00
RABU: 07.30, 10.00
KAMIS : 07.30 10.00
SABTU : 07.30, 10.00
BAHAN KULIAH
MANAJEMEN BK.
(BIMBINGAN KONSELING)
DISUSUN OLEH :
DRS. T. SUNARTO, MM.
Telp . 0853 1101 4100
Dapat dibuktikan ilmu untuk proses dalam memimpin menjadi tiga pokok penting,
aktivitas dan seni dalam pengertian manajemen dengan aplikasi akan dapat dibuktikan
pengertian ilmu dalam memimpin ;
1. Pengertian pertama adalah adanya tujuan yang ingin dicapai.
2. Pengertian kedua adalah tujuan yang dicapai dg menggunakan kegiatan-kegiatan
orang lain.
3. Pengertian ketiga adalah kegiatan-kegiatan orang lain itu harus dibimbing dan
diawasi.
Keilmuan merupakan kumpulan pengetahuan dari pengalaman-pengalaman yang
terbukti keberhasilan mengandung kebenaran. Chester I Barnard dalam bukunya The
Function of the Excecutive, mengakui bahwa manajemen itu adalah”seni” dan juga
sebagai “ilmu” . Demikian pula Henry Fayol, Alfin Brown, Harold Koontz dan Cyril
O’Donnel, dan George R Terry beranggapan bahwa manajemen itu adalah ilmu
sekaligus seni. Bisa disimpulkan manajemen sebagai ilmu dan seni;
“Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorga- nisasian, penyusunan,
pengarahan dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan.
Proses Perencanaan dan Langkah-langkahny
Pendekatan konseling Non-Direktif merupakan suatu bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada konseli,
dimana penentu proses cenderung pada konseli, diusahakan supaya mampu menguasai komunikasi atas dasar
keinginannya dapat selalu ingin tahu tentang permasalahan hingga dapat mengetahui permasalahan dirinya sendiri
dan konselor tidak banyak bertanya terlalu menguasai konseli.
Dari buku Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konse ling di Sekolah (2002:69), proses konseling
Non-Direktif dikembangkan oleh R. Rogers, guru besar Psikologi dan Psikiatri, Universitas Wisconsin, dan dia
dipandang sebagai bapak Konseling Non-Direktif (Client centered counceling) bahwa:
a. Ciri-ciri Hubungan Non-direktif:
1).Klien sebagai sentral, yang aktif untuk mengungkapkan dan mencari pe mecahan masalah. Hubungan ini
aktivitas klien dan tanggung jawabnya.
2).Konselor sebagai pendorong menciptakan situasi membantu merefleksi kan sikap dan perasaan-perasaannya.
Sedangkan bila hubungan itu terjadi otoriter dalam hubungan dengan konseli maka terjadilah;
a) Klien atau siswa merupakan objek dari subjek yang memegang otoritas (Guru, Orang tua atau Konselor).
Sedangkan klien/siswa harus mengikuti dan taat kepada pemegang otoritas.
b) Pemegang otaritas adalah orang yang paling tahu segala hal, dialah yang menunjukkan, mencarikan atau
memberikan jalan kepada klien. Jadi pemegang otoritas adalah berperan sebagai penentu bagi klien.
b. Dasar Pandangan Non-Direktif tentang Individu
Dasar pandangan Non-Direktif tentang individu memberikan suatu gambaran bahwa proses konseling
pusatnya adalah klien, bukan konselor dikembangkan oleh R. Rogers bahwa:
1) Dasar filsafat Rogers mengenai manusia
a) Inti sifat manusia adalah positif, sosial, menuju ke depan, dan realistik
b) Manusia pada dasarnya jooperatif, konstruktif dan dapat dipercaya
c) Manusia mempunyai tendensi dan usaha dasar mengaktuali sasi pribadi. Berprestasi dan
mempertahan dri
d) Manusia mempunyai kemampuan dasar untuk memilih tujuan yang benar, dan membuat
pemilihan yang benar apabila ia diberi situasi yang bebas dari ancaman.
2).Ada tiga Pokok teori Rogers yang mendasari teknik konseling yaitu;
e) Organisme: bereaksi secara keseluruhan sebagai suatu kesatuan; memiliki motif dasar yaitu
mengaktualisasi, memper tahankan, dan mengembangkan diri; organisme melambang-kan
pengalaman sehingga menjadi disadari atau menolak.
f) Medan Phenomenal: adalah keseluruhan pengalaman yang pernah dialami. Medannya hanya
diketahui oleh subjek yang mengalami yang terdiridari; Pengalaman yang disimbolisasikan dan
pengalaman yang tidak disimbolisasikan, sehingga penga laman ada yang tidak dapat di tes,
bisa disebut tidak realistis.
g) Self : juga disebut self-concept (konsep diri) merupakan bagian yang terpisah dari medan
phenomenal, yang berisi pola pengalaman dan penilaian yang sadar dari subjek. Sehingga
pendekatan Rogers menitik beratkan kepada kemampuan klien untuk mengendalikan
dirinyadan memecahkan masalah sendiri.
Teori Kepribadian Rogers
Buku Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (2002:74) Pendapat Carl R.
Rogers memandang manusia sebagi makhluk sosial, maju terus ke depan, rasional dan realistik, merumuskan
dalam 19 dalil intisarinya adalah sebagai berikut;
1) Tiap individu ada dalam dua pengalamannya yaitu seseorang itu dengan pengalaman yang bersangkutan.
2) Organisme bereaksi terhadap medan tempat dia ada menurut penghayatan mengenai medan itu dari realitas
bagi individu yang bersangkutan. Jadi bisa berbeda kondisi yang berlaianan.
3) Organisme bereaksi terhadap medan phenomenal sebagai suatu kesatuan yang terorganisir, dimana tingkah
laku dalam situasi secara keseluruhan kepribadiannya.
4) Organisme mempunyai satu kecenderungan dan dorongan dasar, yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan
dan meningkatkan organisme yang menghayati sampai taraf optimal.
5) Perilaku pada dasarnya adalah terarah kepada tujuan, yang dilakukan individu untuk memuaskan kebutuhan
menurut penghayatannya.
6) Emosi menyertai sebagai reaksi total, pada umumnya menunjang perilaku yang terarah sesuai dengan konsep
dirinya (self concept) d tujuan itu. Sehingga untuk mengubah perilaku mengubah konsep mengenai dirinya.
7) Sudut pandangan terbaik untuk memahami perilaku individu adalah kerangka acuan yang ada pada diri yang
bersangkutan bagaimana individu memandang dunia sekitarnya.
8) Suatu bagian dari medan penghidupan secara keseluruhan berangsur-angsur terdiferensiasikan menjadi
konsep diri.
9) Sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungan. Evaluasi dengan orang lain terbentuklah “diri” yaitu konsep
pola kehidupan aku yang terletak pada sitem nilai (konsep diri) karena terbentuk dengan lingkungannya.
10)Nilai-nilai yang terletak pada pengalaman dan nilai-nilai yang merupakan bagian dari struktur diri, adalah
struktur yang dihayati langsung oleh individu atau yang diintrojeksikan dari penghayatan orang lain, tetapi
yang telah diwarnai oleh makna yang bersangkutan.
Teori Kepribadian Rogers
11). Dalam dunia pengalaman seseorang ditangkap oleh orang yang bersangkutan dalam tiga cara, yaitu;
a) Dilambangkan, diamati, dan diorganisasikan ke dalam hubungan tertentu dengan dirinya
b) Diabaikan karena tidak terlibat hubungannya dengan struktur diri.
c) Ditolak atau dilambangkan dg perubahan karena hal yang dihadapi itu tidak konsisten dengan struktur diri.
12. Kebanyakan perilaku yang dijalankan oleh individu adalah perilaku yang konsisten sejalan dengan konsep
dirinya.
13. Dalam beberapa hal perilaku mungkin ditimbulkan oleh pengalaman organik atau kebutuhan belum
dilambangkan sehingga tidak konsis ten dengan struktur diri karena kebutuhan yang belum diketahui.
14. Penyesuaian psikologis yang tidak baik terjadi bilamana organisme menolak menyadari pengalaman-
pengalaman dan viseral yang penting, yang karena dilambangkan dan diorganisasikan ke stuktur diri, maka
menjadi ketegangan psikologis bila terjadi, sehingga terjadilah gangguan psikologis karena kenyataan tidak
sesuai dengan konsep dirinya.
15. Penyesuaian psikologis yang baik terjadi apabila memungkinkan semua pengalaman diri mensensor dan viseral
organisme dapat diasimilasikan dengan simbolik ke dalam relasi yang konsisten dengan konsep dirinya.
16. Setiap pengalaman yang tidak konsisten dengan organisasi atau struktur diri, mungkin diamati sebagai ancaman
sehingga semakin banyak pengalaman untuk mempertahankan diri.
17. Pengalaman baru yang tidak menimbulkan ancaman maka struktur diri dalam mengasimilasikan yang mencakup
pengalaman demikian akan memperbaiki dengan konsep dirinya.
18. Apabila individu mengamati dan menerima semua pengalaman yang sensoris dan viseral ke dalam suatu sistem
yang konsisten dan integral, maka ia akan dapat lebih memahami dan menerima orang lain sehingga diterima
lingkungan sosialnya.
19. Apabila individu mengamati dan menerima lebih banyak pengalaman organismenya, maka akan menyadari
bahwa ia sedang menggantikan sistem nilai-nilainya yang sekarang baru, dengan evaluasi organis. S
Secara umum dan mendasar tujuan pendekatan konseling non-direktif yang ingin dicapai yaitu
dapat menunjukkan dan menyadarkan klien bahwa cara berfikir yang tidak logis menjadi logis
merupakan penyebab gangguan emosional bisa menjadi keputusannya. Dengan kata lain untuk
membantu individu atau klien agar berkembang secara optimal sehingga mampu dan berguna bagi
diri dan lingkungannya yaitu;
a) Membebaskan klien dari berbagai konflik psikologis yang dihadapinya.
b) Menumbuhkan kepercayaan diri klien bahwa ia mempunyai kemampu an untuk mengambil
keputusan.
c) Memberi kesempatan kepada klien untuk belajar mempercayai orang laindan memiliki kesiapan
berbagai pengalaman orang lain bermanfaat bagi dirinya.
d) Memberi kesadaran bahwa dirinya merupakan bagian dari lingkup sosial budaya yang luas
e) Menumbuhkan suatu keyakinan pada klien bahwa dirinya terus bertumbuh dan berkembang.
Dipergunakannya konseling non-direktif didasarkan atas;
1) Sifat klien yang memiliki sifat-sifat, agresif, terbuka, terus terang, memiliki kemampuan untuk
mengungkapkan masalahnya dan bebas serta lancar berkomunikasi,
2) Sifat konselor dalam konseling non-direktif memiliki kemampuan dan sebagai pendengar yang
baik, menciptakan hubungan yang akrab untuk membentuk kepercayaan klien dan konselor
dituntut meluangkan waktu yang lama,
3) Sifat masalah yang dihadapi, pada dasarnya bisa dipergunakan untuk setiap masalah, tapi
paling baik yang berhubungan dengan ketegangan-ketegangan psikologi .
Ciri-Ciri Proses Pendekatan Konseling Non-Direktif Secara intisarinya adalah;
1) Klien berperan lebih dominan
2) Pengambilan keputusan akhir konseli, konselor hanya mengarahkan.
3) Proses bersifat permisif dan intim sebagai persyaratan mutlak
4) Konselor benar-benar menerima klien sebagaimana adanya.
5) Tergantung klien tidak terikat langkah-langkah yang dilakukan konselor
6) Empati dalam konseling non-direktif sangat penting.
Langkah-Langkah Konseling Non-Direktif menurut Carl R. Rogers ada dua belas yang dapat dipakai
pedoman dalam melaksanakan konseling, tapi bukan langkah yang baku yaitu;
7) Klien datang meminta bantuan kepada konselor secara sukarela.
8) Merumuskan situasi bantuan
9) Konselor memotivasi klien mengungkapkan perasaannya secara bebas.
10) Konselor secara tulus menerima dan menjernihkan perasaan-perasaan klien yang sifatnya negatif dan
memberikan respon.
11) Perasaan-perasaan negatif terungkap berarti bebannya secara psikologis berkurang, maka ekspresi positif
akan muncul dan tumbuh dan berkembang
12) Konselor menerima perasaan positif yang diungkapkan klien.
13) Sast pencurahan perasaan diikuti oleh perkembangan yang berangsur-angsur tentang wawasan (insight)
klient mengenai dirinya dan pemahaman (understanding) serta penerimaan diri te.rsebut.
14) Kalau telah menerima dan faham dalam verivikasi masalahnya mulailah membuat keputusan untuk
melakukan sesuatu keputusan dan melangkah untuk berfikir tindakan selanjutnya.
15) Melakukan tindakan-tindakan yang positif.
16) Pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut wawasan klien.
17) Meningkatkan tingkah laku positif secara terpadu pada diri klien.
18) Mengurangi ketergantungan klien atas bantuan konselor.
Dasar-dasar pertimbangan yang mendorong dipergunakan Konseling Non-Direktif didasarkan atas :
a) Sifat Klien; yang diharapkan bahwa konselor dapat memahami sifat-sifat kliennya, yang tentu memiliki
keunikan sendiri, perbedaan maupun kesamaan bagi klien-klien yang lainnya.
b)Sifat konselor; memiliki kemampuan pendengar yang baik, mampu menciptakan hubungan baik, dan
meluangkan waktu cukup banyak.
c) Sifat masalah; bisa digunakan setiap masalah yang dihadapi klien, yang lebih baik digunakan berkaitan
dengan konflik psikologis.
Kelemahan dan kelebihan Konseling Non-Direktif
1) Kelemahan-kelemahan konseling non-direktif diantaranya yaitu;
(a) Bila wawancara dalam konseling tidak terarah menyita banyak waktu, sedang masalah yang
diungkapkan bebas menurut konseli.
(b) Pengungkapan dan keberanian secara verbal kemampuan konseli sangat terbatas.
(c) Kesukaran klien memahami dirinya sendiri.
(d) Klien dengan pendekatan ini dengan sifat dan sikap kedewasaan harus timbul dari klien, harus bisa
memahami dan memecahkan masalahnya sendiri.
(e) Kesukaran konselor dalam aspek klinis sering merupakan masalah, kalau konselor belum terlatih
dalam masalah psikologis.
2) Kebaikan konseling non-direktif diantaranya yaitu;
(a) Memudahkan bila klien mengalami kesukaran emosional dan tidak dapat menganalisis secara
rasional, logis bebas mengemukakan masalahnya.
(b) Penghayatan emosi klien dalam mengungkapkan masalah konselor dengan mudah memantulkan
kembali kepada klien dalam bahasa yang sesuai alurnya.
(c) Kalau klien mempunyai kemampuan untuk merefleksikan diri dan mengungkapkan perasaan dan
pikiran, pendekatan ini sangat baik, karena klien bisa merefleksi diri dalam mengambil keputusan
dan tanggung jawab sendiri, dengan bantuan konselor dalam pertanya an menggali
permasalahannya.
2. Pendekatan Konseling “Analisis Transaksional”
Perencanaan tindak intervensi proses dimensi wilayah gerak Guru mata pelajaran khususnya
sistem pendidikan formal, tujuan umum pencapaian tujuannya adalah pendidikan nasional. Konselor
khususnya dalam sistem pendidikan formal tujuan umum pencapaian tujuan pendidikan nasional,
kebutuhan belajar dapat ditetapkan terlebih dahulu untuk ditawarkan kepada peserta didik.
Sedangkan kebutuhan pengembangan diri dapat ditetapkan dalam proses transaksional oleh konseli,
dan difasilitasi oleh konselor.
Dari Dewa Ketut Sukardi, buku Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah ( 2002:112 ), dalam Prinsip-prinsip dikembangkan oleh Dr. Eric Berne dan diperkenalkan
pada tahun 1956 yang dikembangkan melalui analisis transaksional adalah upaya merangsang rasa
tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan
yang realistis, berkomunikasi yang terbuka, wajar, dan pemahaman dalam hubungan dengan orang
lain. Secara historis analisis transaksional dari Eric Berne berasal dari psikoanalisis yang
dipergunakan dalam konseling terapi kelompok, sekarang dipergunakan secara meluas dalam
layanan konseling atau terapi individual. Dalam pendekatan konseling dapat memperhatikan
prosesnya diantaranya dengan;
a. Teori kepribadian; Hal ini terbentuklah”, secara analisis melalui;
Struktur Kepribadian; sumber-sumber dari tingkah laku dari realita dan mengolah berbagai
informasi dan bereaksi dengan dunia pada umumnya, disebut sebagai Ego State (Status Ego).;
Stroke atau “tanda perhatian”; terdiri dari (1) Stroke positif (positive stroke); (2) Stroke negatif
(negative Stroke); (3) Stroke bersyarat (conditional stroke); dan (4) Stroke tak bersyarat
(unconditional stroke); Struktur Hunger; kebutuhan seseorang mengadakan serangkaian transaksi
dengan orang lain bersumber stimulus atau sensation hunger, dan recognition hunger.
Uraian dari teori kepribadian analisa dapat diperhatikan penjelasan di bawah ini;
1). Struktur Kepribadian
Uraian dari teori kepribadian analisa dapat diperhatikan penjelasan di bawah ini;
1). Struktur Kepribadian
Dalam “Struktur Kepribadian”, bisa merupakan unsur-unsur dan sumber-sumber dari tingkah laku bagaimana
seseorang itu melihat suatu realitas serta bagaimana mengolah berbagai informasi serta bereaksi dengan
dunianya. Menurut Eric Berne melihat suatu realitas dan bagaimana mengolah berbagai informasi serta
bereaksi dengan dunia pada umumnya yang disebut Ego State(Status Ego) untuk menyatakan pernyataan suatu
sistem perasaan dan kondisi pikiran berkaitan dengan pola-pola dari tingkah lakunya. Status ego yang ada pada
seseorang terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang diperoleh masih membekas pada dirinya sejak masa
kecil.
Unsur status ego seseorang menurut Eric Berne status ego sese -orang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut;
a) Orang tua (Parent),
b) Dewasa (Adult),
c) Anak (Child).
(a). Status Ego Orang tua (Parent)
Setiap orang mendapatkan berbagai bentuk pengalaman, dapat berbentuk yang langsung misalnya;
membimbing, membantu, mengarahkan, menyayangi, menasehati, mengecam, mengo mando, mendekte,
dll. Menggunakan prototipe, model, tipe dari tokoh-tokoh orang tua baik verbal melalui kata-kata
misalnnya; harus, awas, jangan, lebih baik, lebih tepat, pokoknya, cepat dsb, dengan non-verbal misalnya;
merangkul, mencium, membelai, menuding, mencibir, melotot dll. dan adanya suatu perubahan serta
koreksi tertentu yg pernah dialami di waktu masa kecil. Sedangkan dr bentuk sifatnya status ego orang tua
dapat dilihat sifatnya : orang tua penolong, orang tua pengecam, atau kata lain; pengasuh dan pengatur.
(b). Status Ego Orang Dewasa
Merupakan bentuk bentuk tindakan seseorang yang didasar kan pikiran yang rasional, logis, obyektif, dan
bertanggung jawab. Sehingga dewasa berfungsi mengumpulkan berbagai informasi memasukkan berbagai
macam data ke dalam bank data kemudian mempertimbangkan berbagai bentuk kemungkinan. Dilihat dari
data orang tua masih valid dan masih berlaku untuk masa kini, dan data anak juga diteliti, apakah
perasaan-perasaan serta responnya masih sesuai dengan masa sekarang. Penolakan data tdk valid
menyebabkan data, perasaan dan respon tidak terhapus, kalau kurang valid dibiarkan saja tanpa dputar.
(c). Status Ego Anak
Ego anak Yaitu reaksi emosional yang spontan, reaktif, humor, kreatif serta inisiatif membentuk
suatu tindakan anak. Bentuk status ego anak dapat berbentuk wajar adanya ketergantungan,
dan berbentuk ego yang sedang berkembang yang terlihat dalampola tingkah lakunya yang
kreatif, penuh perasaan ingin tahu, fantastis, ada motif meraba, merasakan serta berbagai
bentuk penemuan-penemuan baru, sedang status ego yang lain ialah adanya pengaruh dari
orang tuanya, maka anak akan bertindak, bertingkah laku sesuai dengan harapan, keinginan,
serta cita-cita orang tuanya. Sehingga terlihat kepatuhan, sopan santun, dan selalu menurut;
atau sebaliknya overprotection, manja, konflik, frustasi, stres dsb. Jadi status ego anak kejadian
internal pada masa kanak-kanaknya.