Kasus
Anastasya Esa Susanti – 2165050050
Pembimbing: dr. Wijaya Aji, M. Sc., Sp.
KJ
di RS.
• Pasien mengatakan dirinya tidak mengetahui alasannya dibawa ke RSJ Prof. dr. Soerojo
Magelang dan tidak merasa dirinya sakit sehinga perlu dibawa ke RS.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Alloanamnesis : Suami dan ibu pasien
• Suami pasien mengatakan gejala yang dialami pasien muncul sejak 14 hari
yang lalu ketika anak pasien sakit DBD sehingga harus dirawat di rumah
sakit.
• Pasien awalnya hanya sulit tidur dan mudah menangis
• Ibu pasien mengatakan, pasien sering bicara sendiri seolah sedang minta
maaf dan minta ampun serta menyalahkan diri sendiri.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Alloanamnesis : Suami dan ibu pasien
• Pasien tidak mau mandi, makan harus disuapi, dan tidak bisa tidur
• Ibu pasien mengatakan, pasien sering tiba-tiba mengatakan pada ibu pasien
minta ampun dan minta maaf karena dirinya merasa sangat bersalah.
• Sering cekcok dengan suami karena ada masalah internal keluarga (pasien
tidak mau menceritakan detail)
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat Gangguan Riwayat Gangguan
Psikiatri Organik
Trauma kepala (-)
Pasien pernah dirawat di RSJ Kejang (-)
Klaten karena depresi tahun
2020, minum obat tidak rutin
Riwayat
Riwayat Medis Penggunaan Zat
Umum Psikoaktif
Hipertensi (-)
Diabetes melitus (-) Alkohol (-)
Alergi obat (-) Zat psikoaktif (-)
Asma (-)
ANAMNESIS RIWAYAT PRIBADI
Genogram
Informasi:
Laki-Laki
Wanita
Riwayat Psikiatri
Meninggal
Tinggal Bersama
Pasien
Pemeriksaan Fisik,
Neurologis, dan Status
Mental
STATUS GENERALIS
– Kepala : Normocephali Tanda-tanda Vital
– Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- - Tekanan darah : 140/90 mmHg
– Hidung : Kavum nasi lapang/lapang, sekret --/ - Nadi : 110x/menit
– Telinga : Normotia/normotia, sekret -/- - RR :
– Mulut : Sianosis (-) 20x/menit
– Tenggorokan : Faring hiperemis (-) - Suhu : 36.4°C
– Leher : Pembesaran KGB (-)
– Thorax
Jantung : S1/S2 reguler, murmur (-) dan gallop (-)
Paru : Inspeksi pergerakan dinding dada simetris, Vesikuler(+/+),
wheezing (-/-), ronki (-/-)
– Abdomen : BU (+), 4 kali/menit, timpani, nyeri ketuk (-), supel, nyeri tekan (-)
– Urogenital : tidak dilakukan pemeriksaan
– Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2”, edema - / - / - / -, simetris, tidak deformitas
maupun edema
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Tidak dilakukan.
STATUS MENTAL
Deskripsi Umum
● Penampilan: Tampak seorang perempuan sesuai dengan usianya, roman muka seusai usia
tampak sedih, berpakaian rapi, kebersihan dan rawat diri baik
● Pembicaraan: Pembicaraan tidak jelas, pasien tidak berusaha menjawab semua pertanyaan
pemeriksa, intonasi suara cukup, volume suara cukup, artikulasi jelas, kuantitas cukup dan kualitas
cukup.
● Perilaku dan aktivitas motoric : Hipoaktif
● Sikap terhadap pemeriksa : Non Kooperatif, pasien mau menjawab hanya bila ia ingin menjawab
(ditanyakan berulang kali).
● Perhatian dan kontak psikis : Kontak mata tidak dapat dipertahankan.
STATUS MENTAL
Kesadaran
● Kuantitatif : Composmentis, GCS E4V5M6
● Psikiatri : Berkabut
Alam perasaan
● Mood : Hipotim
● Afek : tumpul
Gangguan persepsi
● Halusinasi : Auditorik (+)
● Ilusi : (-)
● Depersonalisasi : (-)
● Derealisasi : (-)
STATUS MENTAL
Kesadaran dan Kognisi
● Orientasi
- Orang : baik , pasien mengenali siapa yang diajak bicara
- Tempat : baik, pasien tahu berada di RSJ Magelang
- Waktu : baik, pasien mengetahui waktu saat diwawancara
- Situasi : pasien tidak menjawab pertanyaan
STATUS MENTAL
Daya Ingat
- Jangka panjang : baik, pasien mengingat tanggal lahirnya
- Jangka pendek : baik, pasien mengingat tadi pagi sebelum ke rumah sakit
menyuapi bubur anaknya.
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide Terpenuhi
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa
suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi
dengan afek (mood-congruent)
DIAGNOSIS BANDING
F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafekrif tipe depresif Tidak terpenuhi
tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar episode
didominasi oleh skizoafektif tipe depresi
Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala Terpenuhi
khas baik depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti
tercantum dalam uraian untuk episode depresif (F32)
Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan Terpenuhi
sebaiknya dua, gejala khas skizofrenia (sebagaimana ditetapkan
dalam pedoman diagnostic skizofrenia, F20. – A-D
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
● Morbid
- Onset usia : dewasa (Baik)
- Jenis penyakit : depresi dengan gejala psikotik (Buruk)
- Perjalanan penyakit : kronis (Buruk)
- Penyakit organik : tidak ada (Baik)
- Respon terapi : respon baik terhadap terapi (Baik)
- Kepatuhan minum obat : tidak patuh (Buruk)
- Insight : tilikan derajat 1 (Buruk)
Prognosis
Hal yang ingin dipelajari dari kasus ini yaitu kami dapat mengenali gejala dan tanda dari gangguan
mental depresi berat dengan gejala psikotik. Keberhasilan diagnostik didapat dengan melakukan
anamnesis lengkap pada pasien dan keluarga atau orang terdekat yang tau persis perjalanan penyakit
pasien dan gejala yang timbul. Hal-hal penting yang dipelajari dari kasus ini dapat mendiagnosis
pasien melalu autoanamnesis dan alloanamnesis serta pemeriksaan fisik dan status mental. Mampu
mengidentifikasi gejala yang terdapat pada pasien mengimplementasikan pedoman diagnostik yang
ada dalam PPDGJ – III sebagai acuan menegakkan diagnosis.
Refleksi kasus
1. pada pasien terdapat riwayat depresi 2 tahun yang lalu, namun
keluarga pasien tidak memantau kepatuhan minum obat, saat
ditanya keluarga pasien mengaku lupa nama obat yang diberikan,
hanya ingat warnanya ada 2 macam putih dan kuning
2. Minim dukungan keluarga, suami mengaku komunikasinya
kurang baik dengan pasien.
3. Keluarga tidak mengetahui suasana hati pasien karena pasien
merupakan orang yang pendiam dan memendam perasaan, jadi
tidak pernah membawanya control bila gejala tidak muncul dan
mengingatkan minum obat.
Refleksi Kasus
Hal yang menarik
Pasien miskin bicara (mutism), sehingga perlu dilakukan anamnesis baik auto
maupun allo dengan baik dan teliti.
Pasien pernah di diagnosis depresi 2 tahun lalu namun tidak pernah minum obat.
Pada kasus ini terdapat hal yang menarik pada pasien yaitu pada pasien didapatkan
stressor dan waham nihilistik.
Pada kasus ini pasien diantar keluarga ke RSJ Magelang, namun Ketika dimintai
keterangan saat allo anamnesis stressor pada pasien tidak hanya anak sakit, yaitu
permasalahan dengan suami yang tidak berkenan dijelaskan secara rinci.
TERIMA KASIH