STROKE ISCHEMIC
FARMAKOTERAPI
OUR TEAM 2.1
• AIDA RIZKY/ A 211 001
• PANDU CAKRA W / A 211 028
• RISQIA RUNI T / A 211 032
• GINASTI APRILIANI / A 211 055
• HAIDA AZZAHRANI P / A 211 056
• RESTA / A 211 071
TABEL OF CONTENTS
DEFINISI
ANATOMI FISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS DAN FAKTOR RISIKO
STUDI KASUS
DEFINISI
Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya
alirah darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak
Stroke atau Cerebrovaskular accident adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak (deficit neurologis ) fokal ataupun global karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh
darah di otak dengan gejala-gejala yang berlangsung 24 jam atau lebih (Arifianto, 2014).
Stroke merupakan kematian beberapa sel otak secara mendadak disebabkan karena kekurangan oksigen
ketika aliran darah ke otak hilang karena adanya penyumbatan atau pecahnya arteri di otak (Johnson et
al., 2016).
Johnson, W., Onuma, O., Owolabi, M., & Sachdev, S. (2016). Stroke: a global response is needed. Bulletin of the World
Health Organization, 94(9), 634.
Arifianto, Aji Seto., Sarosa, Moechammad., Setyawati, Onny., 2014. Klasifikasi Stroke Berdasarkan Kelainan Patologis
dengan Learning Vector Quantization. Jurnal EECCIS Vol.8 , No.2
DEFISIT NEUROLOGIS
FOKAL GLOBAL
Gejala sensorik
- Kebas
- Hilang sensasi nyeri dan getaran
Chandra, et al., (2017). The Cerebral Circulation and Cerebrovascular Disease III : Stroke. Brain Circulation, 3 (2), 66-77
FAKTOR RESIKO
Faktor risiko terjadinya stroke iskemik dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang bisa di
modifikasi dengan faktor risiko yang tidak bisa di modifikasi.
1. Faktor resiko yang tidak bisa di modifikasi tidak bisa dikontrol pengaruhnya terhadap
kejadian stroke,faktor risiko tersebut diantaranya
b). ras,
a). hipertensi
c.) hiperkolesterolemia
d.) stres
e.) merokok
f.) obesitas
Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 48-59. HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENDERITA DAN
HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ISKEMIK
STUDI KASUS
Seorang laki-laki, 39 tahun dibawa ke rumah dengan keluhan
demam dan flu, sedikit merasakan nyeri kepala, pusing seperti
berputar dirasakan satu hari sebelum dibawa ke rumah sakit dan
pasien tetap sadar pada saat itu. Satu jam sebelum dibawa ke
rumah sakit, pasien mengalami kejang-kejang selama kurang lebih
30 menit dan setelah itu ia tidak dapat berkomunikasi dan tak
sadarkan diri. Pasien ini adalah perokok berat, dan tidak pernah
menyadari bahwa ia mempunyai gangguan jantung, dan riwayat
penyakit demam rematik semasa remaja.
STUDI KASUS
Hal yang dilakukan yaitu dengan pemeriksaan dengan pencitraan tomografi komputer kepala (brain CT
scan), pemeriksaan ekokardiografi, pemeriksaan doppler ekokardiografi. Pada pasien ini diberikan cairan
infus (saline) 500 cc/8 jam, lalu dipasang selang naso-gastric (nasogastric tube) dan pasien dirawat diruang
ICU.
hasil pemeriksaan dengan pencitraan tomografi komputer kepala (brain CT Scan) saat itu tidak
menunjukkan adanya infark. Akan tetapi 12 jam kemudian, dilakukan pemeriksaan pencitraan
tomografi komputer kepala yang kedua, ternyata menunjukkan adanya infark yang luas dihemisfer kanan.
umumnya disebabkan oleh emboli yang berasal dari jantung. Stenosis pada arteri cerebri media
merupakan lesivaskuler yang paling sering dijumpai pada orang-orang Asia yang menderita
stroke.Pasien ini mempunyai masalah yang serius dengan jantungnya (stenosis mitral berat), oleh karena
itu emboli dapat ditimbulkan dari jantung dan menyebabkan oklusi (pada cabang utama atau cabang dari
arteri cerebri media). Adanya kejang-kejang pada masa dini, mengindikasikan buruknya prognosis.
STUDI KASUS
Pada pemeriksaan ekokardiografi menunjukkan adanya pelebaran atrium kiri, stenosis mitral
pada katup-katup mitral, dengan luas area 0,94 cm2 dan skor mitral 14. Elektro kardiografi
(EKG) menunjukkan sinus ritmik.
Terapi Non-
03 Farmakologi 04 Algoritma Terapi
Monitoring dan
05 Evaluasi 06 Studi Kasus
01
Tujuan Terapi
01 Tujuan Terapi
Source By: DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit.,
McGraw-Hill Education Companies, Inggris.
02
Terapi
Farmakologi
Terapi
02 Farmakologi
c. Dipiridamol
a. Asam asetilsalisilat (asetosal, aspirin, Senyawa dipirimidin berkhasiat
aspilet) menghindarkan agregasi trombosit dan
adhesinya pada dinding pembuluh.
b. Clopidogrel d. Cilostazol
Merupakan obat antiplatelet yang menaikkan kadar
cAMP (cyclic adenosine monophosphate) dalam
platelet melalui penghambatan cAMP fosfodiesterase
Source By: World Health Organization (WHO). 2018. Noncommunicable diseases [Internet].
Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/noncommunicable-
Terapi
02 Farmakologi
e. Antikoagulan
Source By: World Health Organization (WHO). 2018. Noncommunicable diseases [Internet]. Available from:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/noncommunicable-diseases
Terapi
02 Farmakologi
Source By: (
12390) FARMAKOLOGI ANTIPLATELET, ANTIKOAGULAN, TROMBOLITIK (MUDAH BELAJAR FARM
AKOLOGI) - YouTube
Terapi
02 Farmakologi
Source By: (
12390) FARMAKOLOGI ANTIPLATELET, ANTIKOAGULAN, TROMBOLITIK (MUDAH BELAJAR FARM
AKOLOGI) - YouTube
Terapi
02 Farmakologi
Source By: (
12390) FARMAKOLOGI ANTIPLATELET, ANTIKOAGULAN, TROMBOLITIK (MUDAH BELAJAR FARM
AKOLOGI) - YouTube
Terapi
02 Farmakologi
Source By: (
12390) FARMAKOLOGI ANTIPLATELET, ANTIKOAGULAN, TROMBOLITIK (MUDAH BELAJAR FARM
AKOLOGI) - YouTube
03
Terapi Non-
Farmakologi
Terapi Non-
a. Penurunan tekanan darah secara bertahap 02 Farmakologi
b. Mengurangi Kolesterol LDL
c. Berhenti merokok
d. Mengurangi Konsumsi Alkohol
e. Melakukan Aktivitas Fisik Kegiatan fisik rutin
f. Menjaga Berat Badan Ideal
g. Diet Sehat dan Seimbang
Source By: World Health Organization (WHO). 2018. Noncommunicable diseases [Internet]. Available from:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/noncommunicable-diseases
04
Algoritma Terapi
Algoritma
04 Terapi
Source By: MEDIKA TADULAKO. 2019. Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
06
Studi Kasus
05 Studi Kasus
Pasien seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke IGD RSUD dr. Sayidiman
dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan dan bicara pelo, keluhan muncul
mendadak 1 hari SMRS saat pasien bangun tidur. Gejala penyerta lainya mual dan muntah
(-), demam (+), sesak nafas (+) makan berkurang, suara grog-grog, BAK (+) lewat kateter
dan BAB (-).
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil keadaan umum pasien sedang
dengan kesadaran sopor GCS E2V2M4, TD 184/103 mmHg, RR 24 x/menit, HR 121
x/menit, suhu tubuh 37,8°C dan SpO2 96%. Pada pemeriksaan fisik thoraks pada palpasi
didapatkan fremitus dada kanan dan kiri sama, perkusi sonor dan pada auskultasi suara
tambahan Ronkhi (+). Pemeriksaan neurologi motorik didapatkan kekuatan otot
lateralisasi dextra, refleks fisiologis pada ektremitas dektra mengalami peningkatan. Pada
pemeriksaan penunjang, dilakukan pemeriksaan darah lengkap, gula darah sewaktu, foto
rontgen thorax, EKG dan CT-Scan. Pada pemeriksaan darah lengkap tampak leukositosis
dan GDS dalam batas normal. Pada pemeriksaan foto rontgen thorak tak tampak infiltrat,
pemeriksan CT-SCAN didapatkan Tampak lesi hipodense batas sebagaian tegas di corona
radiata kiri, lesi hipodense multiple lacunar di capsula eksterna kanan, anterior limb
capsila interna kiri, corona radiata kiri.
Source By: KY Candra. 2020. Seorang Laki-laki 60 Tahun Dengan Stroke Non Hemoragik Dan Pneumonia. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
(
12390) FARMAKOLOGI ANTIPLATELET, ANTIKOAGULAN, TROMBOLITIK (MUDAH BELAJAR
FARMAKOLOGI) - YouTube
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit.,
McGraw-Hill Education Companies, Inggris.
KY Candra. 2020. Seorang Laki-laki 60 Tahun Dengan Stroke Non Hemoragik Dan Pneumonia. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
World Health Organization (WHO). 2018. Noncommunicable diseases [Internet]. Available from:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/noncommunicable-diseases
TERIMAKASIH