.
• Utk memahami perilaku harus memusatkan
perhatian pada penyebab eksternal dari
perilaku dan konsekuensi yang
mengikutinya.
• Tingkah laku operan memainkan peranan yang jauh
lebih besar dalam kehidupan manusia, bila
dibandingkan dengan tingkah laku responden, misal:
Kita melihat sebuah buku, stimulus ini tidak langsung
akan memunculkan keinginan untuk membacanya.
Kita akan membaca atau tidak membaca buku tsb.
tergantung dari konsekuensi yg pernah kita terima di
masa lalu. Bila membaca buku membuat kita
mendapat pujian, maka kita akan mengulang
perilaku tsb. Jadi tingkah laku ditentukan oleh
konsekuensi.
• Sebuah respon dapat menghasilkan tiga macam
konsekuensi.
Tiga macam Konsekuensi
• 1. Suatu konsekuensi netral tidak akan
meningkatkan ataupun menurunkan kemungkinan
terjadinya perilaku di masa yang akan datang
• 2. Reinforcement memperkuat atau meningkatkan
kemungkinan terjadinya respons di masa yang
akan datang.
• 3. Hukuman (punishment) melemahkan respon
tertentu atau mengurangi kemungkinan respon
tersebut muncul dimasa yad.
Reinforcement dan hukuman primer dan
sekunder
• Reinforcement primer (Primary
Reinforcement)  makanan, minuman,
cahaya, usapan pada kulit, dan temperatur
udara yg nyaman, mrpk hal-hal yg secara alami
memperkuat suatu respons krn memenuhi
kebuth biologis individu.
• Hukuman primer (Primary Punishment)  rasa
sakit, panas atau dingin yg ekstrim, merupakan
hukuman yang sifatnya alami
• Reinforcement sekunder dan hukuman
sekunder (reinforcement dan hukuman yg
terkondisi)  merupakan sesuatu yg
dipelajari, seperti: pujian, tepuk tangan,
nilai yg baik, piagam, dll, merupakan
reinforcement sekunder yg sering dan
umum terjadi.
• Begitupun hukuman sekunder sering kita
temui, spt: cacian, kritikan, denda,
teriakan marah, nilai rendah, dll.
Prinsip-prinsip Operant Conditioning

• Penguatan dan Kepunahan (Reinforcement and


Extinction)  bahwa tingkah laku manusia
dapat dikontrol dengan memperkuat stimuli,
contoh: bayi akan menghisap lebih cepat saat
diberi susu dengan rasa manis, dan lambat bila
diberi cairan lain/susu atau minuman lain yg
tidak manis.
• Tingkah laku operan bisa mengarah pada
extinction (kepunahan).
• Tingkah laku operan yang punah juga bisa
dipulihkan secara spontan, misal: anak lelaki yang
sedang marah, maka kemarahannya bisa
dipadamkan dengan mengalihkan perhatiannya ke
situasi tertentu. Kemarahan tersebut dapat muncul
lagi pada situasi baru tersebut, sehingga harus
dilakukan lagi pengalihan perhatian ke situasi lain.

Penguatan harus bersifat segera (immediacy of


reinforcement)  ketika anak melakukan suatu
perilaku “baik”, maka harus segera diberi
penguatan (on the spot), agar tingkah laku tsb
menguat (menjadi kebiasaan berperilaku baik).
• Stimuli Pembeda (discriminative stimuli)  burung
merpati tanpa stimulus suka meregangkan
kepalanya. Oleh skinner disaat merpati
meregangkan kepala, lampu dinyalakan. Yang
terjadi adalah kalau lampu menyala merpati lebih
sering meregangkan kepala dibanding kalau lampu
mati.
• Generalisasi stimulus  seorang gadis kecil akan
mengucap “papa” jika melihat ayahnya, dan tidak
akan mengucapkannya bila yang muncul ibu atau
saudara kakaknya. Namun, ketika bertemu dengan
seorang lelaki seusia ayahnya dia mengucap
“papa”, maka berarti terjadi generalisasi.
• Pembentukan  Tingkah laku operan tidak
langsung diperoleh dalam satu paket
aktivitas. Biasanya harus dipelajari secara
bertahap  anak (2 tahun) belajar makan
sendiri, maka prosesnya akan berlangsung
secara bertahap, diawali dari cara memegang
sendok, cara mengambil nasi di piring, cara
memasukkan sendok ke mulut dst….dengan
memberi penguatan saat anak berhasil
melakukannya.
• Rantai tingkah laku  tingkah laku
dibentuk secara bertahap dan juga akan
dapat berkembang menjadi rantai
respons yang lebih panjang dan
terintegrasi  melatih anak main bola
 memungut bola, melempar bola,
menendang bola dan memasukkan bola
ke gawang.
• Jadwal penguatan  intermittently reinforced
behavior (tingkahlaku penguatan sebentar-
sebentar/berkala)  lebih sulit untuk punah,
misal: anak cengeng, bila reinforce diberikan
tidak kontinu, maka kecengengannya akan
sulit punah. Oleh karenanya untuk
mengajarkan bentuk tingkah laku yg
diinginkan, metode yg paling baik adalah
dengan memberikan penguatan
berkesinambungan.
• Peguatan negatif dan Penghukuman  tidak
selalu berefek positif, bahkan banyak efek
samping yang akan muncul dari pemberian
penghukuman ini, misalnya: anak yang dihukum
oleh orangtuanya di rumah, maka sangat
mungkin dia akan marah-marah di sekolah dan
sikap ini akan memunculkan masalah baru, baik
dengan peer-group maupun guru2nya. Atau anak
yang mendapatkan hukuman disaat melakukan
suatu kesalahan, menjadi “takut”/tidak mau
melakukannya lagi/mencoba lagi, karena tidak
ingin mendapat konsekuensi bila gagal lagi.
TERIMA KASIH
• SELAMAT BELAJAR
• SEMOGA SELALU SUKSES

Anda mungkin juga menyukai