DISEASE )
Definisi
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). (Brunner & Suddarth, 2001)
Etiologi
Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,nefrosklerosis maligna, stenosis arteria
renalis
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosussistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis
sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjalpolikistik,asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal.
Saluran kemih bagian bawah:hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher
kandung kemih dan uretra.
Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan
yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi
lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya
karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-
kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun
sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
Pathway
Stadium CKD
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal
dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood
Urea Nitrogen ( BUN) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
Manifestasi Klinis
hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin
– aldosteron)
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan)
perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi).
Pemeriksaan Penunjang
Diameter lumen pembuluh arteri ≥ 2.0 mm pada lokasi dimana akan dilakukan
anastomosis.
Vena
Diameter lumen pembuluh vena ≥ 2.0 mm pada lokasi dimana akan dilakukan
anastomosis.
Tidak ada obstruksi atau stenosis
Kanulasi dilakukan pada segmen yang lurus
Teknik Anastomose
• Side to end adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan pembuluh darah vena yang dipotong dengan sisi pembuluh
darah arteri.
• Side to side adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan sisi pembuluh darah vena dengan sisi pembuluh darah arteri.
• End to end adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan pembuluh darah vena yang dipotong dengan pembuluh darah
arteri yang juga di potong
• End to side adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan pembuluh darah arteri yang dipotong dengan sisi pembuluh
darah vena.
• Teknik penyambungan side to end merupakan teknik yang tersering dilakukan karena aliran darah vena yang menuju ke jantung
adalah yang terbesar volumenya dan mencegah terjadinya hipertensi vena selain itu teknik ini juga dapat mencegah pembengkakan
Tempat Pemilihan AV Shunt
• Arteri radialis dengan vena cephalica (Brescia Cimino)
• Arteri brachialis dengan vena cephalica
• Bahan sintetik AV graft (ePTFE = expanded polytetrafluoroethylene)
• Arteri brachialis dengan vena basilika
• Kateter vena sentral dengan “cuff”
Persiapan pasien
Persetujuan operasi
Alat-alat dan obat
Mengatur posisi supinasi dengan lengan yang akan
dioperasi lurus kesamping
Persiapan Alat
Non Steril
Lampu operasi
Meja operasi
Mesin dan plate diatermi
Tempat sampah medis
Steril
Alat Steril
Meja Instrumen • Perlak besar+kecil : 1/1
• Doek besar : 2 • Handuk :4
• Doek sedang : 2 • Handscoen steril 6,5/7/7,5 : 1/2/1
• Underpad steril :1
• Doek kecil :4 • Coutter :1
• Gaun operasi: 3 • Bengkok :2
• Sarung meja mayo :1 • Cairan NaCl 0,9% : 1flush
Meja mayo
Desinfeksi klem (washing and dressing forcep) 1
Perawat sirkuler mengatur posisi pasien supine (lengan) terlentang kearah samping berikan
alas underpad dibawahnya
Memasang ground diatermy pada pasien
Berikan desinfektan klem dan kom berisi povidone iodine dan deppers kepada operator, area
desinfeksi meliputi lengan sampai jari-jari tangan
Berikan underpad steril, doek sterile dan lakukan drapping
Siapkan spuit untuk anestesi lokal dengan mengoplos lidocain 3 ampul 1 : 1 dengan NaCl 0,9%
dan menyiapkan untuk dilatasi vena dengan mengoplos heparin: Nacl 0,9%= 1: 100cc dan
ditempatkan di kom sedang
Lanjutan …
Time out
Berikan kassa basah dan kering untuk membersihkan area operasi
Berikan spuit yang berisi local anestesi kepada operator untuk dilakukan local anestesi, tunggu
beberapa saat sampai efek anestesi bekerja
Berikan handmess dan mess no 15 pada operator untuk melakukan incisi, berikan kassa dan
pinset pada asisten untuk rawat perdarahan
Berikan gunting metzembaum dan pinset chirrurgis pada operator dan pinset chirrurgis pada
asissten untuk membebaskan jaringan lemak, jika ada perdarahan rawat perdarahan berikan
coutter pada asisten
Berikan haak kombinasi pada asissten untuk memperluas lapangan operasi
Setelah menemukan vena, berikan klem 90 dan tegel pada operator untuk membebaskan vena
dari jaringan disekitarnya, kemudian berikan surgical loop pada operator untuk dilakukan tegel
Lanjutan…
• Kemudian operator mencari arteri, berikan pinset anatomis dan mosquito dan gunting metzenboum
untuk mencari arteri di bawah fasia
• Setelah ketemu arteri berikan pean 90 dan di tegel
• Bebaskan dari lapisan perivaskuler dengan gunting metzenboum
• Berikan klem mosquito, klem vena pada bagian distal dan cabang
• Ligasi vena distal dan cabang dengan dengan benang siede 3/0
• Potong vena distal dan cabang dengan gunting vaskuler/messs no 11
• Dilatasi vena proximal dengan cairan heparin (1cc heparin:100 cc Ns) dengan cara spolling
kedalam vena menggunakan NGT no 5 dan spuit 10cc
• Klem vena dengan buldog dan klem arteri dengan stanstinsky
• Berikan mess untuk insisi arteri dan perlebar dengan gunting vaskuler sesuai diameter vena
• Berikan pinset vaskuler dan naldfoder vaskuler dan benang prolene 7/0 doble jarum pada
operator untuk anastomose vena dan arteri
Lanjutan ….
• Basahi tangan operator dan asisten dengan ns ketika anastomose
• Setelah sselesai anastomose lepaskan buldog vena dan stanstinsky secara perlahan
• Spooling area operasi untuk cek kebocoran anastomose
• Sign out
• Bersihkan luka operasi dengan kassa basah, lalu kassa kering.
• Beri sufratulle pada luka jahitan, beri kassa kering, fiksasi degan hipafik
• Pasien dimotivasi untuk tidak melakukan aktivitas yang berat, dan tidak boleh dilakukan
tensi pada tangan yang dilakukan tindakan operasi.
• Operasi selesai, rapikan pasien, cuci alat yang telah dipakai, set kembali instrument,
bersihkan ruangan.
TERIMAKASIH …